Harus Ada Perbuatan. Adanya Hubungan Sebab Akibat Antara Perbuatan Melawan Hukum Itu Adanya Kerugian

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 34 Unsur-Unsur Perbuatan Melawan Hukum Sesuai dengan ketentuan dalam Pasal 1365 KUH Perdata, maka suatu perbuatan melawan hukum haruslah mengandung unsur-unsur sebagai berikut : 26

1. Harus Ada Perbuatan.

“1. Harus ada perbuatan. Yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif, artinya setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat; 2. Perbuatan itu harus melawan hukum; 3. Adanya kesalahan schuld; 4. Adanya hubungan sebab akibat antara perbuatan melawan hukum itu dengan kerugian; 5. Adanya kerugian”. Berikut ini penjelasan masing-masing unsur dari perbuatan melawan hukum tersebut, yaitu sebagai berikut : Yang dimaksud dengan perbuatan ini baik yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif. Artinya, setiap tingkah laku berbuat atau tidak berbuat. Perkataan “perbuatan” dalam rangkaian kata-kata perbuatan melawan hukum tidak berarti hanya perbuatan aktif yaitu suatu perwujudan berbuat sesuatu yang melawan hukum, tetapi termasuk kepada perbuatan yang pasif juga, yaitu perbuatan yang mengabaikan suatu keharusan. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 35

2. Perbuatan Itu Harus Melawan Hukum.

Perbuatan yang dilakukan tersebut haruslah melawan hukum. Sejak tahun 1919, unsur perbuatan melawan hukum ini diartikan dalam arti seluas-luasnya, yakni meliputi hal-hal sebagai berikut : 27 b. Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum, “ a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku, c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku, d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan goede zeden, e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain.” Kelima hal tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Perbuatan yang melanggar undang-undang yang berlaku

Perbuatan tersebut dikatakan perbuatan melawan hukum, apabila perbuatan itu bertentangan dengan hukum pada umumnya. Yang dimaksud dengan hukum adalah ketentuan-ketentuan hukum tertulis undang-undang dan bukan hanya itu tapi juga hukum tidak tertulis yang harus ditaati oleh masyarakat seperti kebiasaan-kebiasaan.

b. Perbuatan yang melanggar hak orang lain yang dijamin oleh hukum

Perbuatan yang bertentangan dengan hak orang lain termasuk salah satu perbuatan yang dilarang oleh Pasal 1365 KUHPerdata. Hak-hak yang dilanggar tersebut adalah hak-hak seseorang yang diakui oleh hukum, termasuk tapi tidak terbatas pada hak-hak sebagai berikut : 1 Hak pribadi 2 Hak-hak kekayaan 26 Ibid, hal.10 Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 36 3 Hak atas kebebasan 4 Hak atas kehormatan dan nama baik

c. Perbuatan yang bertentangan dengan kewajiban hukum si pelaku

Juga termasuk kategori perbuatan melawan hukum jika perbuatan tersebut bertentangan dengan kewajiban hukum dari pelakunya. Dengan istilah kewajiban hukum rechtsplicht ini, yang dimaksudkan adalah bahwa suatu kewajiban yang diberikan oleh hukum terhadap seseorang, baik hukum tertulis maupun hukum tidak tertulis. Jadi bukan hanya bertentangan dengan hukum tertulis, melainkan juga bertentangan dengan hak oranglain menurut Undang-undang. Karena itu pula, istilah yang dipakai untuk perbuatan melawan hukum adalah onrechtmatige daad dan bukan onwetmatige daad.

d. Perbuatan yang bertentangan dengan kesusilaan

Tindakan yang bertentangan dengan kesusilaan yang oleh masyarakat telah diakui sebagai hukum tidak tertulis juga dianggap sebagai perbuatan melawan hukum. Karena itu, mana kala dengan tindakan melanggar kesusilaan telah terjadi kerugian bagi pihak lain, maka pihak yang menderita kerugian tersebut dapat menuntut ganti rugi berdasarkan atas perbuatan melawan hukum Pasal 1365 KUHPerdata. Dalam putusan terkenal Lidenbaum v. Cohen 1919, Hoge Raad menganggap tindakan Cohen untuk membocorkan rahasia perusahaan dianggap sebagai tindakan yang 27 Ibid, hal.11 Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 37 bertentangan dengan kesusilaan, sehingga dapat digolongkan sebagai suatu tindakan melawan hukum.

