Posisi Wanita dalam Mengasuh Anak

71 dalam mengatur ekonomi ialah istri beliau Siti Khadijah r.a. Nabi Muhammad Saw pun tidak mempermasalahkan hal itu. Lalu apabila ternyata dalam suatu keluarga itu suami tidak mampu bekerja atau mencari nafkah, maka isteri diperbolehkan bekerja atau mencari nafkah. 5 Dari pendapat tersebut sejalan dengan teori feminisme liberal, aliran yang dimotori oleh Margaret Fuller 1810-1850, Harriet Martineu 1802-1876, Anglina Grimke 1792-1873,dan Susan Anthony 1820-1906 berpendapat bahwasannya, mereka menghendaki agar perempuan diintegrasikan di dalam semua peran, termasuk bekerja di luar rumah. Kelompok ini beranggapan bahwa tidak mesti dilakukan perubahan structural secara menyeluruh, tetapi cukup melibatkan perempuan di dalam berbagai peran, seperti dalam peran sosial, ekonomi, dan politik.

3. Posisi Wanita dalam Mengasuh Anak

Demikian besar peranan ibu, sampai-sampai ada yang berkata: ”Bukan hanya anak hasil didkan ibu, tetapi juga suami dapat menjadi hasil didikan istri”. 6 Pada hakikatnya bahwa tugas pengasuhan anak bukan hanya terletak pada wanita atau ibu karena kedua orang tua memang berperan besar. Dalam kitab suci Al-Qur’an, ditemukan beberapa penjelasan yang berbicara tentang peranan bapak dalam membentuk watak dan kepribadian anak, misalnya bagaimana Luqman as. 5 Wawancara pribadi dengan Ibu Dra. Hj. Ermalena,MHS, Ketua Bidang Pemberdayaan Wanita, 25 Januari 2011 Jam 14.00-14.30, di Gedung Kementrian Agama R.I Jakarta. 6 M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Nikah Sampai Sex Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai bias Baru, Jakarta:Lentera Hati, 2005 h.241 72 menasehati anaknya agar tidak mempersekutukan Allah Swt sambil memperkenalkan beberapa sifat-Nya, juga bagaimana beliau menekankan perlunya bakti kepada orangtua, keharusan menghindari sikap angkuh, serta tampil dengan cara-cara terhormat baik dalam berucap maupun bertindak. Dalam porsi pengasuhan anak politisi PPP berpendapat bahwasannya dalam keluarga merupakan suatu kesepakatan, anak bukan merupakan semata- mata tanggung jawab isteri, tetapi merupakan tanggung jawab bersama, antara suami dan isteri. Sering orang menganggap bahwa apabila anak bertingkah kurang pantas dalam kehidupannya, istri lah yang paling disalahkan. Padahal laki- laki juga mempunyai andil dalam membesarkan dan mendidik anak. 7 Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa ini sejalan dengan teori feminsme liberal. Dasar pemikiran kelompok ini adalah semua seimbang, baik laki-laki dan wanita diciptakan seimbang dan serasi. Kelompok ini membenarkan wanita bekerja bersama laki-laki, baik dalam wilayah domestic maupun di luar rumah. Ini merupakan penjelasan yang mengartikan bahwasannya PPP tidak menganggap kalau dalam hal mengasuh anak harus sepenuhnya diemban oleh wanita istri, laki-laki suami juga mempunyai andil agar si anak dapat tumbuh kembang dengan baik. 7 Wawancara pribadi dengan Ibu Dra. Hj. Ermalena,MHS, Ketua Bidang Pemberdayaan Wanita, 25 Januari 2011 Jam 14.00-14.30, di Gedung Kementrian Agama R.I Jakarta. 