Perumusan Masalah Keaslian Penulisan Tujuan dan Manfaat Penulisan Tinjauan Kepustakaan

Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Sehingga dalam pemberian kredit itu sendiri dibuat pula suatu perjanjian tambahan yakni yang menentukan suatu jaminan dari debitur sebagai upaya antisipatif bagi kreditur apabila debitur lalai melaksanakan kewajibannya. Dalam suatu perjanjian utang-piutang memerlukan lebih dari sekedar janji untuk melaksanakan atau memenuhi kewajibannya. Untuk itu ilmu hukum dan peraturan perUndang-Undangan yang ada telah menciptakan dan melahirkan serta mengundangkan dan memberlakukan jaminan dalam bentuk kebendaan dan apabila debitur lalai melaksanakan kewajibannya sesuai dengan jangka waktu yang telah ditentukan maka kreditur berhak untuk menggunakan jaminan kebendaan tersebut, misalnya dengan menjual benda yang dijaminkan tersebut sebagai bentuk pelunasan utang dari debitur.

B. Perumusan Masalah

Dalam skripsi ini, yang menjadi permasalahan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana urgensi jaminan dalam pemberian kredit. 2. Bagaimana kedudukan perjanjian kredit dalam penyaluran dana oleh bank. 3. Bagaimana kedudukan benda tidak bergerak sebagai jaminan dalam perjanjian kredit.

C. Keaslian Penulisan

Skripsi ini pembahasannya dikhususkan untuk membahas tentang kedudukan benda tidak bergerak sebagai jaminan dalam perjanjian kredit. Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Disamping itu juga membahas tentang urgensi jaminan dalam pemberian kredit serta mengenai kredit sebagai bentuk penyaluran dana oleh bank. Adapun setelah dilakukan penelusuran perpustakaan serta hasil pembahasan skripsi yang sudah ada maupun sedang dilakukan ternyata belum pernah dilakukan pembahasan skripsi mengenai Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit.

D. Tujuan dan Manfaat Penulisan

Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah: 1. Untuk mengetahui bagaimana urgensi jaminan dalam pemberian kredit. 2. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan perjanjian kredit dalam penyaluran dana oleh bank. 3. Untuk mengetahui bagaimana kedudukan benda tidak bergerak sebagai jaminan dalam perjanjian kredit.

