Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
perikatan tersebut bersifat accesoir dari Perjanjian Kredit atau Pengakuan Utang yang diadakan antara debitur dengan kreditur.
10
Pentingnya keberadaan jaminan dalam pemberian kredit oleh bank ini tidak lain adalah suatu upaya dalam mengantisipasi resiko yang mungkin timbul
dalam tenggang waktu antara pelepasan dan pelunasan kredit tersebut. Adapun dalam pasal 2 ayat 1 Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia
Nomor 2369KEPDIR tanggal 28 Februari 2001 tentang Jaminan Pemberian Kredit, menyebutkan pengertian jaminan dalam pemberian kredit yakni keyakinan
bank atas kesanggupan debitur untuk melunasi kredit sesuai dengan yang diperjanjikan.
11
Dengan demikian jaminan kredit itu merupakan hak dan kekuasaan yang diserahkan oleh debitur kepada krediturbank guna menjamin
pelunasan utangnya apabila kredit yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu sebagaimana ditentukan dalam perjanjian kredit.
12
1. Jaminan Perorangan
B. Jenis-Jenis Jaminan Dalam praktik perbankan khususnya dalam pemberian kredit, pada
umumnya jenis-jenis jaminan terdiri dari:
Jaminan perorangan Personal Guarantee adalah jaminan berupa pernyataan kesanggupan yang diberikan oleh seseorang pihak ketiga, guna
10
Ibid, hal 162.
11
Drs. Muhamad Djumhana,S.H, Hukum Perbankan di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 510
12
Prof. DR. Faisal Afiff, SPEC, LIC, Strategi dan Operasional Bank, PT Eresco,
Bandung, hal 12
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
menjamin pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur apabila debitur yang bersangkutan cidera janji wanprestasi.
Namun saat ini, bukan saja jaminan perorangan yang dikenal tetapi bank sudah sering menerima jaminan serupa yang diberikan oleh perusahaan yang
dikenal dengan istilah Corporate Guarantee. Adapun jaminan ini pada dasarnya adalah penanggungan utang yang
pengaturannya dalam KUHPerdata terdapat dalam pasal 1820 sampai dengan pasal 1850 termasuk pula pasal 1316.
Pada pasal 1820 KUHPerdata memberikan pengertian penanggungan utang sebagai suatu persetujuan dengan mana seseorang pihak ketiga, guna
kepentingan si berpiutang, mengikatkan diri untuk memenuhi perikatannya si berutang, manakala orang ini sendiri tidak memenuhinya.
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan unsur-unsur dalam suatu penanggungan utang, yaitu:
a. Adanya hubungan utang piutang antara si berutang dengan si berpiutang;
b. Disepakatinya persetujuan penanggungan utang dengan masuknya pihak
ketiga penanggung dalam hubungan hukum tersebut diatas; c.
Masuknya pihak ketiga dinyatakan dalam suatu persetujuan yang berisi kesanggupan penanggung untuk memenuhi perikatan debitur jika ia
melakukan wanprestasi. Demi kepentingan bank, apabila penanggungan utang ini diterima sebagai
jaminan atas kredit yang akan dilepasnya, agar terhindar dari berbagai resiko
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
yang merugikan dan tidak diinginkan maka bank haruslah memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Perjanjian penanggungan utang adalah perjanjian accesoir, artinya harus
ada perjanjian utang piutang yang diikutinya. Sebagaimana diatur dalam pasal 1821 ayat 1 KUHPerdata, yang menegaskan bahwa tiada
penanggungan jika tidak ada perikatan pokok yang sah. Dalam hal ini sekaligus berarti kualitas dari perjanjian utang piutang haruslah benar-
benar sempurna tanpa cacat sedikitpun, karena cacatnya perjanjian utang piutang akan berpengaruh terhadap cacatnya pula penanggungan utang
sebagai perjanjian accesoir. b.
