50
BAB III PROFIL PPP
A. Sejarah Berdirinya PPP
Pada awal abad XX, selain perlawanan fisik, juga dilakukan perlawanan
melalui gerakan-gerakan. Dalam perjuangan itu tumbuh gerakan-gerakan dengan menggunakan organisasi modern sebagai wadahnya, yang di dalam sejarah politik
Indonesia dinamakan pergerakan kemerdekaan, yang bertujuan membebaskan agama dan bangsa dari belenggu penjajahan. Pergerakan berbentuk organisasi ini
mulai tumbuh pada pemulaan abad XX. Syarikat Dagang Islam 1905 yang kemudian menjadi Partai Syarikat Islam, Muhammadiyah 1912, Nahdlatul
Ulama 1926 dan lain-lain adalah organisasi-organisasi gerakan yang dilahirkan oleh tokoh-tokoh umat Islam dalam upaya memperjuangkan aspirasi umat pada
masa penjajahan. Perlawanan yang dimulai secara sporadis, akhirnya terkoordinasi secara nasional dalam bentuk organisasi yang tersebar di seluruh
pelosok tanah air. Berbagai macam motivasi telah menjadi penggerak semangat perjuangan tersebut. Tetapi motivasi yang paling mendalam adalah berjuang
dengan harapan mendapatkan kemerdekaan dan kebahagiaan di dunia akhirat. Akhirnya berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa dan didorong oleh
keinginan luhur supaya berkehidupan kebangsaan yang bebas, maka diproklamirkanlah Kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945
51
bertepatan dengan hari Jum’at, 9 Ramadhan 1346 Hijriyah. Baik di dalam perjuangan menjelang proklamasi maupun sesudahnya, peranan partai-partai
politik Islam tersebut bersama-sama berjuang dalam satu platform memberikan kontribusi dalam wacana politik yang dinamis seperti dalam MIAI Majelis Islam
A’la Indonesia dan berbagai perdebatan di sidang-sidang Badan Konstituante.
1
Partai Persatuan Pembangunan PPP adalah nama salah satu partai politik yang masih eksis di Indonesia hingga saat ini. Pada saat kelahirannya tahun 1973,
PPP mempresentasikan diri sebagai wadah tunggal penyalur aspirasi politik ummat Islam di Indonesia. Legitimasi PPP sebagai wadah tunggal begitu kuat,
sebab ia merupakan partai politik yang lahir dari gabungan fusi politik empat partai Islam yang begitu diperhitungkan saat itu. keempat partai itu adalah : Partai
Nahdatul Ulama NU, Partai Muslimin Indonesia PARMUSI, Partai Syarikat Islam Indonesia PSII, dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI.
Keempat partai ini semuanya merupakan partai berasaskan Islam, berwawasan nasional, berorientasi keummatan, kerakyatan, dan keadilan.
2
Mengapa keempat partai Islam itu begitu mudah bergabung? Sebenarnya, kalau diteliti lebih jauh memang latar belakang perjuangan yang mendorong
terjadinya fusi. Salah satu faktor di antaranya adalah : dua dari partai Islam itu, yaitu NU dan PSII pernah berada satu wadah dalam Masyumi, partai Islam yang
1
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan,Tentang Khittah Dan Program Perjuangan Partai Persatuan Pembanguan, Jakarta, 2007, h.5
2
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa ke Masa, Jakarta: Korbid Okk DPP PPP, 2010 h.1
52
lahir pada tanggal 7 November 1945. Hanya saja, dua tahun kemudian tahun 1947 SI keluar dari Msyumi, dan NU mengikuti jejak SI pada tahun 1952. Namun,
setelah Pemilu 1955, Masyumi,
3
NU, PSII, dan PERTI kembali melakukan kerjasama strategis. Kerjasama itu terjadi di Konstituante, ketika sama-sama
mendukung Islam sebagai dasar negara. Kerjasama itu minus Masyumi juga terjadi pada pembahasan GBHN dalam sidang Istimewa SI MPR 1967. Begitu
pula, dalam Pemilu 1971, di berbagai daerah partai Islam yang kini berfusi itu juga melakukan penggabungan suara stembus accord
4
dalam pembagian sisa kursi. Selain itu ada upaya dari pemerintah sendiri ke arah fusi iru, seperti
dijelaskan. “Peran pemerintah dalam mewujudkan fusi partai-partai politik cukup
dominan. Caranya tidak hanya dengan pendekatan persuasif, tetapi juga dengan cara yang representatif, partai-partai Islam dijinakkan melalui isu yang
bisa memojokkan Islam, seperti soal DITII, Piagam Jakarta, dan jihad Fisabilillah. Pada wal tahun 1970-an. Kristalisasi dalam kepemimpianan
Islam, yaitu dengan menyingakirkan atau mengeliminasi tokoh-tokoh yang dianggap kurang dapat bekerjasama dengan pemerintah telah hampir selesai.