E. Tinjauan Kepustakaan

Agar tidak terjadi kesalahan penafsiran dalam pemahaman skripsi ini, maka penulis menguraikan pengertian dari skripsi yang berjudul “Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit. Adapun yang menjadi kata kunci dalam skripsi ini adalah benda tidak bergerak dan jaminan dalam perjanjian kredit. 1. Pengertian Benda Tidak Bergerak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan pengertian Benda, Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 yakni: segala yang ada di alam yang berwujud atau berjasad bukan roh; zat mis. air, minyak; barang yang berharga sebagai kekayaan; harta; barang. Dalam skripsi ini akan lebih membahas tentang benda tidak bergerak. Menurut Prof. Subekti, SH, benda tidak bergerak berarti benda yang tidak bergerak karena sifatnya, karena tujuan pemakaiannya, dan karena ditentukan demikian oleh Undang-Undang. Benda tidak bergerak karena sifatnya meliputi tanah, termasuk segala sesuatu yang secara langsung atau tidak langsung, karena perbuatan alam atau perbuatan manusia, digabungkan secara erat menjadi satu dengan tanah itu. 3 2. Pengertian Jaminan Dalam Perjanjian Kredit Menurut Hasanuddin Rahman, jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur atau pihak ketiga kepada kreditur, karena pihak kreditur mempunyai suatu kepentingan bahwa debitur harus memenuhi kewajibannya dalam suatu perikatan. 4 a. Jaminan yang diberikan kepada kreditur yaitu hak kebendaan atau hak perseorangan. Hak kebendaan dapat berupa benda berwujud maupun benda tidak berwujud ataupun dapat pula benda bergerak dan benda tidak bergerak. Sedangkan hak perseorangan adalah penanggungan utang yang diatur dalam Pasal 1820-1850 KUHPerdata. Sehingga dari pengertian tersebut dapat pula disimpulkan bahwa: b. Jaminan yang diberikan kepada kreditur tersebut dapat diberikan oleh debitur sendiri maupun pihak ketiga. c. Jaminan yang diberikan kepada kreditur tersebut bertujuan untuk memberikan 3 Prof. Subekti, S.H, Pokok-Pokok Hukum Perdata, PT Intermasa, Jakarta, hal 61 4 Hasanuddin Rahman, S.H, Op. Cit, hal 162 Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 keamanan dan kepentingan kreditur yang terlebih dahulu diadakan dengan suatu perikatan yang khusus yang mana perikatan tersebut bersifat accesoir. Akan tetapi pengertian jaminan itu sendiri tidak ada ditemukan dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, namun dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 terdapat dalam Pasal 8 disebutkan bahwa dalam pemberian kredit, bank umum wajib mempunyai kepastian atas kemampuan dan kesanggupan debitur untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun KUH Perdata juga tidak menyebutkan pengertian jaminan namun dalam Pasal 1131 disebutkan bahwa: “Segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan.” Adapun keberadaan jaminan kredit merupakan salah satu syarat yang penting dan bertujuan untuk memperkecil resiko bank dalam menyalurkan kredit. Sehingga jaminan kredit berfungsi untuk menjamin pelunasan utang debitur bila debitur ingkar janji atau wanprestasi. Maka jaminan kredit akan memberikan jaminan kepastian hukum kepada pihak bank bahwa kreditnya akan tetap kembali dengan cara mengeksekusi jaminan kredit perbankannya. Jaminan kredit bank dapat digolongkan dalam beberapa klasifikasi berdasarkan sudut pandang tertentu, misalnya cara terjadinya, sifatnya, kebendaan yang dijadikan objek jaminan, dan lain sebagainya. a. Jaminan karena undang-undang dan karena perjanjian Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Jaminan karena undang-undang adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh, seperti jaminan umum, hak privelege dan hak retensi pasal 1132 dan pasal 1134 ayat 1 KUHPerdata. Sedangkan jaminan karena perjanjian adalah jaminan yang dilahirkan atau diadakan oleh perjanjian yang diadakan para pihak sebelumnya, seperti gadai, hipotik, hak tanggungan, dan fidusia. b. Jaminan umum dan jaminan khusus Pada prinsipnya, menurut hukum segala harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan bagi perutangannya dengan semua kreditur. Pada pasal 1131 KUHPerdata menyatakan