19
pemberian kesibukan yang bermamfaat, pemberiaan peranan dan tanggung jawab diantara para anggota keluarga, menintensifkan
pelajaran pendidikan agama Islam di sekolah, dalam pelaksanaan kurikulum di sekolah hendaknya memperhatikan keseimbangan
aspek kognitif, efektif dan psikomotor yang memadai, mengadakan identifikasi dan bimbingan mengenai bakat, minat, kemampuan dan
penyalurannya, melatih atau membiasakan anak untuk dapat bekerja sama, berorganisasi dengan bimbingan guru melalui OSIS
dan lain-lain, mengadakan dan mengaktifkan remaja masjid, karang taruna, dan lain sebagainya.
b. Tindakan Represif, yakni tindakan untuk menindas dan menahan
kenakalan remaja seringan mungkin atau menghalangi timbulnya peristiwa kenakalan yang lebih hebat. Ruang lingkup tindakan
represif meliputi: 1
Razia terhadap tempat-tempat atau barang-barang yang dapat dijadikan tempat atau alat berbuat nakal oleh para remaja.
2 Penyidikan atau pengusutan dan pemeriksaan terhadap
remaja yang berbuat nakal. 3
Penahanan sementara untuk kepentingan pemeriksaan dan perlindungan bagi remaja.
4 Penuntutan dan peradilan terhadap perkara yang melanggar
hukum.
23
Pada umumnya tindakan represif diberikan dalam bentuk memberikan peringatan secara lisan maupun tertulis kepada pelajar
, orang tua atau walinya. Selain itu, juga melakukan pengawasan khusus oleh Kepala Sekolah dan team guru atau pembimbing.
c. Tindakan Kuratif, dan rehabilitasi, yakni memperbaiki akibat
perbuatan nakal, terutama individu yang telah melakukan perbuatan
23
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap Pemecahan Problema Remaja, Jakarta: Kalam Mulia, 1999, Cet. I, h. 94
20
tersebut
24
. Tindakan ini dilakukan setelah tindakan-tindakan yang lain dilakukan. Tindakan ini merupakan pembinaan khusus untuk
memecahkan dan menanggulangi problema kenakalan remaja. Pada setiap tindakan preventif, represif maupun kuratif, pendidikan
agama Islam selalu dibutuhkan dan dipergunakan, karena pendidikan agama Islam adalah suatu amal kebajikan, sedangkan kebajikan bisa
menghapuskan kejelekan. Pendek kata agama Islam memberikan bimbingan hidup dari yang sekecil-kecilnya sampai kepada yang sebesar-
besarnya; mulai dari hidup pribadi, keluarga, masyarakat, dan hubungan dengan Allah, bahkan dengan alam semesta dan makhluk hidup lainnya.
25
Jadi, guru agama Islam sebagai pembimbing dan konselor perlu memahami berbagai factor penyebab kenakalan remaja siswa. Setelah itu
guru agama Islam dapat mengambil langkah-langkah baik preventif maupun kuratif.
Nilai-nilai religiusitas menjadi faktor yang dominan dalam upaya pencegahan terjadinya kenakalan remaja dalam suatu lingkungan
masyarakat. Penanaman nilai-nilai agama Islam sebaiknya dilakukan sejak manusia dalam kandungan sampai akhir hayat. Jadi, dapat dikatakan
suatu usaha penyelamat bagi remaja adalah ketekunan menjalankan agama. Ketekunan menjalankan agama itu dapat dicapai dengan jalan
latihan yang terus menerus dan menghindarkan diri dari godaan-godaan yang merusak.
Problem kenakalan remaja juga dapat diminimalisir dengan memberikan ruang gerak kepada remaja dalam mengikutsertakan atau
menyalurkan mereka dalam aktivitas-aktivitas yang bernilai positif.
24
Sahilun A Nasir, Peranan Pendidikan Agama Terhadap .... Cet. I, h. 90
25
Zakiyah Daradjat. Peranan Agama dalam Kesehatan Mental, Jakarta: PT Toko Gunung Agung, 2001, Cet. XVI, h. 52
21
B. Bimbingan Konseling Agama