73 Kalau ibu memberi pelajaran, ayah memberi contoh demikian juga sebaliknya, kalau ibu memberi kehangatan, ayah memberi cahaya. Peranan ibu dan bapak bermula sejak pembuahan dan berlanjut hingga terbentuknya kepribadian anak. Ini karena semua mengakui adanya faktor hereditas yang menurun kepada anak melalui ibu dan bapak, bukan saja dalam fisik melainkan juga psikis. Situasi kejiwaan ibu dan bapak saat pembuahan juga dapat mempengaruhi anak. Memang, kalau ingin membandingkan peranan ibu dan bapak dalam hal kelahiran anak maka sangat jelas pula perbedaannya. Tugas bapak dalam hal pembuahan itu hanya berlangsung beberapa saat. Begitu selesai pertemuan sperma dan ovum, selesailah tugas bapak. Sedangkan, peranan ibu berlanjut demikian lama, bukan saja saat mengandung sembilan bulan lamanya melainkan masih berlanjut dengan masa penyusuan, bahkan lebih dari itu. Walaupun demikian, harus digarisbawahi bahwa bapak tetap dituntut untuk terlibat langsung dalam pendidikan dan pembentukan watak anak. Jika ibu sendiri yang membesarkan anak secara keseluruhan, maka hubungan cinta si anak hanyalah dengan si ibunya saja. Setiap sosok memiliki sifat, kepribadian, pengetahuan, serta pengalaman yang terbatas dan berbeda-beda sehingga tidak bijaksana membiarkan ibu saja yang mempengaruhi si anak secara penuh. 8 Bapak dalam konteks pembentukan watak, dituntut oleh kitab suci Al- Qur’an untuk mendukung sekaligus memerhatikan anak. Al-Qur’an 8 M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Nikah Sampai Sex Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai bias Baru, h.243 74 mengibaratkan bapak sebagai petani yang menanam benih, sedangkan ibu diibaratkan dengan lahan. Betapapun baiknya benih, jika lahannya gersang atau dibiarkan ditumbuhi alang-alang dan diserang oleh hama, buah yang tumbuh tidak akan memuaskan. Walaupun buah sudah tumbuh petani masih dituntut untuk memerhatikannya, membersihkannya dari noda dan mengemasnya dengan kemasan yang baik dan indah sebelum dibawa atau dimanfaatkan. 9 Bukan hanya sampai disitu saja tugas ayah. Ketika anaknya lahir, ia dituntut oleh agama untuk mengazankan ditelinga kanan dan membaca iqamat ditelinga kirinya. Kalaulah kita berkata bahwa ketika itu alat pendengaran dan penglihatan anak belum lagi berfungsi dengan baik, paling tidak, ini mengisyaratkan peranan bapak dalam menanamkan nilai-nilai spiritual dalam anaknya. Sedangkan ibu dapat disimpulkan mengemban tugas yang berat didalam mengasuh anak, yakni mendidik dan membentuk watak serta kepribadian anak karena ibu diberi karunia sifat yang dinamakan “sifat keibuan”. Peranan atau sifat ini mustahil bisa dilakukan oleh lelaki. Ibulah yang berada di rumah, di sekolah, di rumah sakit, di jalan raya, di tempat-tempat bermain, dan lain-lain, khususnya pada masa pembentukan dan kepribadian anak. 10 Perempuan justru sebenarnya memiliki kekuatan luar biasa dalam peranannya membentuk manusia yang berwatak dan berkepribadian yang utuh. 9 M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Nikah Sampai Sex Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai bias Baru, Jakrta:Lentera Hati,2005 h.244-245 10 M. Quraish Shihab, Perempuan Dari Nikah Sampai Sex Dari Nikah Mut’ah Sampai Nikah Sunnah Dari Bias Lama Sampai bias Baru, h.245 75 Watak adalah sifat batin manusia yang mempengaruhi segenap pikiran dan tingkah laku. Tindakan-tindakan seseorang lahir dari wataknya yang disadari atau tidak. 11

B. Pandangan Politisi PPP Terhadap Pemimpin Perempuan