e. Perbuatan yang bertentangan dengan sikap yang baik dalam

bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Jika seseorang melakukan tindakan yang merugikan orang lain, tidak secara melanggar pasal-pasal dari hukum tertulis, mungkin masih dapat dijerat dengan perbuatan melawan hukum karena tindakannya tersebut bertentangan dengan prinsip kehati-hatian atau sikap yang baik dalam bermasyarakat untuk memperhatikan kepentingan orang lain. Keharusan untuk bersikap baik dalam bermasyarakat tentunya tidak tertulis, tetapi diakui oleh masyarakat yang bersangkutan dan dikenal sebagai kebiasaan. Seperti yang kita ketahui kebiasaan juga merupakan hukum apabila suatu kebiasaan itu dilakukan secara tetap dan berulang-ulang dalam jangka waktu yang lama, mempunyai kekuatan normatif atau kekuatan mengikat, menimbulkan keyakinan umum diakui masyarakat dan dalam pelaksanaannya setiap pelanggaran diberikan sanksi.

3. Adanya Kesalahan schuld.

Agar dapat dikenakan pasal 1365 KUH Perdata tentang perbuatan melawan hukum tersebut, Undang-Undang dan yurisprudensi mensyaratkan agar para pelaku haruslah mengandung unsur kesalahan shculdelement dalam melaksanakan perbuatan tersebut. Tanggung jawab tanpa kesalahan tidak termasuk tanggung jawab berdasarkan kepada Pasal 1365 KUH Perdata. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 38 Jikapun dalam hal tertentu diberlakukan tanggung jawab tanpa kesalahan hal tersebut tidaklah didasari atas Pasal 1365 KUH Perdata, tetapi didasarkan kepada undang-undang lain. Karena pasal 1365 mensyaratkan adanya unsur “kesalahan “ dalam suatu perbuatan melawan hukum, maka perlu diketahui bagaimanakah cakupan dari unsur kesalahan tersebut. Suatu tindakan dianggap oleh hukum mengandung unsur kesalahan sehingga dapat dimintakan tanggung jawabnya secara hukum jika memenuhi unsur-unsur sebagai berikut : 28 c. Tidak ada alasan pembenar atau alasan pemaaf, seperti keadaan overmacth, membela diri, tidak waras, dan lain-lain”. “a. Ada unsur kesengajaan, atau b. Ada unsur kelalaian, dan Mengenai unsur kesengajaan, dalam perbuatan melawan hukum unsur kesengajaan baru dianggap ada manakala dengan perbuatan yang dilakukan dengan sengaja tersebut, telah menimbulkan konsekwensi tertentu terhadap fisik danmental atau properti dari korban., meskipun belum merupakan kesengajaan untuk melukai fisik atau mental dari korban tersebut. Unsur kesengajaan tersebut dianggap eksis dalam suatu tindakan manakala memenuhi elemen-elemen sebagai berikut : 29 28 Ibid, hal.12 29 Ibid, hal.47 “a. Adanya kesadaran untuk melakukan b. Adanya konsekuensi dari perbuatan. Jadi, bukan hanya ada perbuatan saja. c. Kesadaran untuk melakukan, bukan hanya untuk menimbulkan konsekuensinya, melainkan juga ada kepercayaan bahwa dengan tindakan tersebut “pasti” dapat menimbulkan konsekwensi tersebut.” Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 39 Suatu perbuatan dilakukan dengan sengaja apabila terdapat “maksud” dari pihak si pelaku. Dalam hal ini perlu dibedakan antara istilah “maksud” dengan “motif”. Dengan istilah “maksud” diartikan sebagai suatu keinginan untuk menghasilkan suatu akibat tertentu. Jika kita menyulut api kesebuah mobil, tentu tindakan tersebut mempunyai “maksud” untuk membakar mobil tersebut. Akan tetapi motif dari membakar mobil tersebut bisa bermacam-macam, misalnya motifnya adalah sebagai tindakan balas dendam, protes, menghukum, membela diri, dan lain-lain. Dalam hubungan dengan akibat yang ditimbulkan oleh adanya tindakan kesengajaan tersebut, “rasa keadilan” memintakan agar hukum lebih memihak kepada korban dari tindakan tersebut. Sehingga dalam hal ini, hukum lebih menerima pendekatan yang “objektif”. Artinya hukum lebih melihat dari tindakan tersebut kepada para korban daripada melihat apa maksud sesungguhnya dari si pelaku, meskipun masih dengan tetap mensyaratkan adanya unsur kesengajaan tersebut. Dalam periklanan kebanyakan pelanggaran yang terjadi termasuk ke dalam perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Mengapa demikian ? Karena meskipun para pembuat iklan atau pengiklan sudah mengetahui Peraturan-peraturan ataupun Etika Pariwara namun mereka tetap saja membuat iklan yang sedemikian rupa sehingga menyesatkan konsumen. Sebagai contoh, perang tarif yang kini sedang digencarkan para operator seluler. Salah satunya adalah Esia yang dengan jelas melakukan suatu perbuatan melawan hukum berupa persaingan tidak sehat dalam berbisnis. