Tanggung Jawab Media Periklanan

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 55 jelas dan lengkap. Begitu pula mengenai penggunaan media untuk mengkampanyekan promosi dimaksud, hendaknya sama dengan yang digunakan untuk mengumumkan pemenangnya. Kecuali dalam pesan-pesan promosi tersebut telah diberitahukan mengenai media-media yang akan digunakan untuk mengumumkan hasil-hasilnya. Dalam Bab IV Perusahaan Periklanan ayat 1 ditegaskan bahwa “Perusahaan periklanan berkewajiban mengingatkan pengiklan tentang hal-hal yang bertentangan dengan hukum dan atau kode etik periklanan”. Selanjutnya, dalam ayat 2 ditambahkan “Perusahaan periklanan yang telah menjalankan kewajibannya dapat membebaskan diri dari gugatan dan tuntutan”.

3. Tanggung Jawab Media Periklanan

Media iklan bertanggung jawab apabila dalam mengiklankan suatu produk produsen dan biro iklan telah menetapkan bentuk dan isi iklan, akan tetapi dalam penayangannya terjadi perubahan, di mana setelah ditayangkan berbeda dengan yang sebenarnya, maka yang bertanggung jawab adalah media iklan yang bersangkutan. Pesan-pesan periklanan pada hakekatnya adalah “titipan opini” dari mesyarakat yang di salurkan melalui media. Dengan pengertian ini, pesan-pesan periklanan tersebut selain memiliki nilai-nilai komersil, ia juga memiliki nilai-nilai ideal yang tidak selalu berpadanan dengan nilai-nilai sosial budaya yang ada. Kerena itu, media periklanan ikut memikul tanggung jawab agar segala “opini” yang disampaikan masyarakat itu, tidak berbenturan dengan Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 56 tatanan sosial yang ada. Lebih lagi, jika hal ini berkaitan dengan kemajemukan masyarakat Indonesia. Media periklanan, utamanya media massa, merupakan saringan filter terakhir, sebelum sesuatu pesan periklanan sampai ke masyarakat. Karena itu, media periklanan ikut bertanggung jawab dalam memilah dan memilih, sehingga hanya memuat atau menyiarkan pesan-pesan periklanan yang sesuai dengan profil khalayaknya. Pengaruh globalisasi pemasaran dan periklanan telah mendorong terjadinya penerobosan pesan-pesan periklanan maupun nilai-nilai sosial budaya lain melalui media-media asing. Sejalan dengan itu, media periklanan nasional hendaknya mengambil peran aktif untuk : 38 b. Memberi keseimbangan informasi tentang jati diri bangsa maupun wawasan nasional, khususnya yang berkaituan dengan 3 tiga isu dunia saat ini, yakni : demokratisasi, hak asasi manusia dan lingkungan hidup. “a. Mendorong promosi produk-produk Indonesia oleh Pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta nasional ke Luar Negeri. c. Ikut menangkal segala anasir yang dapat mengganggu tatanan perekonomian dan sosial budaya bangsa, baik yang dari dalam negeri maupun yang dari luar negeri”. Pengaturan mengenai kewajiban media iklan untuk melakukan mekanisme kontrol ditentukan dalam beberapa pasaldari beberapa peraturan yang berbeda, diantaranya Pasal 6 UU No. 40 Tahun 1999 tentang Pers, ditegaskan bahwa : “Pers nasional melaksanakan peranannya sebagai berikut : a. Memenuhi hak masyarakat untuk mengetahui; 38 Ibid, hal.59 Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 57 b. Menegakkan nilai-nilai dasar demokrasi, mendorong terwujudnya supremasi hukum, dan hak asasi manusia, serta menghormati kebhinekaan; c. Mengembangkan pendapat umum berdasarkan informasi yang tepat akurat dan benar; d. Melakukan pengawasan, kritik, koreksi dan saran terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kepentingan umum; e. memperjuangkan keadilan dan kebenaran”. Bagi lembaga penyiaran kewajiban untuk melakukan pengaawasan dan koreksi informasi iklan, dapat ditemukan diantaranya dalam Pasal 26 ayat 2 UU No. 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran. Dimana ditegaskan bahwa : “Dalam menyelenggarakan siarannya, Lembaga Penyiaran Berlangganan harus : a. Melakukan sensor internal terhadap semua isi siaran yang akan disiarkan danatau disalurkan; b. Menyediakan sekurang-kurangnya 10 sepuluh persen dari kapasitas kanal saluran untuk menyalurkan program dari Lembaga Penyiaran Publik dan Lembaga Penyiaran Swasta; dan c. Menyediakan 1 satu kanal saluran siaran produksi dalam negeri berbanding 10 sepuluh siaran produksi luar negeri sekurang- kurangnya 1 satu kanal saluran siaran produksi dalam negeri”. Perusahaan periklanan dan media iklan dapat terhindar dari kewajiban untuk bertanggung jawab apabila dalam proses pembuatan sampai penayangan iklan tersebut di media massa, telah melakukan kewajibannya untuk menayangkan iklan-iklan yang telah memiliki Kartu Lolos Sensor dari Lembaga Sensor Film LSF. Pelaku usaha periklanan yang tidak mengetahui adanya hal yang menyesatkan atau pernyataan yang salah sesuai dengan pemesan iklan maka ia tidak mendapatkan sanksi. Sesuai asas, pelaku usaha periklanan yang tidak mengetahui itikad buruk pemesan iklan tidak seharusnya dimintai pertanggungjawaban atas kerugian konsumen akibat iklan yang isinya Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 58 menyesatkan atau mengandung pernyataan yang salah adalah pelaku usaha pemesan iklan. Pada akhirnya, peran dari Badan Penyelesaian Sengketa Konsumen BPSK dan pengadilan yang akan menentukan beban pertanggungjawaban masing-masing pihak berkaitan dengan penyampaian informasi iklan menyesatkan, serta dengan melihat paraftanda tangan perusahaan mana yang terdapat dalam draft akhir iklan yang kemudian disiarkan melalui media massa. Pihak yang membubuhkan tanda tangan tersebut dianggap yang paling bertanggungj jawab terhadap informasi iklan menyesatkan tersebut. Sekalipun demikian, tergantung bagaimana penilaian hakim dalam perkara yang dihadapkan kepadanya atas suatu perbuatan periklanan yang menimbulkan kerugian.

C. Bentuk-Bentuk Ganti Rugi Yang Dapat Diajukan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum