Kesimpulan Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit

Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan yang telah diuraikan pada bab-bab sebelumnya, maka dalam bab ini akan diuraikan beberapa kesimpulan dari pengulasan maupun pemahaman teori atau materi yang dilakukan. Adapun kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Urgensi jaminan dalam pemberian kredit oleh bank yaitu jaminan digunakan sebagai bentuk upaya antisipatif dari bank untuk memperkecil resiko yang mungkin akan muncul dalam pemberian kredit tersebut. Dengan kata lain dalam pemberian kredit tersebut jaminan memegang peranan penting yakni jaminan berfungsi memberikan keyakinan kepada bank sebagai pihak pemberi kredit terhadap kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan. Adapun yang dimaksud dengan jaminan adalah tanggungan yang diberikan oleh debitur dan atau pihak ketiga kepada kreditur karena pihak kreditur memiliki suatu kepentingan bahwa debitur harus memiliki kewajibannya dalam suatu perikatan. Dari pengertian tersebut dapat pula dirangkum bahwa: a. Jaminan yang diberikan kepada kreditur tersebut, dapat berupa hak kebendaan maupun hak perorangan. Hak kebendaan ini berupa benda berwujud dan benda tidak berwujud, benda bergerak maupun benda tidak Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 bergerak. Sedangkan hak perorangan adalah penanggungan utang, yang diatur dalam pasal 1820-1850 KUHPerdata. b. Jaminan yang diberikan kepada kreditur tersebut, dapat diberikan oleh debitur sendiri maupun oleh pihak ketiga yang disebut juga penjamin atau penanggung. c. Jaminan yang diberikan kepada kreditur tersebut, untuk keamanan dan kepentingan kreditur, harus diadakan dengan suatu perikatan khusus, perikatan tersebut bersifat accesoir dari Perjanjian Kredit atau Pengakuan Utang yang diadakan antara debitur dengan kreditur. Jaminan itu sendiri dibagi atas dua jenis yakni jaminan perorangan dan jaminan kebendaan. Pengikatan terhadap barang jaminan juga dibagi atas dua yakni pengikatan jaminan atas benda tidak bergerak yang dahulu dilakukan dengan hipotik dan credit verband, namun sekarang dilakukan berdasarkan ketentuan Undang-Undang Hak Tanggungan Nomor 4 Tahun 1996 sedangkan untuk pengikatan jaminan atas benda bergerak dilakukan melalui gadai, fidusia, dan Cessie. 2. Bahwa kedudukan perjanjian kredit dalam hal penyaluran dana oleh bank yaitu perjanjian kredit merupakan wadah atau sarana untuk melakukan penyaluran dana oleh bank dan bank merupakan financial intermediary yakni perantara bagi pihak yang kelebihan dana surplus of funds dengan pihak yang kekurangan dan memerlukan dana lack of funds. Adapun mengenai kredit diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 yaitu pada pasal 1 ayat 2, pasal 1 ayat 11, dan pasal 6 Undang-Undang Perbankan. Bentuk dan jenis kredit bank dibagi berdasarkan kelembagaannya, jangka waktu, penggunaan kredit, kelengkapan dan keterikatannya dengan dokumen yang dibutuhkannya, aktivitas usaha serta berdasarkan jaminannya. Dalam hal prosedur penyaluran dana dalam bentuk kredit,bank melaksanakannya berdasarkan “The Five C of Credit Analysis” atau prinsip 5C’s yakni: penilaian terhadap watak character, penilaian terhadap kemampuan capacity, penilaian terhadap penilaian terhadap modal capital, penilaian terhadap agunan collateral, dan penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur condition of economy. Kredit bertujuan untuk mencari keuntungan, membantu usaha nasabah, serta membantu pemerintah. Sehingga kredit berfungsi bagi pihak bank sebagai kreditur misalnya sebagai sumber pendapatannya, bagi pihak debiturpeminjam yakni membantu dalam melancarkan usahanya, bagi otorita moneter yakni kredit berfungsi sebagai instrumen moneter, bahkan bagi masyarakat kredit berfungsi untuk mengurangi penggangguran karena memperluas peluang untuk berusaha. Pemberian kredit ini dilakukan melalui perjanjian kredit yang bersifat baku dan mengikat bagi kedua belah pihak. 3. Bahwa kedudukan benda tidak bergerak sebagai jaminan dalam perjanjian kredit sebagaimana diatur dalam KUHPerdata mengenai benda tidak bergerak yakni pada pasal 506 sampai dengan pasal 508. Dalam hal benda tidak bergerak sebagai jaminan dalam pengaturannya dalam KUHPerdata, yaitu Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 pada Buku II KUHPerdata. Namun jaminan-jaminan yang masih berlaku dalam Buku II KUHPerdata hanyalah gadai pand dan hipotek kapal laut, sedangkan untuk hipotek atas tanah tidak berlaku lagi karena telah diganti oleh Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak Tanggungan. Gadai diatur dalam pasal 1150 KUHPerdata sampai dengan pasal 1160 KUHPerdata. Mengenai hipotek diatur dalam pasal 1162 sampai dengan 1232 KUHPerdata. Dalam pemberian kredit ketika melakukan pengikatan barang jaminan sebelumnya dilakukan penilaian valuasi jumlah nominal harga jaminan benda tak bergerak yang menentukan barang jaminan tersebut setidaknya memiliki nilai yang sama atau berada di atas jumlah kredit yang diberikan bank. Dengan dilakukannya pengikatan benda tidak bergerak sebagai jaminan maka timbul hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian kredit tersebut. Jaminan tersebut juga berperan dalam penyelesaian kredit bermasalah non performing loan yang dapat ditempuh dengan dua cara atau strategi yaitu penyelamatan kredit melalui perundingan kembali antara bank sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur dan penyelesaian kredit melalui lembaga hukum.

B. Saran