bahwa segala kebendaan si berutang, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang abru akan ada di kemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatannya perseorangan. Ini berarti seluruh harta kekayaan milik si debitur akan menjadi jaminan pelunasan atas utang debitur kepada semua kreditur. Kekayaan debitur dimaksud meliputi kebendaan bergerak maupun benda tetap, baik yang sudah ada pada saat perjanjian utang piutang diadakan maupun yang baru yang akan ada di kemudian hari yang akan menjadi milik debitur setelah perjanjian utang piutang diadakan. Dengan demikian, tanpa kecuali seluruh harta kekayaan debitur akan menjadi jaminan umum atas pelunasan perutangannya, baik yang telah diperjanjikan maupun tidak diperjanjikan sebelumnya. Jaminan umum ini dilahirkan karena undang- undang, sehingga tidak perlu ada perjanjian jaminan sebelumnya. Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Akan tetapi, jaminan umum ini dalam praktek perkreditan dianggap tidak memuaskan kreditur, yakni kurang menimbulkan rasa aman dan terjamin bagi kredit yang diberikan. Dengan jaminan umum tersebut, kreditur tidak mengetahui secara persis berapa jumlah harta kekayaan debitur yang ada sekarang dan yang akan ada dikemudian hari, serta kepada siapa saja debitur itu berutang, sehingga khawatir hasil penjualan harta kekayaan debitur nantinya tidak cukup untuk melunasi utang-utangnya. Sehingga kreditur memerlukan adanya benda-benda tertentu yang ditunjuk secara khusus sebagai jaminan piutangnya dan itu hanya berlaku bagi si kreditur tersebut. Dengan kata lain diperlukan adanya jaminan yang dikhususkan baginya baik yang bersifat kebendaan maupun perorangan. Jaminan khusus ini timbul karena adanya perjanjian yang khusus diadakan antara kreditur dan debitur. Karena jaminan umum ini dianggap kurang menguntungkan bagi kreditur maka diperlukan penyerahan harta kekayaan tertentu untuk diikat secara khusus sebagai jaminan pelunasan utang debitur, sehingga kreditur yang bersangkutan mempunyai kedudukan yang diistimewakan atau didahulukan daripada kreditur-kreditur lainnya dalam hal pelunasan utangnya. Jaminan ini akan memberikan perlindungan kepada kreditur dan di dalam perjanjiannya akan diterangkan pula mengenai hal ini. c. Jaminan kebendaan dan jaminan perseorangan Jaminan yang bersifat kebendaan adalah jaminan yang berupa hak mutlak atas sesuatu benda, yang mempunyai ciri-ciri yakni memiliki hubungan Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 langsung atas benda tertentu dari debitur, dapat dipertahankan terhadap siapa pun, selalu mengikuti bendanya dan dapat diperalihkan misalnya gadai, hipotik. Sedangkan jaminan perseorangan adalah jaminan yang menimbulkan hubungan langsung pada perseorangan tertentu, hanya dapat dipertahankan pada debitur tertentu, terhadap harta kekayaan debitur umumnya misalnya borgtocht. Selain sifat-sifat tersebut, yang membedakan hak kebendaan dari hak perseorangan adalah asas prioriteit yang dikenal pada hak kebendaan dan asas kesamaan pada hak perseorangan. d. Jaminan pokok, jaminan utama dan jaminan tambahan Kredit tersebut diberikan kepada debitur berdasarkan “kepercayaan” dari kreditur terhadap kesanggupan pihak debitur untuk membayar utangnya kelak. Karena dalam hukum diberlakukan diberlakukan suatu prinsip bahwa “kepercayaan” tersebut dipandang sebagai jaminan pokok dari pembayaran kembali utang-utangnya kelak. Sementara jaminan-jaminan lainnya yang bersifat kontraktual, seperti hak tanggungan atas tanah, gadai, hipotik, fidusia, dan sebagainya hanya dipandang sebagai “jaminan tambahan” semata-mata, yakni tambahan atas jaminan utamanya berupa jaminan atas barang yang dibiayai dengan kredit tersebut. e. Jaminan atas benda bergerak dan tidak bergerak Pembebanan jaminan kredit didasarkan pada objek bendanya. Kalau yang dijadikan jaminan adalah tanah, maka pembebanannya adalah dengan menggunakan hak tanggungan atas tanah, sedangkan kalau yang dijadikan jaminan adalah kapal laut atau pesawat udara, maka pembebanannya adalah Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 dengan menggunakan hipotik. Sementara itu, kalau