36
bantuan terhadap dua pihak atau lebih yang sedang dalam kondisi bermusuhan.
52
Jadi, layanan mediasi yaitu layanan yang membantu peserta didik menyelesaikan permasalahan dan
memperbaiki hubungan antarmereka. Ada berbagai jenis layanan yang diberikan oleh konselor dalam proses
bimbangan konseling yang bisa dimamfaatkan oleh peserta didik untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dialaminya. Sedangkan religius
guidance bimbingan keagamaan yaitu bimbingan dalam rangka membantu pemecahan problem seseorang dalam kaitannya dengan
masalah-masalah keagamaan, melalui keimanan menurut agamanya. Menurut Prof. H.M. Arifin, M.Ed., secara umum dapat disimpulkan bahwa
sebenarnya hanya ada tiga kategori pelayanan dalam bimbingan konseling tersebut, yaitu sebagai berikut:
53
a. Pelayanan yang membantu siswa agar lebih memahami tentang dirinya
sendiri, terhadap kemungkinan perkembangannya; agar dapat dengan mudah mengungkapkan perasaan tertekan dan harapan ke alam bawah
sadarnya; serta melihat hal tersebut tanpa distorsi.
b. Pelayanan yang membantu kepada pertumbuhan atau perkembangan
hidup sosial dan keterampilannya ke arah sikap dan perasaan senang hidup bermasyarakat berkelompok. Dalam hubungan ini, organisasi
siwa akan dapat membantu sosialitas, individualitas, perkembangan moralitas, dan sebagainya. Dengan bimbingan melalui apa yang disebut
group guidance bimbingan kelompok, pertemuan-pertemuan orientasi bagi siswa baru, club-club agama, pertemuan-pertemuan di asrama-
asrama, student centre, olahraga serta karyawisata, dan sebagainya, juga sangat membantu kepada pengembangan rasa sosial mereka.
c. Pelayanan terhadap kebutuhan siswa di bidang kesehatan mental dan
fisik, keuangan dalam bentuk koperasi pinjam meminjam, beasiswa, student employment service bagian urusan penempatan kerja adalah
penting artinya bagi perkembangan studi mereka lebih lanjut.
5. Peran Bimbingan Konseling Agama Islam dalam Menanggulangi
Kenakalan Remaja
Layanan bimbingan dan konseling pada umumnya merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses pendidikan di sekolah. Oleh karena
52
Tohirin, Bimbingan dan Konseling di Sekolah dan Madrasah Berbasis Integrasi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2008, h. 195
53
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: Amzah, 2010, h. 59
37
itu, pelaksanaan layanan ini menjadi tanggung jawab bersama antara seluruh personil sekolah, yaitu: kepala sekolah, guru-guru khususnya guru
agama Islam, wali kelas dan petugas lainnya. Semua personil sekolah terkait dalam pelaksanaan program bimbingan, karena bimbingan
merupakan salah satu unsur pendidikan dari sistem pendidikan. Kegiatan bimbingan mencakup berbagai aspek yang satu sama lain
saling berkaitan, sehingga rasanya tidak memungkinkan jika pelayanan itu hanya dilakukan dan menjadi tanggung jawab konselor saja. Pasalnya,
masalah-masalah peserta didik dewasa ini cukup kompleks, sehingga membutuhkan penanganan serta penanggulangan yang cukup serius.
Salah satu masalah siswa di sekolah yang harus ditanggulangi dewasa ini adalah kenakalan remaja. Karena hal ini akan menimbulkan dampak
yang negatif terhadap perkembangan remaja itu sendiri. Pengaruh kenakalan ini juga tidak hanya berimplikasi kepada pribadi remaja, akan
tetapi dapat dirasakan oleh seluruh komponen masyarakat. Oleh sebab itu, orang tua merupakan pendidik dan pengayom di
rumah. Jika orang tua tidak membekali anak-anaknya dengan pendidikan khususnya pendidikan agama, maka remaja akan mudah terpengaruh oleh
lingkungannya yang negatif, sehingga akhirnya anak itu menjadi nakal. Sebagai pemegang amanat orang tua dan sebagai salah satu pelaksana
pendidikan Islam, guru agama Iskam tidak hanya bertugas memberikan tugas ilmiah, melainkan merupakan kelanjutan tugas orang tua, yang juga
merupakan tugas pendidik muslim pada umumnya, yaitu memberikan pendidikan yang berwawasan manusia seutuhnya.
Hal itu dapat diwujudkan dengan cara menjadikan manusia itu sebagai manusia, mempertahankan sifat kemanusiaanya, serta memelihara
fitrahnya yang telah diberikan Allah Swt. Guru agama Islam disamping melaksanakan tugas pengajaran, yaitu
memberikan pengetahuan keagamaan, ia juga melaksanakan tugas pendidikan dan pembinaan bagi peserta didik serta membantu dalam
pembentukan kepribadian dengan mengembangkan keimanan dan
38
ketakwaan para peserta didik. Maka secara langsung ia adalah seorang pembimbing atau konselor hidup keberagamaan anak didik.
