Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
107
b. Perampasan barang tertentu, c. Pengumuman keputusan hakim”.
Dengan dikenakannya sanksi pidana pokok maupun pidana tambahan bagi pelaku usaha maupun pelaku usaha periklanan, diharapkan dapat menimbulkan
efek jera bagi si pelaku serta dapat memberikan manfaat yang lebih besar kepada konsumen dengan dimungkinkannya pembayaran ganti rugi. Dalam konteks
tersebut, UUPK telah memberikan paradigma baru dengan lebih berorientasi kepada kepentinganhak korban, sebagai pengganti sistem KUHP yang tidak
memiliki orientasi hukum terhadap kepentinganhak korban tindak pidana. Dengan paradigma baru ini penuntut umum ketika akan mengajukan tuntutan
pidana di persidangan, semestinya mengajukan tuntutan pidana tambahan berupa ganti rugi.
3. Undang-Undang Perlindungan Konsumen.
UUPK mengatur mengenai periklanan termasuk perbuatan-perbuatan yang dilarang bagi para pelaku usaha periklanan. Pengaturan tersebut terdapat di dalam
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 12, Pasal 13, Pasal 17 dan Pasal 20 UUPK. Larangan- larangan tersebut berlaku bagi para pihak yang mempunyai kaitan dengan
kegiatan periklanan seperti perusahaan pengiklan, perusahaan periklanan, serta media massa elektronik maupun non elektronik yang akan menayangkan iklan
tersebut. Meskipun pengaturan terhadap media elektronik ataupun non elektronik tidak secara tegas dijelaskan dalam UUPK.
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
108
Para pelaku periklanan tersebut secara bersamaan memiliki tanggung jawab untuk mengantisipasi dalam memberikan informasi yang dapat
menyesatkan konsumen. Hal ini dilakukan dengan menyeleksi setiap informasi yang akan diiklankan pada saat proses negosiasi antara pengiklan dengan
perusahaan periklanan, proses penuangan ide kreatif perusahaan periklanan dalam pembuatan iklan, sampai pada saat dimana iklan tersebut disampaikan kepada
media pers untuk ditayangkan. Pengaturan kegiatan periklanan dalam UUPK diawali dengan beberapa
larangan yang ditujukan bagi pelaku usaha dalam melaksanakan kegiatan penawaran, promosi, mengiklankan suatu barang danatau jasa.
Pasal 9 ayat 1 UUPK menjelaskan bahwa : “Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan
suatu barang danatau jasa secara tidak benar danatau seolah-olah : a.
Barang tersebut telah memenuhi danatau memiliki potongan harga, harga khusus, standar mutu tertentu, gaya atau mode
tertentu, karakteristik tertentu, sejarah atau kegunaan tertentu;
b. Barang tersebut dalam keadaan baik danatau baru;
c. Barang danatau jasa tersebut telah mendapatkan danatau
memiliki sponsor, persetujuan, perlengkapan tertentu, keuntungan tertentu, ciri-ciri kerja atau aksesoris tertentu;
d. Barang danatau jasa tersebut dibuat oleh perusahaan yang
mempunyai sponsor, persetujuan atau afiliasi; e.
Barang danatau jasa tersebut tersedia; f.
Barang tersebut tidak mengandung cacat tersembunyi; g.
Barang tersebut merupakan kelengkapan dari barang tertentu; h.
Barang tersebut berasal dari daerah tertentu; i.
Secara langsung atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain;
j. Menggunakan kata-kata yang berlebihan, seperti aman, tidak
berbahaya, tidak mengandung resiko atau efek samping tanpa keterangan yang lengkap;
k. Menawarkan sesuatu yang mengandung janji yang belum pasti.”
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
109
Dalam Pasal 9 ayat 2 dan 3 ditentukan agar barang danatau jasa sebagaimana dimaksudkan dalam ayat 1 dilarang untuk diperdagangkan apalagi
untuk dilanjutkan proses penawaran, promosi dan pengiklanannya. Terlihat dalam Pasal 9 UUPK ini menekankan pada “perilaku” pelaku
usaha yang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan suatu barang danatau jasa secara tidak benar danatau seolah-olah barang tersebut telah memenuhi
potongan harga, memenuhi standar mutu tertentu, dalam keadaan baik atau baru, telah mendapat danatau memiliki sponsor, persetujuan atau afiliasi, barang
tersebut tersedia, tidak mengandung cacat tersembunyi, merupakan kelengkapan barang tertentu, seolah-olah berasal dari suatu daerah tertentu, secara langsung
atau tidak langsung merendahkan barang danatau jasa lain, mempergunakan kata- kata yang berlebihan, menawarkan suatu janji yang belum pasti. Pelanggaran
terhadap larangan-larangan dalam UUPK tersebut dapat dikenakan sanksi
72
b. Kegunaan suatu barang danatau jasa;
karena dianggap melakukan suatu perbuatan melanggar hukum. Di dalam Pasal 10 UUPK dimuat ketentuan, pelaku usaha dalam
menawarkan barang danatau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang menawarkan, mempromosikan, mengiklankan atau membuat pernyataan yang
tidak benar atau menyesatkan mengenai : “a. Harga atau tarif suatu barang danatau jasa;
c. Kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi atas suatu barang
danatau jasa; d.
Tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan; e.
Bahaya penggunaan barang danatau jasa.”
72
Ahmadi Miru dan Sutarman Yodo, “Hukum Perlindungan Konsumen”, Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 91.
