Kesetaraan Gender Dalam Islam

33 dalam debat tersebut, seraya menekankan potensi pembebasan yang dimiliki Islam terhadap kaum wanita.

B. Kesetaraan Gender Dalam Islam

Islam menghormati wanita dengan penghormatan yang sangat luhur, mengangkatnya dari keburukan dan kehinaan serta dari penguburan hidup-hidup yang pernah dilakukan pada jaman jahiliyah dulu ke kedudukan yang terhormat dan mulia, sebab perempuan itu selaku ibu. Dikatakan juga bahwa surga terletak dibawah telapak kaki ibu. Nabi Muhammad Saw pernah mengungkapkan bahwasannya hormatilah ibu, ibu, ibu, baru kemudian ayahmu. Penghormatan Islam terhadap istri pun begitu besar, bahwa Rasulullah Saw sangat mencintai Siti Khadijah r.a, memuji dan menghormatinya. Rasul pernah bersabda: ‘Khadijah itu adalah seorang wanita yang utama, bijaksana, dan darinya aku dikaruniai anak’HR Bukhari dan Mulsim. 21 Selain itu Islam juga menganjurkan agar laki-laki bisa menjaga perempuan, menjaga kehormatannya, martabat serta menghargai hak-hak dari perempuan. Tidak dibenarkan untuk para laki-laki menjatuhkan martabat perempuan. perempuan tidak seperti yang digambarkan oleh para penyebar keburukan dan kehinaan, yang menggambarkan wanita sebagai musuh laki-laki. Seolah-olah 21 Bukhari, Kitab: Munaqib orang Anshar, Bab: Perkawinan Nabi saw. dengan Khadijah dan keutamaan Khadijah, jilid 8, halm.136. Muslim, Kitab: Keutamaaan-keutamaan para sahabat, Bab: Keutamaan-keutamaan Khadijah Ummul Mukminin, jilid 7, h.141. 34 ada peperangan antara laki-laki dan perempuan, dimana perempuan berontak demi kebebasannya dan demi hak-haknya. Dalam konsep Islam, tidak ada permusuhan antara laki-laki dan perempuan, tidak ada peperangan antara keduanya, tapi perempuan adalah yang harus dikasihi. Perempuan mempunyai kedudukan yang mulia dan tinggi, perempuan selaku isteri, Allah SWT menjadikannya sebagai salah satu tanda ciptaannya, dimana pada wanita Allah SWT menciptakan rasa tentram, kasih dan sayang. Ada beberapa variabel yang dapat digunakan sebagai standar dalam menganalisa prinsip-prinsip kesetaraan gender dalam Islam. Variabel-variabel tersebur antara lain sebagai berikut: 1. Laki-laki dan Wanita Sama-sama sebagai Hamba Salah satu tujuan penciptaan manusia adalah untuk menyembah kepada Tuhan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Zariyat51:56: t B u r M ł n = y z £ ‘ ¯ g ł : } § R M } u r w ˛ ¨ b r 7Ł u ˇ 9 ˙ ˛ˇ¨ Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku” Dalam kapasitas manusia sebagai hamba, tidak ada perbedaan antara laki- laki dan wanita. Keduanya mempunyai potensi dan peluang yang sama untuk menjadi hamba yang ideal. 22 Hamba ideal dalam Al-Qur’an biasa diistilahkan 22 Nasaruddin Umar, Argumen Keseteraan Jender, , h.248 35 dengan orang-orang yang bertaqwa muttaqun, dan untuk mencapai derajat muttaqun ini dikenal adanya perbedaan jenis kelamin, suku bangsa atau kelompok etnis tertentu. Dalam kapasitas sebagai hamba, laki-laki dan perempuan masing-masing akan mendaptkan penghargaan dari Tuhan sesuai dengan kadar pengabdiannya. 