Dengan demikian, dapat kita ketahui bahwa kegiatan yang dilakukan oleh guru agama Islam sekaligus konselor agama sangatlah berat dan tidak
pernah berakhir. Karena hidup di zaman modern tidak terlepas dari berbagai macam gangguan, hambatan dan tantangan mental-spiritual yang
memerlukan pertolongan dari orang lain yang dipandang lebih mengetahui, seperti konselor agama.
Maka dari itu konselor agama harus berperan aktif dalam berbagai situasi dan kondisi untuk membantu klien dalam memecahkan
masalahnya, khususnya masalah yang berhubungan dengan masalah agama.
Kegiatan guru agama Islam yang meliputi pendidikan dan bimbingan keagamaan itu dilakukan dalam bentuk sebuah layanan yang disebut
sebagai pelayanan bimbingan dan konseling agama, oleh karena itu ia disebut sebagai konselor agama.
Pada prinsipnya pelayanan bimbingan dan konseling secara umum maupun agama diselenggarakan terhadap sasaran layanan tertentu, baik
individual maupun kelompok. Oleh sebab itu, bimbingan konseling pada prinsipnya pun mempunyai orientasi tertentu. Dalam hal ini, yang akan
penulis tekankan adalah orientasi terhadap permasalahan siswa di dalam maupun luar lingkungan sekolah, di antaranya yaitu untuk menanggulangi
masalah kenakalan remaja. Jelas, nilai-nilai religiusitas menjadi factor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja
dalam suatu lingkungan masyarakat. Berikut ini akan dikemukakan pendapat para ahli tentang pengaruh agama Islam terhadap kesehatan
mental yang nantinya mempengaruhi perilaku seseorang nakal atau tidak. 1.
William James seorang filsuf dan ahli psikologi Amerika berpendapat bahwa keimanan kepada Tuhan merupakan salah satu
kekuatan yang harus dipenuhi untuk menopang seseorang dalam hidup ini.
2. Zakiah Daradjat psikolog muslimah Indonesia mengemukakan,
“apabila manusia ingin terhindar dari kegelisahan, kecemasan, dan
39
ketegangan jiwa serta ingin hidup teneng, tentram, bahagia, dan dapat membahagiakan orang lain maka hendaklah manusia percaya
kepada Tuhan dan hidup mengamalkan ajaran agama. Agama bukanlah dogma, tetapi agama adalah kebutuhan jiwa yang perlu
dipenuhi.”
54
Orang yang taat beragama akan menjadi sehat mentalnya, yang pada gilirannya akan membentuk perilaku yang bermoral dan kehidupannya
tidak menyimpang dari aturan yang ada di lingkungan sosialnya.hal ini menunjukan bahwasanya bimbingnan konseling Islam yang dilakukan oleh
guru agama Islam mempengaruhi sikap moral seseorang menyimpang atau tidak.
55
54
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling Islam, Jakarta: AMZAH, h.385
55
Samsul Munir Amin, Bimbingan dan Konseling ……………… h.385
39
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Variabel Penelitian
Variabel adalah sesuatu yang dapat berubah atau jumlah yang mungkin memiliki nilai yang bermacam-macam. Dalam penelitian variabel diartikan
sebagai perubahan perilaku yang bisa diukur.
1
Dalam penelitian ini terdapat dua variabel yaitu independent variabel variabel bebas dan dependent
variabel variabel terikat. Variabel independent yakni variabel bebas yang sedang dianalisis hubungannya aatau pengaruhnya terhadap variabel terikat.
Variabel independent biasa disimbolkan dengan variabel X. Sedangkan dependent variabel variabel terikat adalah variabel yang diramalkan. Dalam
penelitian variabel dependent disebut sebagai variabel yang sedang dianalisis tingkat keterpengaruhnya oleh variabel independentnya, variabel terikat biasa
disimbolkan dengan Y. Adapun yang menjadi independent variabel variabel bebas adalah
pelaksanaan bimbingan dan konseling agama Islam. Bimbingan konseling agama Islam adalah bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam baik di
dalam pelajaran ataupun bimbingan di luar jam mengajar atau pelajaran. Bimbingan dan konseling agama Islam ini adalah pelayanan bantuan kepada
siswai SMA Negeri 3 Tangerang Selatan baik secara perorangan ataupun individu agar mampu menjadi pribadi yang mandiri dan berkembang secara
1
Nuraida. Diktat Metodologi Penelitian Silabus Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jakarta: Aulia Publishing House, 2008, hlm. 49-50