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 40 Esia, alih-alih membandingkan tarifnya dengan sesama CDMA yaitu, Star One, Flexy, Fren dan lain-lain, malah membandingkan tarifnya dengan GSM. Bagi konsumen yang kurang teliti pasti langsung tertarik, padahal dibandingkan tarif sesama CDMA, Esia jelas jauh lebih mahal. Sealin itu, Esia juga melakukan perbuatan melawan hukum berupa kebohongan yang merugikan orang lain. Dimana dalam iklan yang dibuat Esia, Esia menjelek-jelekkan operator lain. Memang tidak secara langsung namun jelas terlihat dari penggambaran- penggambarannya seperti, warna baju dari si model dimana merah berarti merek Simpati, kuning berarti merek Mentari ataupun biru yang berarti merek Pro XL. Keseluruhan model perbuatan melawan hukum tersebut dapat dicakup oleh pengertian perbuatan melawan hukum versi Pasal 1365 KUH Perdata, asalkan unsur-unsur yuridis dari Pasal 1365 tersebut dapat dipenuhi. Dalam sejarah hukum negara-negara Eropa Kontnental, mula-mula perbuatan kelalaian tidak diterima sebagai suatu bidang perbuatan melawan hukum yang berdiri sendiri. Mungkin setelah tahun 1919 dengan adanya kasus Lidenbaum v. Cohen yaitu kasus perbuatan kelalaian berupa pelanggaran terhadap kebiasaan dan kepatutan dalam masyarakat diterima sebagai suatu bagian dari perbuatan melawan hukum. Sedangkan dalam negara Common Law, perbuatan kelalaian sebagai perbuatan melawan hukum yang berdiri sendiri sudah dikenal mulai awal abad ke 19. Pada tahap awal perkembangannya perbuatan kelalaian diterima dalam kasus-kasus kelalaian Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 41 dari orang yang menjalankan kepentingan publik seperti dokter, pengangkut manusia supir, masinis, nahkoda, pilot, penjaga toko dan lain-lain. Perkembangan tersebut mempunyai hubungan sebab akibat dengan perkembangan revolusi industri saat itu. Sebab, banyak juga kasus kelalaian diterapkan kepada kasus-kasus kelalaian pelaku industri yang menyebabkan kerugian bagi masyarakat, misalnya yang disebabkan oleh mesin-mesin industri dan pengangkutan kereta api yang mulai berkembang saat itu. Kemudian, dalam sejarah perbuatan kelalaian ini berkembang dalam kasus-kasus yang berkenaan dengan kecelakaan, terutama kecalakaan lalu lintas. Sejak itu orang mulai berfikir bahwa tidak ada alasan yang wajar untuk memindahkan beban tanggung jawab dari korban kepada pelaku selama pelaku tidak dalam keadaan bersalah. Karena itu, mulailah dikembangkan konsep kelalaian dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum. Dalam ilmu hukum diajarkan bahwa agar suatu perbuatan dapat dianggap sebagai kelalaian, haruslah memenuhi unsur pokok sebagai berikut : 30 b. Adanya suatu kewajiban kehati-hatian. “a. Adanya suatu perbuatan atau mengabaikan sesuatu yang mestinya dilakukan. c. Tidak dijalankan kewajiban kehati-hatian tersebut. d. Adanya kerugian bagi orang lain. e. Adanya hubungan sebab akibat antara melakukan perbuatan atau tidak melakukan perbuatan dengan kerugian yang timbul”. Tentang kelalaian itu sendiri dikenal berbagai tingkatan dengan konsekuensi hukum yang berbeda-beda. Pada umumnya tingkatan kelalaian tersebut adalah sebagai berikut : 30 Ibid, hal.73 Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 42 a. Kelalaian ringan b. Kelalaian biasa c. Kelalaian berat Akan halnya mengenai kelalaian berat, terdapat pembedaan sebagai berikut :

