Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
biasanya bank memberikan kredit dengan cara konsorsium atau kredit sindikasi.
6. Jaminannya.
Kredit dari segi jaminan ini dapat dibedakan atas; a.
Kredit Tanpa Jaminan atau Kredit Blanko Unsecured Loan, yaitu pemberian kredit tanpa jaminan materil agunan fisik sehingga
pemberiannya sangatlah selektif dan ditujukan kepada nasabah besar yang telah teruji bonafiditas, kejujuran, dan ketaatannya, baik dalam transaksi
perbankan maupun kegiatan usaha yang dijalaninya. b.
Kredit Dengan Jaminan Secured Loan, yaitu kredit yang diberikan kepada debitur dimana selain didasarkan pada keyakinan atas kemampuan
debitur juga didasarkan pada adanya agunan atau jaminan yang berupa fisik collateral sebagai jaminan tambahan, misalnya berupa tanah,
bangunan, alat-alat produksi, dan sebagainya.
32
Pengelompokan kredit tersebut hanyalah untuk mempermudah dalam pelaksanaannya, karena pada dasarnya kredit tersebut mempunyai suatu kesamaan
yang asasi. Maksudnya, satu jenis kredit dapat saja dimasukkan dalam beberapa pengklasifikasian, misalnya: kredit investasi termasuk jenis kredit produktif, tetapi
juga dapat dimasukkan kredit jangka menengah atau kredit jangka panjang apabila dilihat dari jangka waktunya.
C. Prosedur Penyaluran Dana Dalam Perbankan
32
Drs. Muhamad Djumhana, S.H, Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya
Bakti, Bandung, hal 482-498
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
Salah satu unsur yang ada dalam pemberian kredit yaitu adanya unsur resiko berupa kemungkinan menderita kerugian karena kehilangan sebagian atau
seluruh kekayaan. Sehingga dalam proses penyaluran dana oleh bank yang berbentuk kredit haruslah dilakukan dengan selektif dan memperhatikan prinsip-
prinsip pemberian kredit. Adapun prinsip-prinsip pemberian kredit ini dituangkan dalam penjelasan pasal 8 Undang-Undang Perbankan, yang menyatakan bahwa
yang mesti dinilai oleh bank sebelum memberikan kredit adalah watak, kemampuan, modal, agunan, dan prospek usaha dari nasabah debitur, yang lazim
disebut dengan “The Five C of Credit Analysis” atau prinsip 5C’s.
33
1. Penilaian watak character
Pada sasarannya, konsep 5 C’s ini akan dapat memberikan informasi mengenai itikad baik willingness to pay dan kemampuan membayar ability to
pay nasabah untuk melunasi kembali pinjaman beserta bunganya. Prinsip-prinsip dalam penyaluran dana oleh bank dalam bentuk kredit ini meliputi:
Penilaian watak atau kepribadian calon debitur dimaksudkan untuk mengetahui kejujuran dan itikad baik calon debitur untuk melunasi atau
mengembalikan pinjamannya, sehingga tidak akan menyulitkan bank di kemudian hari. Hal ini dapat diperoleh terutama didasarkan kepada hubungan
yang telah terjalin antara bank dan calon debitur atau informasi yang diperoleh dari pihak lain yang mengetahui moral, kepribadian dan perilaku
calon debitur dalam kehidupan kesehariannya. 2.
Penilaian kemampuan capacity
33
Rachmadi Usman, S.H, Aspek-Aspek Hukum Perbankan Di Indonesia, PT Gramedia
Pustaka Utama, Jakarta, hal 246
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
Bank harus meneliti tentang keahlian calon debitur dalam bidang usahanya, dan kemampuan manajerialnya, sehingga bank yakin bahwa usaha
yang akan dibiayainya dikelola oleh orang-orang yang tepat, sehingga calon debiturnya dalam
jangka waktu tertentu mampu melunasi atau mengembalikan pinjamannya.
Apabila kemampuan bisnisnya kecil, tentu tidak layak diberikan kredit dalam skala besar. Demikian juga jika trend bisnisnya atau kinerja bisnisnya
menurun, maka kredit juga semestinya tidak diberikan. Kecuali jika penurunan itu karena kekurangan biaya sehingga dapat diantisipasi bahwa
dengan tambahan biaya melalui penyaluran dana dalam bentuk kredit dari bank maka trend atau kinerja bisnisnya tersebut dipastikan akan semakin
membaik. 3.
