Pertanggungjawaban Perusahaan Pemasang Iklan Terhadap Kerugian

Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 121

E. Pertanggungjawaban Perusahaan Pemasang Iklan Terhadap Kerugian

Konsumen. Peranan pengiklan adalah yang paling menonjol dalam kegiatan periklanan dibanding dengan pelaku periklanan lainnya, dimana pengiklan mempunyai keinginan untuk menjadikan iklan sebagai media untuk memperkenalkan produknya kepada konsumen. Di samping itu, pengiklan juga merupakan sumber utama informasi yang terdapat pada pesan-pesan iklan, sehingga pesan-pesan iklan yang dihasilkan pihak perusahaan periklanan selalu harus merujuk kepada dan dengan persetujuan pengiklan yang membayar biaya dan imbalan dalam membuat iklan tersebut. Iklan dapat diselenggarakan oleh orang, perorangan, badan hukum, yayasan, perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan yang bertujuan untuk mempromosikanmemperkenalkan sesuatu dengan maksud agar orang, badan hukum, yayasan, perkumpulan atau organisasi kemasyarakatan lain tertarik untuk membeli, bergabung atau memberi masukan padanya. Periklanan pada dasarnya bertujuan untuk mendorong terjadinya penjualan produk-produk barang dan jasa dalam masyarakat dan terkait pula misi periklananmisi yang akan disampaikan sehingga pengiklan dimungkinkan untuk Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 122 bisa memberi batasan, arah maupun kreatifitas sehingga pengiklan mempunyai kewajiban antara lain : 78 78 Badan Pembinaan Hukum Nasional, Op.,cit, hal. 27 “1. Sebagai pengembangan misi yaitu memberikan arah, batasan dan masukan, 2. Sebagai penanggung jawab yaitu penanggung jawab terhadap etika dan moral periklanan, 3. Sebagai pencetus gagasan yaitu dapat memberikan kreatifitas yang mengandung unsur informasi, 4. Menjadi anggota organisasi perusahaan yang disahkan pemerintah, 5. Kewajiban membantu program pemerintah, 6. Kewajiban untuk mentaati peraturan perundang-undangan, 7. Kewajiban untuk mentaati norma-norma yang lain yang berkaitan dengan norma-norma yang berlaku dalam masyarakat, adat, susila, agama dan lain-lain.” Berdasarkan hal-hal tersebut diatas pengiklan, yang merupakan pemrakarsa dan pemakai jasa iklan, harus bertanggung jawab atas semua kegiatan danatau periklanan yang diselenggarakannya. Iklan tersebut harus benar dan bertanggung jawab. Produsen pengiklan mempunyai tanggung jawab yaitu apabila sebuah iklan yang ditayangkan atas permintaan produsen baik itu bentuknya maupun yang menyangkut tentang isinya, sehingga biro iklan dan media yang mengiklankannya hanya bersifat pasif dalam arti mereka hanya membuat secara utuh sesuai dengan permintaan produsen. Apabila informasi berasal dari pengiklan sebagai penghasil produk, maka tanggung jawab akan dibebankan kepada pengiklan atas penyesatan informasi iklan tersebut. Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 123 Dalam UUPK dijelaskan dalam Pasal 20 bahwa pelaku usaha periklanan harus bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang ditimbulkan dengan adanya iklan tersebut. Dimana tentunya Pelaku usaha periklanan bertanggung jawab dengan memberikan ganti rugi kepada pihak yang dirugikan. selain meminta ganti kerugian dari segi keperdataan, pidana ataupun administratif UUPK juga mengatur mengenai ganti kerugian yang dapat dilihat dalam Pasal 19 UUPK. Dalam hal ganti kerugian UUPK mengenal beberapa bentuk ganti rugi yang dapat digugat oleh konsumen dan yang dapat dibayarkan adalah sebagaimana diatur dalam Pasal 19 Undang-Undang Perlindungan Konsumen, yaitu : “a. Pengembalian uang, atau b. Pengembalian barang danatau jasa yang sejenis atau setara nilainya. c. Perawatan kesehatan danatau d. Pemberian santunan”. Contoh kasus yang pernah