Apabila penanggungan utang tersebut adalah Personal Guarantee, atau dengan kata lain penaggung utang guarantor- nya adalah perorangan,
maka diperlukan persetujuan istri atau bantuan suami dalam melakukan perjanjian penanggungan utang tersebut. Filosofinya terletak pada pasal
1826 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa perikatan-perikatan papra penanggung berpindah kepada ahli warisnya.
c. Apabila penanggungan utang tersebut adalah Corporate Guarantee, atau
dengan kata lain penanggung utang guarantor-nya adalah perusahaan biasanya Perseroan Terbatas, maka yang pertama-tama harus
diperhatikan dalah Anggaran DasarAkta Pendirian Perseroan, tentang siapa-siapa yang berhak mewakili perseroan tersebut.
d. Dalam perjanjian penanggungan utang, hendaknya dimasukkan klausula
yang menyebutkan bahwa penanggung utang guarantor melepaskan hak-
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
hak istimewanya yang diatur dalam KUHPerdata, sehingga kreditur bank dapat juga menagih si penanggung tanpa adanya kewajiban menagih
terlebih dahulu si berutang debitur. Mengenai hal ini pengaturannya dimuat pada pasal 1831 KUHPerdata yang menyebutkan bahwa si
penanggung tidaklah diwajibkan membayar kepada si berpiutang, selainnya jika si berutang lalai, sedangkan benda-benda si berutang lebih
dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya. Sedangkan pada pasal 1832 antara lain menyebutkan pengecualiannya bahwa si penanggung
tidak dapat menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual untuk melunasi utangnya, apabila ia telah melepaskan hak
istimewanya untuk menuntut supaya benda-benda si berutang lebih dahulu disita dan dijual.
e. Debitur tidak dibenarkan menjadi penanggung utang guarantor, baik
berupa Personal Guarantee maupun Corporate Guarantee. Filosofinya, bahwa debitur atau orang yang berutang, secara yuridis formal menjadikan
seluruh harta bendanya – baik yang sudah ada maupun yang akan ada dikemudian hari – menjadi jaminan atas utang-utangnya pasal 1131
KUHPerdata. f.
Apabila diadakan tambahan kredit dan atau perpanjangan masa perjanjian kredit atau utang piutang, yang dijamin oleh penanggungan utang, maka
haruslah dengan sepengetahuan dan persetujuan penanggung utang guarantor yang bersangkutan. Filosofinya:
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
1. Bahwa setiap utang yang dijamin oleh guarantor, harus diketahui
olehnya, sehingga tidak akan ada sangkalan mengenai adanya perubahan struktur kredit tersebut, karena ia pun ikut mengetahui dan
menyetujuinya; 2.
Bahwa setiap perubahan perikatan pokoknya, maka secara yuridis formal perjanjian yang mengikutinya harus pula diubah sesuai dengan
perikatan pokoknya; 3.
Tidaklah diperbolehkan untuk memperluas penanggungan utang hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu
mengadakannya pasal 1824 KUHPerdata. 2.
Jaminan Kebendaan Jaminan kebendaan adalah jaminan berupa harta kekayaan, baik benda
maupun hak kebendaan, yang diberikan dengan cara pemisahan bagian dari harta kekayaan baik dari si debitur maupun dari pihak ketiga, guna menjamin
pemenuhan kewajiban-kewajiban debitur kepada pihak kreditur apabila debitur yang bersangkutan cidera janji wanprestasi.
Menurut sifatnya, jaminan kebendaan ini terbagi atas 2 dua, yaitu: jaminan dengan benda berwujud material dan jaminan dengan benda tidak
berwujud immaterial. Benda berwujud, dapat berupa bendabarang bergerak dan atau barang
tidak bergerak. Sedangkan benda tidak berwujud yang lazim diterima bank sebagai jaminan kredit adalah berupa hak tagih.
Barang bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank,
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
dapat berupa kendaraan bermotor, logam mulia, stok barang, dan sebagainya yang dapat dinilai baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Sedangkan
barang tidak bergerak yang lazim diterima sebagai jaminan kredit oleh bank, dapat berupa tanah, bangunan, kapal berukuran 20 meter kubik keatas, dan
lain-lain termasuk mesin-mesin pabrik yang melekat dengan tanah. Pembagian barang bergerak dan tidak bergerak tersebut diatur dalam
ketentuan pasal 506 sampai dengan pasal 518 KUHPerdata.
13
a. Tanah dan Bangunan
Dalam skripsi ini akan lebih diutamakan jaminan kredit yaitu berupa barang tidak bergerak.