2. Laki-laki dan Wanita sebagai Khalifah di Bumi Maksud dan tujuan penciptaan manusia di muka bumi ini adalah, di samping untuk menjadi hamba yang tunduk dan patuh serta mengabdi kepada Allah SWT, juga untuk menjadi khalifah di bumi. Wanita diperbolehkan ikut serta membangun masyarakat sebagai khalifah dan hamba Allah SWT di permukaan bumi ini. 23 Kapasitas manusia sebagai khalifah di bumi ditegaskan dalam QS. al- baqarah 2:30 ł ˛ u r t A s u ˇ p s 3 ˝ · fl » n = y J ø = ˇ 9 ˛o T ˛ ˇ ª y ‘ ˛ ß ˙ F { Z p x ˛ = y z q9 s ª y Ł ł g r B r p k ˇ ø ‘ t B ¯ ¡ ł ª p k ˇ ø 7 ˇ ¡ o u r u t B ˇe ‘ ł t w U u r x ˛m 7 | ¡ R x 8 ˇ J p t ¿ 2 ¤ ˇd s R u r y 7 s 9 t A s ˛o T ˛ ª N n = ª r t B w t b qJ n = Ł s ? ˙ ¨ Artinya: Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:”Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. Mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan khalifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya 23 M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Nikah Sampai Sex Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai bias Baru, Jakarta:Lentera Hati, 2005 h.3 36 dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa berbakti dengan memujiMu dan memuliakanMu. Allah berkata : Aku tahu apa yang kamu tiada mengetahui Kata khalifah dalam ayat di atas tidak menunjuk kepada salah satu jenis kelamin atau kelompok etnis tertentu. Laki-laki dan perempuan mempunyai fungsi yang sama sebagai khalifah, yang akan mempertanggung jawabkan tugas- tugas kekhalifahannya di bumi, sebagaimana halnya mereka harus bertanggung jawab sebagai hamba Tuhan. 3. Laki-laki dan Wanita Menerima Perjanjian Primordial Laki-laki dan wanita sama-sama mengemban amanah dan menerima perjanjian primordial dengan Tuhan. 24 Al-Qur’an menegaskan bahwa Allah SWT memuliakan seluruh anak cucu Adam. Di dalam Al-Qur’an tidak pernah ditemukan satu ayat pun yang menunjukkan keutamaan seseorang karena faktor jenis kelamin atau karena ketrurunan satu bangsa tertentu. Kemandirian dan otonomi perempuan dalam tradisi Islam sejak awal terlihat begitu kuat. Perjanjian, bai’at, sumpah, dan nazar yang dilakukan oleh perempuan mengikat dengan sendirinya sebagaimana halnya laki-laki. Di dalam tradisi Islam, wanita mukallaf dapat melakukan berbagai perjanjian, sumpah, dan nazar, baik kepada sesama manusia maupun kepada 24 Nasaruddin Umar, Argumen Keseteraan Jender, , h.253 37 Tuhan. Tidak ada suatu kekuatan yang dapat menggugurkan janji, sumpah, atau nazar. Bahkan dalam urusan-urusan keduniaan pun wanita memperoleh hak-hak sebagimana halnya yang diperoleh laki-laki. Dalam suatu ketika Nabi Muhammad Saw didatangani oleh sekelompok wanita untuk menyatakan dukungan politik bai’ah, maka peristiwa langka ini menyebabkan turunnya QS. al- Mumtahanah60:12: p k r ’ fl » t ¤ Z9 s ˛ x 8 u y ‘ M » o Y ˇ BsJ ł 9 y 7 u Z Ł ˛ t 7 ª n ? t ª b r w ˘ ł . ˛ ‡ « ˛ \ « ł x w u r z ‘ ł ˛ £ t w u r t ß ˇ R t w u r z ‘ ø = F ł t £ ‘ Ł d y » s 9r r w u r t ß ˇ ? ø ’ t 9 ‘ » t F g 6 ˛ … m u Z ˛ t I ł t t ß t £ ‘ ˝ k ˇ r ˘ ˛ g ˛ = ª _ r u r w u r o Y ¯ ` Ł t ˛ ß 7 r Œ t B £ ‘ g Ł ˛ t 6 s ø ˇ ł t G u r £ ‘ l m ; ¤ b ˛ q x L ˇ m § ˙ ˚¸¨ Artinya: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman untuk mengadakan janji setia, bahwa mereka tidak akan mempersekutukan sesiati pun dengan Allah; tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu dalam urusan yang yang baik, maka terimalah janji setia mereka dan mohonkanlah ampunan kepada Allah untuk mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. 