Sehingga, menjelang pembentukan PPP, perselisihan pendapat tentang rencana bentuk fusi PPP, hanya tinggal di dalam tubuh PSII saja. Pergeseran-
pergeseran dan pengeleminasian terhadap kelompok keras, seperti M. CH. Ibrahim Osman, Y. Helmi, baru dapat dilaksanakan beberapa saat menjelang
fusi tanggal 5 Januari 1973”.
5
3
Partai ini dibubarkan Presiden Soekarno tahun 1960. setelah Orde Baru tampil, para tokoh itu ingin merehabilitasinya, tetapi ditolak pemerintah, yang diizinkan pemerintah hanya lahirnya
PARMUSI untuk menyalurkan aspirasi pendukung Masyumi dulu.
4
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa ke Masa, h. 2
5
Ubaidillah Murad, Ketua DPP PPP priode : 1998-2003
53
Usaha pemerintah mengurangi jumlah partai memang tidak langsung mengarah ke fusi. Langkah pertama, partai-partai dianjurkan meningkatkan
kerjasama dalam kelompok-kelompok spiritual-material dan material-spiritual. Langkah ini sudah dilakukan jauh sebelumnya. Tanggal 27 Februari 1970,
Soeharto sendiri mengundang pimpinan-pimpinan partai Islam ke kediamannya di Jalan Cendana No. 8 Jakarta. Dalam pertemuan itu, Soeharto menjelaskan
keinginan pemerintah agar parta-partai Islam meningkatkan kerjasamanya dalam fraksi selama ini ke bentuk yang lebih nyata. Ia mengharapkan agar dalam pemilu
yang akan datang jangan terlalu banyak persaingan.
6
Banyaknya jumlah Orsospol disertai dengan memanasnya konflik idiologi di masa Orde Lama telah mendorong para arsitek Orde Baru untuk melakukan
restrukturisasi politik dalam bentuk penyederhanaan jumlah partai politik. Sesuai dengan TAP MPRS No. XXIIMPRS1966 yang mengamanatkan
perlunya penyederhanaan Osospol, maka Presiden Soeharto pada tanggal 17 Februari 1970 menganjurkan agar dalam menghadapi pemilu 1971, Orsospol
yang ada melakukan pengelompokkan. Pada tanggal 27 Februari 1970 Presiden mengadakan konsultasi dengan Pimpinan Orsospol mengenai penyerdehanaan
dan pengelompokan tersebut. Dalam konsultasi tersebut, Presiden Soeharto menyarankan bahwa di samping Pancasila dan UUD 1945 sebagai asas bersama,
juga didasari pada persamaan tekanan pada “aspek pembangunan”, sehingga terwujudlah tiga kelompok, yaitu : “Kelompok Spiritual Material” dan
6
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa ke Masa, Jakarta, h. 4
54
“Kelompok Material Spiritual” serta “Kelompok Material Spiritual” dan “Spiritual Material”Kelompok Karya.
7
“Partai-partai Islam kemudian merespon anjuran Soeharto itu dengan merancang kelahiran Kelompok Persatuan Islam. Rancangan ini disusun
tanggal 13 Maret 1970 pada pertemuan di rumah Ketua Umum NU, KH. Idham Chalid. Pertemuan ini juga dihadiri Kepala BAKIN Sutopo Juwono,
sebagai wakil pemerintah. Oleh Juwono, rancangan naskah pembentukan Kelompok Persatuan Islam itu disampaikan kepada Soeharto. Pada prinsipnya
Soeharto menyetujui rancangan naskah itu, namun dia berpendapat bahwa kata Islam akan mengundang sikap antangonis dari pihak lain berat dugaan
waktu itu pihak lain itu adalah Soeharto sendiri dan militer. Akhirnya, pimpinan partai Islam itu mengubah nama Kelompok Persatuan Islam
menjadi Kelompok Persatuan Pembangunan.”