Adanya kenyataan bahwa tanah-tanah dan benda-benda khususnya bangunan di atasnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat
dipisahkan, maka apabila bank akan menerima tanah sebagai jaminan kredit, maka benda-benda yang berada di atas tanah tersebut harus diminta
pula sebagai jaminan atas kredit tersebut. Dalam prakteknya, benda-benda tersebut biasanya adalah bangunan, baik rumah maupun kantor yang
digunakan oleh perusahaan-perusahaan yang dibiayai. Untuk menerima tanah sebagai jaminan kredit, haruslah dilihat jenis
hak atas tanah tersebut. Pentingnya mengetahui jenis hak atas tanah yang akan dijaminkan tersebut, adalah agar dapat dinilai dengan benar serta
dapat mengantisipasi resiko-resiko yang mungkin timbul dikemudian hari, apabila terjadi kemacetan atas kredit yang telah diberikan.
13
Hasanuddin Rahman, S. H, Aspek-Aspek Hukum Pemberian Kredit Perbankan Di Indonesia, PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal 163- 16
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
Jenis-jenis hak atas tanah dalam Undang-Undang Pokok Agraria UUPA tersebut meliputi:
1. Hak Milik, yaitu hak turun-temurun, terkuat dan terpenuh yang daapt
dipunyai orang atas tanah, dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, serta dengan mengingat bahwa semua hak atas tanah mempunyai
fungsi sosial. 2.
Hak Guna Usaha, yaitu hak untuk mengusahakan tanah yang dikuasai langsung oleh negara dalam jangka waktu tertentu, guna perusahaan
pertanian, perikanan, atau peternakan dan diberikan atas tanah yang luasnya paling sedikit 5 hektar serta dapat beralih dan dialihkan kepada
pihak lain. 3.
Hak Guna Bangunan, yaitu hak untuk mendirikan dan mempunyai bangunan-bangunan atas tanah yang bukan milik sendiri dengan jangka
waktu paling lama 30 tahun dan jangka waktu tersebut dapat diperpanjang dengan waktu paling lama 20 tahun serta dapat beralih
dan dialihkan kepada pihak lain. 4.
Hak Pakai, yaitu hak untuk menggunakan atau memungut hasil dari tanah yang dikuasai langsung oleh Negara atau tanah milik orang lain
yang memberi wewenang dan kewajiban yang ditentukan dalam keputusan pemberiannya oleh pejabat yang berwenang memberikan
atau dalam perjanjian dengan pemilik tanahnya yang bukan perjanjian sewa-menyewa atau perjanjian pengolahan tanah, segala sesuatu asal
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
tidak bertentangan dengan jiwa dan ketentuan-ketentuan undang- undang ini.
5. Hak Sewa, yaitu hak untuk mempergunakan tanah milik orang lain
untuk keperluan bangunan dengan membayar kepada pemiliknya sejumlah uang sebagai sewa.
6. Hak Membuka Tanah dan Memungut Hasil Hutan, yaitu hak-hak yang
hanya dapat dipunyai oleh Warga Negara Indonesia dan diatur oleh Peraturan Pemerintah.
7. Hak-hak lain yang tidak termasuk dalam hak-hak tersebut diatas yang
akan ditetapkan dengan undang-undang serta hak-hak yang sifatnya sementara, seperti hak gadai, hak usaha bagi hasil, hak menumpang dan
hak sewa tanah pertanian.
14
Berdasarkan hak-hak yang disebutkan diatas maka untuk pengamanan atas jaminan kredit, bank seyogianya hanya akan mempertimbangkan
untuk menerima Hak Milik, Hak Guna Usaha, dan Hak Guna Bangunan sebagai jaminan kredit. Hal ini dengan melihat bahwa hanya ketiga jenis
hak tersebut yang secara tegas disebutkan kemungkinan dapat beralih dan dialihkan.
Namun demikian, melihat perkembangan dan persaingan antar bank saat ini, tidak sedikit bank yang berani menerima jenis hak atas tanah
tersebut, bahkan terhadap tanah-tanah yang tidak jelas kepemilikannya, yaitu berupa tanah kavling dan tanah garapan. Walaupun secara yuridis
14
Tampil Anshari Siregar, Undang-Undang Pokok Agraria Dalam Bagan, Kelompok
Studi Hukum dan Masyarakat Fakultas Hukum USU, Medan, hal 49-50
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
formal, bank akan menghadapi banyak resiko apabila menerima tanah yang tidak jelas jenis hak dan status kepemilikannya.
b. Kapal
Kapal adalah semua perahu, dengan nama apapun, dan dari macam apapun juga, kecuali apabila ditentukan atau diperjanjikan lain, maka
kapal itu dianggap meliputi segala alat perlengkapannya. Yang dimaksud alat perlengkapan kapal adalah segala benda yang bukan suatu bagian
daripada kapal itu sendiri, namun diperuntukkan untuk selamanya dipakai tetap dengan kapal itu pasal 309 KUHDagang.