25 4. Adam dan Hawa, Terlibat secara Aktif dalam Drama Kosmis 25 Ayat ini turun ketika baru saja terjadi perebutan kembali kota Makkah. Sekelompok perempuan Makkah datang menjumpai Rasulullah dan bermaksud menyatakan pendapat pengakuan politik bai’at terhadap keberadaan Rasulullah, lalu turunlah ayat ini. Lihat Tafsir ibn Katsir, Jilid IV, h.353 38 Semua ayat yang menceritakan tentang drama kosmis, yakni cerita tentang keadaan Adam dan pasangannya di surga sampai keluar ke bumi, selalu menekankan kedua belah pihak secara aktif dengan menggunakan kata ganti untuk dua orang huma, yakni kata ganti untuk Adam dan Hawa. 26 Seperti dapat dilihat dalam beberap kasus berikut ini: a. Keduanya diciptakan di surga dan memanfaatkan fasilitas surga. b. Keduanya mendapat kualitas godaan yang sama dari syaitan. c. Sama-sama memakan buah khuldi dan keduanya menerima akibat jatuh ke bumi. d. Sama-sama memohon ampun dan sama-sama diampuni Tuhan. e. Setelah di bumi, keduanya mengembangkan keturunan dan saling melengkapi dan saling membutuhkan. 5. Laki-laki dan Wanita Berpotensi Meraih Prestasi Peluang untuk meraih prestasi maksimum tidak ada pembedaan antara laki-laki dan wanita. Laki-laki dan wanita memperoleh kesempatan yang sama dalam meraih prestasi yang optimal. Namun dalam kenyataan masyarakat, konsep ideal ini membutuhkan tahapan-tahapan dan sosialisasi, karena masih terdapat sejumlah kendala, terutama kendala budaya yang sulit diselesaikan. Salah satu obsesi Al-Qur’an ialah terwujudnya keadilan di dalam masyarakat. Keadilan dalam Al-Qur’an mencakup segala segi kehidupan umat 26 Nasaruddin Umar, Argumen Keseteraan Jender, , h.260 39 manusia, baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat. Karena itu Al-Qur’an tidak mentolerir segala bentuk penindasan, baik berdasarkan kelompok etnis, warna kulit, suku bangsa, dan kepercayaan, maupun yang berdasarkan jenis kelamin. Jika terdapat suatu hasil pemahaman atau penafsiran yang bersifat menindas atau menyalahi nilai-nilai luhur kemanusiaan, maka hasil pemahaman dan penafsiran tersebut terbuka untuk diperdebatkan. Berikut akan dijelaskan beberapa keterlibatan wanita muslimah dalam berbagai kegiatan sosial. 1. Mengkritik pemimpin Wanita muslimah seperti halnya kaum laki-laki dihimbau untuk ikut peduli terhadap masalah-masalah politik yang berkembang dalam masyarakat. Juga dituntut untuk mengambil bagian. Dalam membangun masyarakatnya melalui kegiatan amar ma’ruf dan nahi munkar serta memberikan nasihat atau dengan mendukung usaha-usaha positif dan menentang hal-hal yang negatif. Contoh yang paling tepat mengenai kepedulian wanita akan masalah politik yang berkembang di tangah masyarakat adalah ucapan Ummu Salah berikut ini: “Aku adalah salah seorang dari manusia,” yang dalam hal ini dia menganggap pidato yang disampaikan seorang pemimpin di hadapan khlayak ramai ditujukan kepada kum laki-laki dan wanita sekaligus, bukan untuk laki-laki saja. Sungguh tepat sekali apa yang diucapkan oleh Fatimah binti Qais ini: “ Aku pergi ke masjid bersama orang-orang yang pergi,” yang menunjukkan bahwa Fatimah ikut bersama kaum laki-laki memenuhi panggilan imam lihat hadist 40 Ummu Salamah dan hadist Fatimah binti Qais dalam pembahasan tentang bukti keterlibatan wanita dalam kegiatan politik negara Islam. 