8
Setelah Pemilu 1971, kegiatan untuk memfusikan partai-partai terus berlangsung. Soeharto sendiri berkali-kali mengundang pimpinan partai untuk
membicarakan perlunya fusi empat partai Islam itu menjadi partai baru bernafaskan spiritual dan material. Dari kalangan partai Islam sendiri, prakarsa ke
arah fusi kemudian dilakukan oleh Ketua Umum PARMUSI, H.M.S Mintaredja, SH.
9
Bulan Desember 1972, HMS Mintaredja mengundang pimpinan partai ke Departemen Sosial Mintaredja waktu itu menjabat Mentreri Sosial untuk
merealisasikan pengangkatan Kelompok Persatuan Pembangunan yang bersifat federatif ke arah yang lebih kokoh. Dalam pertemuan itu, PSII menolak dengan
7
H.M Dja’far Siddiq,PPP Menggagas Reformasi Membangun Indonesia Baru, Jakarta, 2003, h.7
8
Ubaidillah Murad, Ketua DPP PPP priode : 1998-2003
9
Pemi Apriyanto, Kader Nasional PPP Dari Masa ke Masa, h. 4
55
keras adanya fusi.
10
PARMUSI dan PERTI mendukung fusi. KH. Idham Chalid pada prinsipnya setuju peningkatan kerjasama walau belum bersedia
meningkatkannya ke arah fusi. Setelah tertunda agak lama, rapat akhirnya dilakukan lagi di kediaman
KH. Idham Chalid. Rapat itu dipicu oleh lahirnya DPP PSII tandingan terhadap kepemimpinan PSII M.CH. Ibrahim yang setuju fusi, yakni tanggal 5 Januari
1973 atau bertepatan dengan tanggal 30 Dzulqaidah 1392 Hijriyah. Isi rapat itu adalah sebagai berikut:
Deklarasi hasil rapat presidium badan pekerja dan pimpinan fraksi kelompok Partai Persatuan Pembangunan. Keempat Partai Islam: NU, PARMUSI, PSII,
dan PERTI yang sampai sekarang ini tergabung dalam bentuk konfederasi kelompok Partai Persatuan Pembangunan, dalam Rapat Presidium Badan
Pekerja dan Pimpinan Fraksi tanggal 5 Januari 1973, telah seia sekata untuk memfusikan politiknya dalam satu partai politik bernama Partai Persatuan
Pembangunan.
11
Segala kegiatan yang bukan kegiatan politik, tetap dikerjakan organisasi masing-masing sebagaimana sediakala, bahkan lebih ditingkatkan sesuai
dengan partisipasi kita dalam pembangunan spiritual dan materiil.
12
Untuk merealisasi kesepakatan ini telah dibentuk team untuk mempersiapkan segala sesuatunya yang diperlukan oleh Partai Persatuan Pembangunan, baik
organisator maupun politis.
Kemudian hasil dari pekerjaan team dilaporkan Presidium untuk selanjutnya disampaikan kepada dan disahkan oleh suatu musyawarah yang lebih
10
Menurut Faisal Baasir, M.Ch Ibrahim pernah menyatakan kepadanya bahwa PSII sebenarnya tidak menolak fusi, namun ingin semua dilakukan secara konstitusional sebelum partai
dilikuidasi lalu dilakukan fusi.
11
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan,Tentang Khittah Dan Program Perjuangan Partai Persatuan Pembanguan, Jakarta, 2007, h.6
12
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan,Tentang Khittah Dan Program Perjuangan Partai Persatuan Pembanguan, Jakarta, 2007 h. 6
56
representatif yang Insya Allah akan diadakan selambat-lambatnya awal Februari 1973.
13
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’la memberikan taufiq dan Hidayah-Nya. Amin.
