Dasar Hukum Pengajuan Tuntutan Ganti Rugi Kepada Perusahaan

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 118

BAB IV TUNTUTAN GANTI RUGI TERHADAP PERBUATAN MELAWAN

HUKUM YANG DILAKUKAN OLEH PERUSAHAAN PEMASANG IKLAN

D. Dasar Hukum Pengajuan Tuntutan Ganti Rugi Kepada Perusahaan

Pemasang Iklan. Pada dasarnya menurut hukum, persaingan curang dalam dunia perdagangan dilarang. Bentuk suatu persaingan curang itu antara lain berupa upaya-upaya sedemikian rupa yang tidak jujur, sewenang-wenang, serta melanggar tata pergaulan dalam pegaulan hukum yang semuanya itu sangat merugikan pengusaha lainnya dan masyarakat pada umumnya, serta konsumen pada khususnya. Bentuk-bentuk persaingan curang ini banyak kita temui dan yang paling menonjol kita rasakan sebagai konsumen adalah promosi lewat iklan yang menyesatkan. Apabila kita melihat suatu iklan mengenai produk tertentu, maka kadangkala kita tertarik untuk membeli produk tersebut, apalagi iklan tersebut memuat janji mengenai kegunaan dan menfaat produk yang sesuai dengan Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 119 kebutuhan kita. Oleh karena itu janji iklan merupakan daya tarik yang kuat sehingga diperhatikan oleh konsumen dan hasilnya adalah produk yang ditawarkan itu akan dibeli oleh konsumen. Dalam UUPK terdapat larangan-larangan yang ditujukan kepada pelaku usaha periklanan dengan tujuan untuk membatasi setiap kegiatan periklanan sebagaimana diatur dalam Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12, dan Pasal 13, yang berhubungan dengan berbagai macam larangan dalam melakukan penawaran, promosi maupun mengiklankan barang danatau jasa, serta ketentuan Pasal 17 UUPK yang khusus diperuntukkan bagi perusahaan periklanan. Seperti yang diketahui bahwa Perusahaan pemasang iklan yang melakukan kecurangan dapat dimintakan pertanggungjawaban. Tanggung jawab dalam Undang-Undang Perlindungan Konsumen No. 8 Tahun 1999 diatur dalam Pasal 20 yang berbunyi : “Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut”. Dalam hal ini berarti Undang-Undang menginginkan agar setiap pelaku usaha periklanan untuk bertanggung jawab atas iklan yang dibuatnya sehingga tidak “asal buat” saja. Berkenaan dengan tanggung jawab dalam Pasal 20 UUPK pelaku usaha yang melakukan pelanggaran terhadap larangan-larangan tersebut dapat dikenakan sanksi, konsumen yang merasa dirugikan dapat mengajukan tuntutan ganti rugi perdata berdasarkan perbuatan melanggar hukum Pasal 1365 KUH Perdata. Pasal 1365 KUH Perdata menyatakan bahwa : “Tiap perbuatan melawan Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 120 hukum, yang membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu mengganti kerugian tersebut”. Dalam kegiatan periklanan yang memiliki kontrak maka dapat mengajukan gugatan wanprestasi sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1243, 1320 dan 1338 KUH Perdata. Selain itu, masih terdapat beberapa Pasal lainnya yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum untuk menanggulangi masalah iklan, diantaranya Pasal 1233, 1234, 1321, 1328, 1367, 1372-1380, 1473, 1474, 1491, 1501, 1504, 1601, 1602, dan Pasal 1603 KUH Perdata. Buku ke III tiga KUH Perdata mengenai Perikatan, sebagai dasar tuntutan untuk meminta pertanggungjawaban pelaku usaha periklanan Pelaku usaha yang melakukan kecurangan dalam periklanan ini juga dapat dituntut secara perdata. Penyesatan dalam periklanan ini dikategorikan sebagai persaingan curang, sebagaimana diatur dalam Pasal 382 bis KUHP Tetapi apabila dikaitkan dampak dari perbuatan tersebut terhadap konsumen, maka perbuatan pemberian keterangan yang tidak benar tersebut dapat ditempatkan sebagai penipuan dalam jual beli, sebagaimana dimuat ketentuannya di dalam Pasal 378 KUHP. Unsur perbuatan penipuan dalam bentuk penyesatan informasi melalui iklan dapat terjadi dengan memberikan perkataan-perkataan bohong mengenai kondisi, jaminan dan lain-lain hal dari produk yang diiklankan, dengan maksud untuk membujuk konsumen agar memilih dan membeli produk pelaku usaha tersebut. Dalam Pasal 386 ayat 1 KUHP Unsur pidana lain yaitu dalam bentuk perbuatan “menawarkan”, perbuatan ini juga dapat dipergunakan untuk menjerat pelaku usaha yang memberikan informasi iklan menyesatkan. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 121

E. Pertanggungjawaban Perusahaan Pemasang Iklan Terhadap Kerugian