27 Dari Tamin ad-Dari dikatakan bahwa Nabi Saw bersabda: “Agama itu nasihat.” Kami para sahabat bertanya: “Untuk siapa?” Beliau menjawab: “Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum muslimin, dan untuk kaum muslimin secara umum.” HR Muslim. 28 Betapa tinggi nilai nasihat dalam agama Islam. Pada dasarnya, nasihat itu meliputi dua sisi. Pertama, sisi kejiwaan dan perasaan yang meliputi keinginan atas suatu kebaikan bagi kaum muslimin secara keseluruhan, baik bagi masyarakat umum maupun kalangan tertentu. Kedua, sisi perilaku nyata melalui pendapat dan kalimat haq, sekaligus perjuangan dan pengorbanan dalam menyampaikan kebenaran tersebut. Dalam hal ini berarti Islam tidak melarang laki-laki dan wanita untuk senantiasa mengkritik dan memberi nasihat kepada pemimpinnya. 2. Menunaikan kesaksian Aisyah berkata mengenai berita bohong: “Setelah diceritakan kepada beliau apa yang menimpa diriku...Rasulullah Saw datang ke rumahku. Beliau menanyakanku kepada pembantuku. Pembantuku berkata: “Tidak, demi Allah, aku tidak pernah mengetahui aib cela pada dirinya. Cuma saja di pernah tertidur 27 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid 2, Jakarta: Gema Insani, 1997 h.528 28 Muslim, Kitab:Imam, Bab: Keterangan bahwasannya tidak masuk surga selain orang-orang mukmin, Jilid I, h. 53 41 sehingga kambing masuk, lalu memakan tepung atau adonan rotinya”. Sebagian sahabat Rasulullah Saw membentaknya, lalu berkata: ‘Bicaralah yang benar kepada Rasulullah Saw..’Kemudian mereka menerangkan secara gamblang persoalan yang dibicarakan orang itu kepadanya. Pembantu itu ahkirnya mengucapkan : ‘Subhanallah, demi Allah, aku tidak mengetahui persoalannya kecuali seperti pengetahuan tukang emas terhadap biji emas yang merah.” HR Bukhari dan Muslim. 29 3. Kaum wanita berbai’at kepada Nabi Saw. Sebagai pemimpin umat Islam Dari Ibnu Abbas r.a, dia berkata: “Aku ikut shalat hari raya Idul Fitri bersama Rasulullah Saw, Abu Bakar dan Utsman. Semuanya melakukan shalat sebelum khotbah. Setelah shalat barulah berkhotbah, kemudian Nabiyullah turun. Seolah-olah aku melihat kepada beliau ketika beliau menyuruh jamaah laki-laki duduk dengan tangannya. Kemudian beliau berjalan di sela-sela shaf laki-laki hingga sampai ke tempat kaum wanita bersama Bilal. Di situ beliau membaca ayat: “Hai Nabi, apabila datang kepadamu perempuan-perempuan yang beriman unutk mengadakan janji setia bahwa mereka tidak akan menyekutukan sesuatu pun dengan Allah, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anaknya, tidak akan berbuat dusta yang mereka ada-adakan antara tangan dan kaki mereka dan tidak akan mendurhakaimu...,” sampai akhir ayat. Setelah 29 Bukhari, Kitab, Tafsir, Bab: Surat an-Nur. Firman Allah Swt. “Seungguhnya orang-orang yang ingin agar berita perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalngan orang-orang yang beriman, jilid 10, h. 105. Muslim, Kitab:Tobat, Bab: Mengenai berita bohong, jilid 8, h. 119 42 itu beliau bertanya: “Apakah kalian menyetujui hal seperti itu?” Hanya satu dari mereka yang menjawab, sementara yang lainnya tidak. Yang menjawab itu berkata: “Ya, wahai Rasulullah.” Al-Hasan tidak tahu siapa wanita itu. Ibnu Abbas berkata: ”Lalu wanita-wanita itu bersedekah. Bilal menggelar pakaiannya sehingga wanita-wanita itu menjatuhkan meletakkan cincin besar dan perhiasan milik mereka di atas pakaian Bilal.” HR Bukhari dan Muslim. 