Pada tanggal 5 Januari 1973 di Jakarta Presidium Kelompok Partai Persatuan Pembanguan diadakan dan ditandatangani oleh, KH. Dr. Idham Khalid,
H.M.S. Mintaredja, H. Anwar Tjkoroaminoto, Rusli Halil, KH.Maskyur, H.Nuddin Lubis, KH. Bisri Syamsuri, Yahya Ubeid SH, dan H. Sjafi’ie
Wirakusumah. Partai Persatuan Pembangunan PPP merupakan hasil fusi politik Partai
Nadhlatul Ulama NU, Partai Muslimin Indonesia PARMUSI, Partai Syarikat Islam Indonesia PSII, dan Partai Islam Persatuan Tarbiyah Islamiyah PERTI,
yang dideklarasikan pada tanggal 5 Januari 1973 bertepatan dengan 30 Dzulqa’dah 1392 Hijriyah. PPP merupakan partai politik penerus estafet empat
partai Islam dan wadah penyelamat aspirasi umat Islam, serta cermin kesadaran dan tanggung jawab tokoh-tokoh umat Islam dan Pimpinan Partai untuk bersatu,
bahu-membahu membina masyarakat agar lebih meningkatkan keimanan dan ketaqwaaan kepada Allah Subhanahu wa Ta’a’ala melalui perjuangan politik.
Partai Persatuan Pembangunan Yang berasaskan Islam berketetapan hati dan bertekad dengan segenap kemampuannya untuk berusaha mewujudkan cita-
cita proklamasi 17 Agustus 1945, yakni terwujudnya masyarakat adil dan
13
Ketetapan Muktamar VI Partai Persatuan Pembangunan,Tentang Khittah Dan Program Perjuangan Partai Persatuan Pembanguan, Jakarta, 2007, h.6
57
makmur, rohaniah dan jasamaniah yang diridlai Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Dalam proses sejarah pembentukannya PPP memang didominasi oleh
laki-laki, dikarenakan memang perjuangan bangsa Indonesia dalam hal politik pada saat itu laki-laki dapat mengambil porsi yang lebih. Kemudian juga
dikarenakan pada saat itu tidak banyak perempuan yang tertarik berpartai. Dan kemudian proses kesetaraan gender porsi wanita dalam tubuh PPP dapat
terwujud beriringan dengan dinamika-dinamika yang terjadi.. Untuk mewujudkan tekad dan cita-citanya, PPP dalam perjuangannya
senantiasa berpegang pada Khittah dan Program Perjuangan Partai sebagai pedoman bagi pimpinan dan kader Partai dalam menampung, menyalurkan,
memperjuangkan, dan membela aspirasi rakyat dan mewujudkan cita-cita bangsa, seraya tetap memelihara akidah syari’at Islam.
Perjuangan Partai Persatuan Pembangunan dalam upaya mencapai tujuan nasional tidak dapat dilepaskan dari latar belakang sejarah perjuangan bangsa.
Sebagaimana telah diketahui bersama sejarah perjuangan bangsa Indonesia adalah perjuanganan dari suatu bangsa yang tertindas yang berjuang melawan penjajahan
dan penindasan dalam segala bentuk dan manifestasinya. Berabad-abad lamanya bangsa Indonesia berjuang untuk merenggut kemerdekaan, menegakkan
kedaulatan, memperjuangkan keadilan, membela kebenaran, serta meningkatkan
58
kesejahtraan dan kemakmuran rakyat. Perlawanan yang tak kenal menyerah terhadap penjajahan dengan pengorbanan jiwa dan raga serta gugurnya para
syuhada’ telah memberikan bukti yang nyata, betapa tinggi semangat perjuangan Bangsa Indonesia yang sebagian besar adalah umat Islam.
Dalam rangka awal menghadapi pemilu pertama PPP mengalami beberapa peristiwa penting.
“Setelah fusi terjadi, dibentuklah panitia untuk menyusun kepengurusan partai baru yang diketuai oleh H. Ismail Hasan Metareum. Meskipun dalam
tempo yang singkat susnan kepengurusan bisa dirampungkan, tetapi kemudian dilakukan berbagai perbaikan. Soalnya, dianggap belum
mencerminkan terserapnya semua unsur partai-partai yang berfusi pada setiap eselon organisasi Presiden, Ketua-ketua, sektretaris-sekretaris, dan
anggota DPP, MPP, dan Majekis Syuro. Setelah dilakukan perbaikan, maka disahkanlah kepengurusan PPP tanggal 13 Februari 1973. KH. Idham Chalid
ditetapkan sebagai Presiden Partai, sementara empat deklarator lainnya duduk sebagai Wakil Presiden Partai, sedangkan Ketua Umum DPP PPP
ditetapkan HMS. Mintaredja, SH dengan sekretaris Jenderal Yahya Ubeid, SH. Bersamaan dengan susunan kepengurusan saat itu, juga disahkan
Abggaran Dasar dan Anggarn Rumah Tnagga serta Program Perjuangan Partai.
14
B. Asas PPP