Penilaian terhadap modal capital Yakni bank harus melakukan analisis terhadap posisi keuangan secara
menyeluruh mengenai masa lalu dan yang akan datang, sehingga dapat diketahui kemampuan permodalan calon debitur dalam menunjang
pembiayaan proyek atau usaha calon debitur yang bersangkutan. Dalam praktek pelaksanaannya, selama ini bank jarang sekali memberikan
kredit untuk membiayai seluruh dana yang diperlukan nasabah. Nasabah wajib menyediakan modal sendiri, sedangkan kekurangannya itu dapat
dibiayai dengan kredit bank. Jadi bank fungsinya adalah hanya menyediakan tambahan modal, dan biasanya lebih sedikit dari pokoknya atau jumlah
keseluruhan yang dibutuhkan.
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
4. Penilaian terhadap agunan collateral
Untuk menanggung pembayaran kredit macet, calon debitur umumnya wajib menyediakan jaminan berupa agunan yang berkualitas tinggi dan
mudah dicairkan yang nilainya minimal sebesar jumlah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepadanya. Untuk itu sudah seharusnya bank
wajib meminta agunan tambahan dengan maksud jika calon debitur tidak dapat melunasi kreditnya, maka agunan tambahan tersebut dapat dicairkan
guna menutupi pelunasan atau pengembalian kredit atau pembiayaan yang tersisa.
5. Penilaian terhadap prospek usaha nasabah debitur condition of economy
Bank haruslah menganalisis keadaan pasar di dalam dan di luar negeri baik masa lalu maupun yang akan datang, sehingga masa depan pemasaran dari
hasil proyek atau usaha calon debitur yang dibiayai bank dapat diketahui. Selain memperhatikan prinsip-prinsip dalam pemberian kredit, maka bank
harus pula mengetahui mengenai tujuan penggunaan kredit dan rencana pengembangan kreditnya serta urgensi dari kredit yang diminta.
Setiap kebijaksanaan perkreditan bank yang dibuat oleh bank itu sendiri, wajib memuat dan menetapkan dengan jelas dan tegas prinsip kehati-hatian, dan
minimal harus meliputi kebijakan pokok perkreditan, tata cara penilaian mutu kredit, profesionalisme dan integritas pejabat perkreditan.
Adapun Kebijaksanaan Pokok Perkreditan KPP harus memuat pokok- pokok pengaturan mengenai:
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
1. Sistem dan prosedur perkreditan yang sehat, prosedur persetujuan pemberian
kredit, administrasi dan dokumentasi kredit, sistem dan prosedur pengawasan kredit.
2. Sistem dan prosedur kredit-kredit yang harus mendapat perhatian khusus dan
pencadangan kredit yang didisklasifikasikan. 3.
Sistem dan prosedur kredit yang bunganya dikapitalisir plafondering. 4.
Sistem dan prosedur penyelamatan dan penyelesaian kredit bermasalah dan penghapusbukuan write-off kredit macet.
5. Tatacara penyelesaian barang-barang agunan kredit yang dikuasai bank.
34
Selain itu, pokok-pokok pengaturan pemberian kredit juga harus menetapkan: 1.
Batas maksimum pemberian kredit BMPK dan jumlah modal bank. 2.
Tatacara penyediaan kredit yang akan dikonsorsiumkan, disindikasikan dan risk-sharing dengan bank-bank lain.
3. Persyaratan kredit bunga, jenisbentuk kredit, angsuran, dan agunan.
4. Kebijakan bank dalam kredit, khusus tentang BMPK, bilamana
melampauinya.
35
Dalam hal pelaksanaan penyaluran dana oleh bank dalam bentuk kredit, terdapat prosedur dalam beberapa tahap, sebagai berikut:
1. Permohonan
Pada tahap ini pihak bank, yang dilaksanakan oleh Account Officer, merupakan pihak yang menawarkanmenerima permohonan pengajuan kredit,
34
H. Moh. Tjoekam, SE, Perkreditan Bisnis Inti Bank Komersial, PT Gramedia Pustaka