yang dijadikan jaminan adalah benda bergerak, maka pembebanannya dengan menggunakan gadai, fidusia, cessie dan account receivable. f. Jaminan regulatif dan jaminan non regulatif Jaminan regulatif adalah jaminan kredit yang kelembagaannya sendiri sudah diatur secara eksplisit dan sudah mendapat pengakuan dari peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yang tergolong dalam jaminan regulatif antara lain adalah hipotik, gadai, hak tanggungan, akta pengakuan utang. Sedangkan jaminan non regulatif adalah bentuk-bentuk jaminan yang tidak diatur atau tidak khusus diatur dalam berbagai peraturan perundang- undangan, tetapi dikenal dan dilaksanakan dalam praktek. Jaminan non regulatif ini ada yang berbentuk jaminan kebendaan seperti pengalihan tagihan dagang, pengalihan tagihan asuransi, tetapi ada juga jaminan non regulatif yang semata-mata hanya bersifat kontraktual, seperti kuasa menjual dan lain-lainnya. g. Jaminan konvensional dan jaminan non konvensional Jaminan konvensional adalah jaminan yang pranata hukumnya sudah lama dikenal dalam sistem hukum kita, baik yang telah diatur dalam perundang- undangan, hukum adat maupun yang tidak diatur dalam peraturan perundang- undangan yang bukan berasal dari hukum adat, tetapi sudah lama dilaksanakan dalam praktek, seperti hipotik, hak tanggungan, gadai barang bergerak, gadai tanah, fidusia, garansi, dan akta pengakuan utang. Sementara itu bentuk-bentuk jaminan non konvensional adalah bentuk-bentuk jaminan Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 yang eksistensinya dalam sistem hukum jaminan yang masih terbilang baru sungguhpun sudah dilaksanakan secara meluas, sehingga pranatanya belum sempat pula diatur secara rapi, antara lain seperti pengalihan hak tagih debitur assignment of receivable for security purpose, pengalihan hak tagih klaim assignment of insurance proceeds, kuasa menjual, dan jaminan menutupi kekurangan biaya cash deficiency. 5 Pemberian kredit oleh bank kepada debitur, pada pelaksanaannya terdapat resiko terjadinya kredit bermasalah. Kredit bermasalah atau Non Performing Loan ini terjadi ketika terdapat kemacetan dalam pemberian kredit tersebut. Adapun dalam ketentuan Himbara Himpunan Bank-Bank Negara terkait penyelesaian kredit macet terdapat tiga ukuran yang dipergunakan, meliputi: kriteria debiturnya, besarnya keringanan yang diberikan, serta ketentuan bagi debitur yang masih dalam masa transisi. 6 1. Kredit Lancar pass, Penggolongan kualitas kredit menurut SK Direktur Bank Indonesia Nomor 30267KEPDIR pada Pasal 4 terdiri atas: 2. Kredit Dalam Perhatian Khusus special mention, 3. Kredit Kurang Lancar substandard, 4. Kredit Diragukan doubtful, dan 5. Kredit Macet. 5 Rachmadi Usman, S.H, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia,PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hal 287-291 6 http:www.rmexpose.com2008061012.00wib Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Adapun kriteria sebagai kredit macet apabila terdapat tunggakan angsuran pokok danatau bunga yang telah melampaui 270 hari; atau kerugian operasional ditutup dengan pinjaman baru; atau dari segi hukum maupun kondisi pasar, jaminan tidak dapat dicairkan pada nilai wajar. Pengecualian terhadap kriteria tersebut apabila kredit dinilai mengandung aspek pidana oleh instansi berwenang. Penanganan kredit bermasalah sebelum diselesaikan secara yudisial dilakukan melalui penjadwalan rescheduling, persyaratan reconditioning, dan penataan kembali restructuring. Penanganan dapat melalui salah satu cara ataupun gabungan dari ketiga cara tersebut. Setelah ditempuh dengan cara tersebut dan tetap tidak ada kemajuan penanganan, selanjutnya diselesaikan secara yudisiallitigasi melalui jalur pengadilan, pengadilan Niaga, melalui PUPN, dan melalui Lembaga Paksa Badan. 7 7 Disinilah barang jaminan tersebut berperan dalam pemberian kredit yakni digunakan sebagai pelunasan pembayaran kredit macet tersebut oleh debitur. Dengan demikian, dalam praktek perbankan khususnya dalam pemberian kredit, jaminan sangatlah berperan penting untuk memperkecil resiko dalam hal pelunasan utang debitur.

F. Metode Penelitian