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
110
Pasal 10 UUPK tersebut berupaya untuk pemberin informasi yang menyesatkan melalui iklan. Informasi tersebut juga menyangkut informasi
mengenai harga, kegunaan, kondisi, tanggungan, jaminan, hak atau ganti rugi, tawaran potongan harga atau hadiah menarik yang ditawarkan, dan bahaya
penggunaan barang. Informasi tersebut diatas merupakan fakta materiil yaitu informasi atau fakta penting mengenai barang danatau jasa yang dapat dijadikan
bahan pertimbangan bagi konsumen dalam memilih danatau membeli barang. Oleh karena itu sangat penting bagi konsumen untuk memilih atau membeli
produk sesuai dengan kebutuhan atau konsumen akan mengalami kerugian bila salah dalam menjatuhkan pilihan.
Dalam pasal 12 UUPK dimuat ketentuan bahwa “ Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
suatu barang danatau jasa dengan harga atau tarif khusus dalam waktu dan jumlah tertentu, jika pelaku usaha tersebut tidak bermaksud untuk
melaksanakannya sesuai dengan waktu dan jumlah yang ditawarkan, dipromosikan atau diiklankan.”
Pasal 12 UUPK berkaitan dengan iklan-iklan potongan harga, atau tarif- tarif khusus yang marak ditawarkan pelaku usaha untuk menarik perhatian
konsumen untuk datang bertransaksi atau mempergunakan fasilitas tertentu misalnya angkutan udara, tempat rekreasi. Tetapi begitu konsumen menanyakan
perihal potongan harga atau tarif khusus tersebut hanya untuk produk-produk tertentu saja, atau hanya berlaku untuk tenggang waktu tertentu, atau berlaku
setelah terpenuhinya syarat-syarat yang telah ditentukan sebelumnya tanpa memberikan informasi secara akurat kepada konsumen. Konsumen dalam hal ini
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
111
tentu merasa tertipu dan dirugikan ongkos, waktu dan tenaga akibat tindakan pelaku usaha.
Pasal 13 ayat 1 UUPK ditentukan bahwa : “Pelaku usaha dilarang menawarkan, mempromosikan atau mengiklankan
suatu barang danatau jasa dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang danatau jasa lain secara cuma-cuma dengan maksud tidak
memberikannya atau memberikannya tidak sebagaimana yang dijanjikan.”
Sedangkan dalam ayat 2 berkaitan dengan “Larangan kegiatan penawaran, promosi atau mengiklankan obat, obat
tradisional, suplemen makanan, alat kesehatan, dan jasa pelayanan kesehatan dengan cara menjanjikan pemberian hadiah berupa barang
danatau jasa lain.”
Sering kali ditemui dalam setiap transaksi penjualan produk, penawaran hadiah yang merupakan salah satu kiat pelaku dalam usaha mendongkrak omset
penjualan produknya. Dan tidak jarang konsumen menjadi lebih tertarik dengan hadiah tersebut dari pada manfaat yang diberikan produk tersebut. Konsumen
yang belum mengerti trik seperti ini dimanfaatkan oleh pelaku usaha dengan alasan stok hadiah terbatas, masa pengambilan hadiah sudah terlewati atau
menukar hadiah yang dijanjikan dengan hadiah lain dengan harga yang lebih murah.
Dalam Pasal 17 ayat 1 ditentukan bagi pelaku usaha periklanan dilarang memproduksi iklan yang :
“a. Mengelabui konsumen mengenai kualitas, kuantitas, bahan, kegunaan dan harga barang danatau tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan
barang danatau jasa; b.
Mengelabui jaminan garansi terhadap barang danatau jasa;
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
112
c. Memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang
danatau jasa; d.
Tidak memuat informasi mengenai resiko pemakaian barang danatau jasa;
e. Mengeksploitasi kejadian danatau seseorang tanpa seizin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan; f.
Melanggar etika danatau ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai periklanan.”
“Bagi iklan-iklan yang melanggar ketentuan dalam ayat 1 maka pelaku usaha periklanan dilarang untuk melanjutkan peredaran iklan tersebut.”
Pelaku usaha periklanan merupakan kegiatan yang memerlukan keahlian profesional untuk membuat iklan-iklan yang sekreatif mungkin dan dapat
“mencuri” perhatian konsumen. Oleh karena itu Pasal 17 UUPK sangat tepat untuk melibatkan peran serta pelaku usaha periklanan untuk turut serta dalam
mengantisipasi atau menyaring setiap informasi yang disampaikan oleh pengiklan terutama informasi yang dapat mengelabui konsumen, mengenai kualitas,
kuantitas, bahan, kegunaan, harga barang, tarif jasa serta ketepatan waktu penerimaan barang danatau jasa. Mengelabui jaminangaransi barang danatau
jasa, memuat informasi yang keliru, salah atau tidak tepat mengenai barang danatau jasa. Mengeksploitasi kejadian danatau seseorang tanpa izin yang
berwenang atau persetujuan yang bersangkutan. Melanggar etika danatau peraturan perundang-undangan.
Dalam Pasal 20 UUPK dengan tegas disebutkan bahwa “pelaku usaha periklanan bertanggung jawab atas iklan yang diproduksi dan segala akibat yang
ditimbulkan oleh iklan tersebut.”
Margaretha E. P. Napitupulu : Tuntutan Ganti Rugi Terhadap Perusahaan Pemasang Iklan Berkaitan Dengan Perbuatan Melawan Hukum Yang Merugikan Konsumen, 2008.
USU Repository © 2009
113
Sebagai konsekuensi bertanggung jawab profesional pelaku usaha periklanan, maka pelaku usaha periklanan dianggap turut bertanggungjawab
terhadap terhadap setiap iklan hasil karyanya dengan segala akibat yang ditimbulkan oleh iklan tersebut. Tetapi tidak diterangkan secara lebih lanjut dari
segi mana iklan tersebut yang dapat dimintakan pertanggung jawaban pelaku usaha periklanan.
4. Kode Etik Periklanan