terjadi di BPSK Kota Medan adalah kasus antara Hendry Gunawan v. International Languange Programs ILP. 79 79 Dedi Harianto, Op.,cit, hal 146. Kasus ini berkenaan dengan brosur penawaran layanan jasa pendidikan kursus Bahasa Inggris oleh pelaku usaha. Dimana dalam brosurnya pelaku usaha menginformasikan akan dibukanya kelas baru kursus Bahasa Inggris yang dijadwalkan pada hari Senin-Rabu. Tertarik dengan informasi brosur tersebut, konsumen menghubungi pelaku usaha dan diterima oleh salah seorang karyawati pelaku usaha. Dalam penjelasannya karyawati tersebut membenarkan informasi Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 124 dalam brosur tersebut, serta mempersilahkan konsumen untuk mengikuti ujian penempatan placement test guna mengetahui kemampuan konsumen dengan membayar uang pendaftaran Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah. Dari hasil ujian penempatan tersebut konsumen dinyatakan tidak mendapatkan nilaiangka yang sesuai menurut ketentuan pelaku usaha, sehingga konsumen akan ditempatkan pada hari Selasa-Kamis atau konsumen diberi waktu untuk menunggu sampai bulan Juli 2005 yang akan datang. Sebagai tambahan, ketentuan mengenai hasil ujian penempatan dipergunakan untuk menentukan jadwal kursus tidak pernah diberitahukan kepada konsumen. Mendengar penjelasan pelaku usaha tersebut konsumen membatalkan niatnya untuk mengikuti kursus serta meminta uang pendaftaran yang telah dibayarkan sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah. Dikembalikan kepada konsumen. Permintaan pengembalian uang pendaftaran ditolak oleh pelaku usaha dengan alasan uang tersebut telah dipergunakan untuk biaya ujiantes konsumen. Berdasarkan uraian tersebut akhirnya konsumen mengajukan tuntutan kepada pelaku usaha melalui BPSK Kota Medan, yang pada intinya memohon agar pelaku usaha mengembalikan uang sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah kepada konsumen, memohon agar pelaku usaha membayar ganti rugi sebesar Rp. 2.000.000,- dua juta rupiah, dan menghukum pelaku usaha membayar ganti rugi moril sebesar Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah. Dalam putusannya Majelis BPSK mengabulkan sebagian gugatan konsumen, dengan menyatakan pelaku usaha telah bersalah memberikan informasi yang tidak benar, jelas dan jujur terhadap konsumen perihal gagalnya Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008. USU Repository © 2009 125 konsumen mengikuti kursusu Bahasa Inggris di tempat pelaku usaha, menghukum pelaku usaha untuk mengembalikan uang pendaftaran sebesar Rp. 50.000,- lima puluh ribu rupiah, memohon agar pelaku usaha membayar ganti rugi sebesar Rp. 500.000,- lima ratus ribu rupiah, menghukum pelaku usaha membayar denda sebesar Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah setiap harinya, apabila pelaku usaha tidak mau atau lalai dalam melaksanakan keputusan BPSK, menolak gugatan ganti rugi moril sebesar Rp. 15.000.000,- lima belas juta rupiah yang diajukan konsumen, serta menghukum pelaku usaha untuk membayar ongkos perkara sebesar Rp. 100.000,- seratus ribu rupiah. Gugatan ganti rugi secara perdata tersebut tidak menutup lemungkinan adanya tuntutan pidana berdasarkan pembuktian lebih lanjut mengenai adanya unsur kesalahan dari pelaku usaha. Ganti rugi yang dapat digugat oleh konsumen maupun yang dapat dikabulkan oleh majelis BPSK adalah ganti rugi yang nyatariil yang dialami oleh konsumen. Gugatan ganti rugi bersifat hilangnya kesempatan untuk mendapatkan keuntungan, kenikmatan, nama baik dan sebagainya yang dialami oleh konsumen. Oleh sebab itu majelis BPSK dilarang mengabulkan gugatan immateriil yang diajukan oleh konsumen.

F. Mekanisme Penyelesaian Sengketa Ganti Rugi Akibat Perbuatan