a. Beratnya tingkat kehati-hatian.

Agar sesorang lepas dari tuduhan kelalaian, di haruslah melakukan kegiatannya dalam tingkat kehati-hatian yang wajar. Ada beberapa kelompok pekerjaan yang dituntut untuk memiliki kepedulian dan kehati-hatian yang lebih tinggi dari yang lain misalnya, pengangkut publik seperti supir, masinis, pilot dan sebagainya, lebih tinggi tingkat kehati-hatiannya daripada pengangkut beras. Contoh lain, seorang dokter yang melakukan bedah saraf, lebih tinggi tingkat kehati-hatiannya daripada pemotong hewan. Konsekuensinya hukumnya adalah bahwa bisa saja tindakan bagi orang biasa belum merupakan kelalaian, tetapi bagi kelompok super hati-hati ini sudah merupakan perbuatan kelalaian bahkan dapat merupakan kelalaian berat karena menyangkut nyawa seseorang.

b. Beratnya tingkat kelalaian.

Beratnya tingkat kelalaian ini bila ditelusuri dari sejarah hukum Eropa Kontinental terkhusus pada hukum yang berkenaan dengan pengurusan harta milik orang lain, atau yang disebut dengan bailment. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 43 Tentang pengurusan harta orang lain ini, terdapat 3 tiga macam kelalaian dengan konsekuensi hukum yang berbeda-beda, yaitu sebagai berikut : 31

