Pengaturan Kredit Dalam Undang-Undang Perbankan

Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 BAB III KREDIT SEBAGAI BENTUK PENYALURAN DANA OLEH BANK

A. Pengaturan Kredit Dalam Undang-Undang Perbankan

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang nomor 10 Tahun 1998, menyatakan dalam pasal 1 ayat 2: “Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat.” Dari pasal tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa fungsi bank dalam sistem hukum perbankan di Indonesia adalah sebagai intermediary bagi masyarakat yang surplus dana dan masyarakat yang kekurangan dana. Penghimpunan dana masyarakat yang dilakukan oleh bank berdasarkan pasal tersebut dinamakan simpanan, sedangkan penyalurannya kembali dari bank kepada masyarakat dinamakan kredit. Penyaluran dana dari bank kepada masyarakat atau dengan kata lain penyaluran kredit ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan yakni pada pasal 1 ayat 11, mengenai batasan kredit yang menyatakan: “Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga.” Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 Adapun dalam hal bank berfungsi sebagai “lembaga perantara” antara masyarakat yang kekurangan dana dengan masyarakat yang kelebihan dana, sesuai dengan pengaturan tentang fungsi bank dalam Pasal 1 ayat 2, yang lebih diperluas dan diperinci dalam bentuk usaha bank yang diatur pada pasal 6 Undang-Undang Perbankan, yang menyatakan: “Usaha bank meliputi: a. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan; berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan, dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu; b. Memberikan kredit, c. Menerbitkan surat pengakuan utang; d. Membeli, menjual, atau menjamin atas resiko sendiri maupun untuk kepentingan dan atas perintah nasabahnya: 1. Surat-surat wesel termasuk wesel yang diakseptasi oleh bank yang masa berlakunya tidak lebih lama daripada kebiasaan dalam perdagangan surat-surat dimaksud; 2. Surat pengakuan hutang dan kertas dagang lainnya yang masa berlakunya tidak lebih lama dari kebiasaan dalam perdagangan surat- surat dimaksud; 3. Kertas perbendaharaan negara dan surat jaminan pemerintah; 4. Sertifikat Bank Indonesia SBI; 5. Obligasi; 6. Surat dagang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; 7. Instrumen surat berharga lain yang berjangka waktu sampai dengan 1 satu tahun; e. Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah; f. Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya; g. Menerima pembayaran dari tagihan atas surat berharga dan melakukan perhitungan dengan atau antar pihak ketiga; h. Menyediakan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga; i. Melakukan kegiatan penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak; j. Melakukan penempatan dana dari nasabah kepada nasabah lainnya dalam bentuk surat berharga yang tidak tercatat di bursa efek; Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008. USU Repository © 2009 k. Membeli melalui pelelangan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut wajib dicairkan secepatnya; l. Melakukan kegiatan anjak piutang, usaha kartu kredit dan kegiatan wali amanat; m. Menyediakan pembiayaan bagi nasabah berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan yang ketentuan yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah; n. Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.” Dari serangkaian bentuk usaha bank, tampak dengan jelas bahwa kredit adalah salah satu bentuk usaha bank yang telah diatur dalam Undang-Undang Perbankan itu sendiri, yang mana seperti diatur dalam pasal 1 ayat 11 tentang defenisi kredit, kata-kata “… penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu…” dapat ditafsirkan pula secara luas, yakni produk jasa perbankan, sepanjang memerlukan penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, maka produk tersebut menjadi produk perkreditan. 31

B. Bentuk dan Jenis Kredit Bank