Kapal laut adalah semua kapal yang dipakai untuk pelayaran di laut atau yang diperuntukkan untuk itu pasal 310 KUHDagang.
Kapal Indonesia adalah setiap kapal yang dianggap sebagai demikian oleh undang-undang tentang surat-surat kapal dan pas-pas kapal pasal 311
KUHDagang. Sebuah kapal yang telah dibuat atau sedang dibuat di Indonesia,
dianggap sebagai kapal Indonesia, hingga saat diserahkannya kapal itu oleh si pembuat kepada si oranglah atas tanggungan siapa kapal itu telah
atau sedang dibuat, atau saat kapal itu dipakainya sendiri oleh si pembuat guna suatu pelayaran pasal 312 KUHDagang.
Dari pengertian-pengertian diatas maka apabila bank akan menerima kapal sebagai jaminan kredit, bank harus melihat apakah kapal tersebut
kapal Indonesia atau bukan yaitu dengan meminta Surat Kebangsaan
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
Kapal, yang dikeluarkan oleh negara atau pemerintah, tempat dimana asal kebangsaan kapal tersebut.
Adapun untuk kepentingan pembebanan hak tanggungan atau perikatan jaminan kapal, maka secara umum dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu
kapal yang berukuran kurang dari 20 meter kubik, dan kapal yang berukuran 20 meter kubik atau lebih sesuai ketentuan pasal 314
KUHDagang. Untuk kapal yang berukuran 20 meter kubik atau lebih, haruslah memiliki Grosse Akta Pendaftaran Kapal yang dikeluarkan oleh
syahbandar, surat laut, dan pasa kapal tahunan. Sedangkan untuk kapal- kapal lainnya, perlu dimintakan surat ukur kapal, surat keterangan layak
jalan, dan surat izin perjalanan dalam negeri. Diterimanya suatu kapal sebagai jaminan dalam pemberian kredit maka
memerlukan suatu monitoring yang optimal dari pihak bank sebagai pemberi kredit guna meminimalkan resiko yang mungkin timbul atas
barang jaminan tersebut. Sehingga harus sangat diperhatikan beberapa hal yang menyangkut tentang kapal dalam menjadikannya sebagai jaminan
kredit, seperti kepemilikan kapal, ukuran, dan keadaan fisik kapal tersebut.
15
c. Mesin-mesin
Sama halnya dengan kapal, untuk kepentingan pembebanan hak tanggungan atau perikatan jaminan mesin-mesin ini, maka secara umum
dapat dibagi menjadi 2 dua bagian, yaitu mesin yang karena sifatnya
15
Hasanuddin Rahman, S. H, Op.Cit, hal 174-176
Yessy Susanna Tarigan : Tinjauan Yuridis Terhadap Kedudukan Benda Tidak Bergerak Sebagai Jaminan Dalam Perjanjian Kredit, 2008.
USU Repository © 2009
melekat dengan tanah sehingga dianggap sebagai benda tetaptidak bergerak, dan mesin-mesin yang karena sifatnya dengan mudah dapat
dipindahkan, sehingga dianggap sebagai benda tidak tetaptidak bergerak. Selain perbedaan dalam pembebanan hak tanggungan, maka perlakuan
dan persyaratan dalam menerima mesin-mesin tersebut sebagai jaminan, maka tidak ada perbedaan baik yang dianggap sebagai benda tetap maupun
sebagai benda bergerak. Dalam hal bank menetapkan mesin-mesin tersebut dapat dijadikan
jaminan kredit atau tidak, maka bank sebagai pemberi kredit harus memperhatikan kepemilikan dan keadaan fisik dari mesin-mesin tersebut.
Untuk mengetahui kepemilikannya, maka dapat dilihat pada fakturinvoice atau pada kuitansi pembeliannya.
16
1. Bank tidak diperkenankan memberikan kredit tanpa surat perjanjian tertulis;
C. Fungsi Jaminan Dalam Perjanjian Kredit