30 Bai’at yang dilakukan oleh kaum wanita terhadap Nabi Saw mempunyai beberapa arti: 1. Kemandirian pribadi seorang wanita. Jadi dia bukan sekedar pengekor kaum laki-laki. Mereka melakukan bai’at sebagaimana halnya kaum laki-laki. 31 2. Bai’at yang dilakukan kaum wanita merupakan janji setia serta terhadap Islam dan taat kepada Rasulullah Saw yang dilakukan tidak berbeda dengan kaum laki-laki. Terkadang kaum laki-laki berbai’at kepada Rasulullah Saw seperti kaum wanita. Dari Ubadah bin Shamit dikatakan bahwa beliau pernah berkata dan disekeliling beliau ada sejumlah sahabat: “Marilah kalian semua, lakukanlah bai’at terhadapku bahwa kalian tidak akan mempersekutukan Allah dengan sesuatu pun, tidak akan mencuri, tidak akan berzina, tidak akan membunuh anak-anak kalian, tidak akan berbuat dusta yang kalian ada- adakan di antara tangan dan kaki kalian, tidak akan mendurhakai dalam soal 30 Bukhari, Kitab: Tafsir, Bab:Surat al-Mumtahanah, ayat: “Apabila dating kepadamu perempuan yang beriman untuk berbai’at, jilid 10, hlm. 265. Muslim,Kitab: Shalat dua hari raya, jilid 3, hlm. 18 31 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid 2, Jakarta: Gema Insani, 1997 h.507 43 kebaikan...” Ubaidah bin Shamit berkata: “Aku berbai’at kepada beliau berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut’’ HR Bukhari 32 . Selain itu, ada pula bai’at yang khusus untuk kaum laki-laki, sperti bai’at yang berjihad dan tegar menghadapi musuh, seperti bai’at Ridhwan pada hari Hudaibiah. 33 4. Keterlibatan wanita dalam jihad membela Islam Dari ar-Rubayyi binti Mu’awwidz, dia berkata: “Kami pernah bersama Nabi Saw. dalam peperangan. Kami bertugas memberi minum prajurit, melayani mereka, mengobati orang terluka, serta mengantarkan orang-orang yang terluka, serta mengantarkan orang-orang yang terluka dan terbunuh ke Madinah.”HR Bukhari 34 . Dari Anas bin Malik r.a, dia berkata: “...Rasulullah Saw berkata: ’Sejumlah orang dari umatku menawarkan diri kepadaku sebagai pasukan perang di jalan Allah. Mereka mengarungi permukaan laut bagaikan raja- raja di atas singgasananya.’ Ummu Haram berkata: ’Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikannya di antara mereka. ’Lalu Rasulullah Saw mendoakannya...”HR Bukhari 35 32 Bukhari, Kitab:Munaqib, Bab: Delegasi Anshar kepada nabi Saw. dan bai’at Aqabah, jilid 8,h. 222 33 Abdul Halim Abu Syuqqah, Kebebasan Wanita Jilid 2, Jakarta: Gema Insani, 1997 h.508 34 Bukhari, Kitab:Jihad, Bab:Kaum wanita merawat orang terluka dalam peperangan, jilid 6, h.420 35 Bukhari, Kitab: Jihad, Bab: Mendoakan supaya bisa berjihad dan mati syahid dan mati syahid bagi pria dan wanita, jilid 6, h. 350. Muslim, Kitab: Kepemimpin, Bab: Keutamaan berperang di laut, jilid 6,h. 50 44

C. Kesetaraan Gender di Indonesia