c. Perbuatan kecerobohan

“1. Kelalaian ringan Diberlakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam sistem kepengurusan harta untuk kepentingan pihak yang mengurus. 2. Kelalaian biasa diberlakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam sistem kepengurusan harta untuk kepentingan pihak yang mengurus maupun untuk kepentingan pihak yang diurus. 3. Kelalaian berat Dilakukan terhadap kelalaian mengurus harta benda dalam kepengurusan harta secara gratis semata-mata untuk kepentingan pihak yang diurus”. Perbuatan kecerobohan merupakan kelalaian yang paling tinggi derajatnya. Perbuatan kecerobohan ini sering disebut dengan “Kuasi Kesengajaan”. Karena itu, tidak mengherankan jika sanksi yang dikenakan terhadap pelaku tindakan kecerobohan lebih berat daripada yang lain. Misalnya sanksi berupa ganti rugi penghukuman. Perbuatan kecerobohan memang sangat besar unsur kelalaiannya bahkan tempatnya sebenarnya sudah berada ditengah antara perbuatan kesengajaan dengan perbuatan kelalaian. Seseorang dikatakan melakukan tindakan kecerobohan jika memenuhi kriteria umum seperti berikut : 32 31 Ibid, hal.85 32 Ibid, hal.86 “1 Perbuatan tersebut mengakibatkan resiko yang tidak layak berupa bahaya bagi tubuh seseorang, Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 44 2 Resiko yang sangat besar, baik ditinjau dari segi bahayanya maupun dari besarnya kemungkinan akan terjadi resiko tersebut”. Disamping perbedaan mengenai tingkat kelalaiannya, antara tindakan kelalaian dengan tindakan kecerobohan terdapat juga perbedaan dari jenis masing-masing perbuatan melawan hukum tersebut. Jadi, kesadaran mental pelaku juga berbeda. Jika pada kelalaian, pelakunya dalam melakukan perbuatan tersebut dalam keadaan hanya kurang perhatian, tidak kompeten atau kurang hati-hati. Tetapi dalam tindak kecerobohan, pelaku sadar sepenuhnya atau di presumsi adanya kesadaran akan terjadi kerugian bagi korban, tetapi tetap saja dilakukan perbuatan tersebut. Akan tetapi, tindakan kecerobohan ini berbeda dengan perbuatan melawan hukum karena kesengajaan, sebab dalam tindakan kecerobohan, si pelaku tidak pernah berniat untuk dengan sengaja menimbulkan kerugian bagi oranh lain, tetapi dia melakukan sesuatu yang dia sadar bahwa akibat tertentu yang merugikan orang lain akan terjadi, dimana dia tidak memperdulikan tentang akaibat tersebut dan tetap memilih untuk melakukannya. Dalam periklanan ada suatu contoh kasus kelalaian yaitu kasus papan iklan Lux. Wanita yang dijadikan model dalam iklan tersebut menuntut kepada Lux untuk mencabut semua iklan yang memuat foto dirinya baik itu selebaran, spanduk, papan poster dan lain-lain. Hal ini dikarenakan kontrak sebagai model iklan sabun Lux tersebut sudah habis. Lux pun menyanggupi dan mencabut semua iklan produk sabun Lux dimana wanita itu sebagai modelnya. Namun setelah beberapa waktu wanita mantan model Lux Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 45 itu menemukan satu papan poster yang masih dipasang dengan dia sebagai modelnya, disuatu daerah di Jawa Tengah. Ia akhirnya menggugat Lux atas kelalaian Lux yang ternyata belum mencabut semua poster yang bergambar dirinya. Ia merasa dirugikan dan meminta Lux untuk membayar ganti rugi kepadanya. Lux dapat dikatakan melakukan suatu kelalaian karena belum mencabut semua selebaran, spanduk dan papan poster yang merupakan kesepakatan kontak Lux dengan wanita itu. Karena sepanjang poster-poster itu masih dipajang maka Lux melanggar ketentuan kontrak dan membayar wanita itu seolah-olah wanita itu masih merupakan model iklan sabun Lux. 33 33 www.kompas.com Perbuatan melawan hukum dengan unsur kelalaian berbeda dengan perbuatan melawan hukum dengan unsur kesengajaan. Dengan kesengajaan, ada niat dari hati pihak pelaku untuk menimbulkan kerugian tertentu bagi korban, atau paling tidak mengertahui secara pasti bahwa akibat dari perbuatannya tersebut akan terjadi. Akan tetapi dalam kesengajaan tidak ada niat dari dalam hati pihak pelaku untuk mrnimbulkan kerugian, bahkan mungkin ada keinginan untuk mencegah tejadinya kerugian tersebut. Dengan demikian, dalam perbuatan hukum dengan unsur kesengajaan, niat atau sikap mental menjadi faktor dominan. Tetapi pada kelalaian, niat atau sikap mental tersebut tidak menjadi penting, yang penting dalam kelalaian ialah sikap lahiriah dan perbuatan yang dilakuakan tanpa terlalu mempertimbangkan apa yang ada dalam pikirannya. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 46

4. Adanya Hubungan Sebab Akibat Antara Perbuatan Melawan Hukum Itu

Dengan Kerugian. Masalah hubungan sebab akibat ini menjadi isu sentral dalam hukum tentang perbuatan melawan hukum karena fungsinya adalah untuk menentukan apakah seseorang tergugat harus bertanggung jawab secara hukum atas tindakannya yang menyebabkan kerugian terhadap orang lain. Dalam hal ini, kausalitas termasuk juga sebagai dasar gugatan ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum. Dalam suatu peristiwa biasanya tidak pernah disebabkan suatu fakta, namun oleh fakta-fakta yang berurutan. Pada gilirannya fakta-fakta tersebut disebabkan oleh fakta lainnya sehingga merupakan suatu rantai kausalitas fakta-fakta yang menimbulkan suatu akibat tertentu.

5. Adanya Kerugian

Adanya kerugian bagi korban juga merupakan syarat agar gugatan berdasarkan Pasal 1365 KUH Perdata dapat dipergunakan. Kerugian yang disebabkan karena perbuatan melawan hukum dapat berupa kerugian materiil dan immaterial. Kerugian materiil adalah kerugian yang menyangkut segi ekonomis dari penderita perbuatan melawan hukum. Contoh : kerugian karena tabrakan mobil, hilangnya keuntungan, ongkos barang, biaya reparasi dan lain-lain. Sedangkan perbuatan immaterial yang diderita oleh penderita perbuatan melawan hukum berupa ketakutan, kekecewaan, penyesalan, sakit, dan kehilangan Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 47 semangat hidup. Kerugian immaterial ini lebih berupa kerugian batiniah bagi si penderita. Iklan yang menyesatkan konsumen menyebabkan beberapa kerugian kepada konsumen diantaranya kerugian fisik dan kerugikan ekonomi. 34 Kerugian fisik yang dimaksud adalah kerugian badani konsumen yang berhubungan dengan keamanan dan keselamatan tubuh dan atau jiwa mereka dalam penggunaan barang atau jasa konsumen. Dengan kata lain dapat terjadi gangguan atas fisik, jiwa atau harta benda konsumen. Dalam perolehan barang atau jasa itu memnuhi kebutuhan hidup dari konsumen tersebut dan memberikan manfaat baginya tubuh dan jiwanya. Fisik konsumen dapat terganggu kalau perolehan barang atau jasa malah menimbulkan kerugian berupa gangguan kesehatan badan atau ancaman pada keselamatan jiwanya. Sebagai contoh pembelian obat yang tidak sesuai dengan standar yang ditentukan undang-undang dan tidak menyebutkan efek samping. Pada tahun 1950-an guna mengontrol rasa mual selama beberapa minggu kehamilan dipromosikan obat penghilang rasa mual. Publikasi ini dilakukan tanpa membeberkan efek samping penggunaan obat tersebut. Ternyata akibat mengkonsumsi obat tersebut menyebabkab kegagalan pembentukan janin dalam rahim ibu, maka lahirlah bayi-bayi tanpa anggota badan yang lengkap di Eropa dan Australia. 35 Sedangkan kerugian ekonomi yang dapat dialami konsumen adalah konsumen tidak dapat memperoleh hasil yang optimal dari penggunaan sumber- sumber ekonomi mereka dalam mendapatkan barang atau jasa untuk kebutuhan 34 Az. Nasution, Op,.cit, hal 78 Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 48 hidup mereka. Untuk keperluan ini, tentu saja konsumen harus mendapatkan informasi yang benar dan bertanggung jawab tentang produk konsumen tersebut, yaitu informasi yang informasi tentang segala kebutuhan hidup yang diperlukannya. Misalnya barang-barang bajakan yang banyak di jual di pasaran. Merek-merek terkenal yang dipalsukan dan penjualnya mengatakan bahwa merk itu asli keluaran merk tersebut. Dalam hal ini tentu saja konsumen yang membeli merasa tertipu karena sudah mengeluarkan uang dalam jumlah banyak untuk membeli barang bermerk yang dipalsukan berkaitan dengan keaslian produk konsumen dan persaingan curang dalam bidang usaha.

B. Pertanggungjawaban Para Pihak Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum

Dalam KUH Perdata, mengenai pertanggungjawaban terbagi dalam dua golongan, yaitu : 1. Tanggung jawab langsung, yang diatur dalam Pasal 1365 KUH Perdata. 2. Tanggung jawab tidak langsung, yang diatur dalam Pasal 1367, 1368 dan 1369 KUH Perdata. Ketentuan dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat menuntun ganti rugi berdasarkan perbuatan melawan hukum terdapat pada Pasal 1365 KUH Perdata, dan Pasal 1367 sampai 1369 KUH Perdata menyatakan tentang seseorang tertentu yang harus bertanggung jawab atas kerugian yang diderita orang lain. 35 Dedi Harianto, Op.cit., hal 57.