Sumber Daya Analisis Model GC Edward

93

5.3.3.2 Informasi

Informasi dibutuhkan bagi pihak HSE untuk mengukur sejauh mana keberhasilan program - program K3 di proyek dan apa saja yang harus dibenahi. Laporan kecelakaan, dokumentasi kegiatan, hasil inspeksi, dan hasil SHE meeting merupakan beberapa hal yang dijadikan acuan bagi kontraktor untuk melihat keberhasilan program K3. Hal itu terlihat dari hasil wawancara dengan pihak HSE pusat. “ Dari laporan kecelakaan bisa terlihat apakah K3 di proyek dilakukan dengan baik atau tidak. Kalau banyak kecelakaan berarti K3nya jelek, kalau cuma satu dua berarti memang orangnya aja yang gak peduli dengan aturan K3 di proyek.” “ Gak cuma laporan kecelakaan aja, kan ada dokumentasi kegiatan terus saya kadang juga inspeksi juga. Dari orang HSE di proyek mereka kan juga ngawasin pekerja dan ngasih laporan ke saya. Tiap minggu juga ada SHE meeting sama SHE talk jadi kami bisa tahu informasi mengenai permasalahan K3 di proyek dari penilaian pekerja. ” HSE pusat juga menyatakan bahwa penyebab kecelakaan kerja yang terjadi selama ini bukan karena faktor teknis mesin dan peralatan namun karena kesalahan pekerja. “ Kalau disebabkan karena teknis mesin dan equipment berarti kecelakaan disebabkan dari pihak kami tapi selama di proyek kemang belum ada tuh.” 94 Apa yang telah diutarakan oleh informan HSE pusat tersebut juga dibenarkan oleh informan HSE proyek. “ Laporan kecelakaan itu informasi terpenting bagi kami dalam menilai apakah program K3 di proyek sudah be rjalan dengan baik atau belum.” “ Tiap bulan saya ngirim laporan ke pusat terus dari pusat juga selalu inspeksi tiap minggu.” “ Kalau dilihat laporan kecelakaan, tidak ada yang disebabkan oleh faktor teknis namun murni kesalahan pekerja jadi bisa dibilang keamanan mesin peralatan sudah cukup bagus.” Sedangkan bagi semua informan pekerja lapangan informasi dibutuhkan untuk agar mereka tahu bagaimana K3 yang baik dan benar bisa diterapkan di proyek seperti dijelaskan sebagai berikut. “ Cara kerja yang bener biar kami yang kerja ini gak kenapa - kenapa.” cor “ Cara kerja yang aman belum diajarin kayaknya.” besi Ketika ditanyakan mengenai informasi K3 yang pernah diberikan kontraktor kepada pekerja, semua informan pekerja lapangan menjawab dengan jawaban yang serupa. “ Selama ini yang pernah dikasih tahu paling sering masalah APD sama kebersihan.” house keeping “ Macam - macam sih. Paling sering masalah APD dan kebersihan.” kayu 95 Untuk pekerjaan yang berhubungan dengan mesin atau peralatan yaitu operator tower crane dan operator alimak, informasi mengenai cara menggunakannya supaya aman justru didapat dari subkontraktor dan mereka merasa sudah cukup dengan informasi yang diberikan. “ Sudah cukup sih. Itu dikasih tahu dari subkontraktor.” alimak “ Sudah cukup menurut saya. Ketentuan teknis mengenai penggunaan crane yang aman sudah saya dapat dar i subkon.” tower crane Untuk memperkuat pernyataan tersebut peneliti meminta ditunjukkan dokumen terkait. Dokumen yang ditunjukkan kontraktor kepada peneliti antara lain laporan kecelakaan kerja dihitung setiap bulan, hasil inspeksi yang dilakukan HSE pusat, dokumentasi kegiatan inspeksi dan meeting. Karena alasan kerahasiaan hanya dokumentasi kegiatan inspeksi dan meeting yang boleh dibawa peneliti.

5.3.3.3 Wewenang

Kewenangan merupakan otoritas bagi pelaksana dalam melaksanakan kebijakan yang ditetapkan. Konteksnya disini merupakan tugas dan tanggung jawab informan dalam melaksanakan pekerjaannya dengan baik. Walaupun para informan mempunyai kewenangan yang berbeda - beda namun semuanya mengarah pada tujuan yang sama yaitu proyek bisa selesai tepat waktu dan menciptakan lingkungan kerja yang aman untuk semua orang yang berada di lingkungan proyek. 96 Tabel 5.6 Kewenangan HSE Pusat dan HSE Proyek No Wewenang HSE Ps HSE pr 1 Membuat dan mereview identifikasi bahaya, v v penilaian, dan pengendalian resiko 2 Membuat dan mereview daftar UU K3L v v sesuai dengan kebutuhan proyek 3 Melaksanakan SHE induction, SHE meeting v SHE talk, dan SHE patrol 4 Melaksanakan SHE inspection setiap minggu v 5 Membuat peraturan K3L untuk semua proyek v 6 Mencatat Laporan harian dan bulanan K3L v 7 Membuat laporan kecelakaan v 8 Mengelola hasil laporan K3L dari proyek v 9 Merencanakan penempatan fasilitas K3L v v 10 Mengeluarkan surat izin bekerja v 11 Membuat SHE assessment v v 12 Merencanakan anggaran biaya K3L v 13 Merencanakan kebutuhan APD pekerja v v 14 Melaksanakan pelatihan K3 untuk pekerja v 15 Menghentikan pekerjaan yang berpotensi v v mencelakakan pekerja maupun pengunjung 16 Menjatuhkan sanksi berupa surat peringatan v v maupun pemecatan bagi pekerja yang telah melanggar peraturan K3 di lingkungan proyek Berikut penjelasan mengenai beberapa kewenangan HSE pusat menurut informan HSE pusat. 97 “ Wewenang saya sebagai orang HSE antara lain memberhentikan pekerja atau pekerjaan yang berpotensi menimbulkan kecelakaan baik bagi pekerja itu sendiri maupun pekerja lain disekitarnya bila itu terlihat langsung di mata saya. HSE yang di proyek juga bisa ngelakuin hal itu.” “ Saya bertugas untuk membuat peraturan - peraturan yang harus dipatuhi pekerja maupun karyawan PP agar aturan permenaker itu dapat terlaksana dengan baik.” Sedangkan dari pihak HSE proyek, wewenangnya hanya berbeda sedikit dibanding HSE pusat. Berikut penjelasan mengenai beberapa kewenangan HSE proyek dan juga perbedaannya menurut informan HSE proyek. “ Wewenang saya disini membuat peraturan. Saya bisa menegur pekerja yang tidak taat dengan aturan K3, tidak make helm misalnya. Saya juga bisa menghentikan pekerjaan yang bisa membahayakan pekerja yang terlibat di dalamnya. ” “ Bedanya sama yang di pusat kami hanya menjalankan peraturan - peraturan yang sudah dibuat dari pusat. Tinggal disesuaikan saja sama masalah yang ada di proyek.” Dari pihak quality control juga mempunyai kewenangan yang berbeda dengan pihak HSE. Berikut ini adalah penjelasan mengenai kewenangan yang dimiliki oleh informan quality control. 98 “ Wewenang saya disini memastikan bahwa mesin, peralatan, dan bahan yang akan digunakan sud ah memenuhi standar keamanan.” “ Kalau kebetulan lagi liat pekerja kerjanya sembarangan gak taat sama aturan K3 saya juga bisa negur.” Tabel 5.7 Kewenangan Quality Control No Wewenang 1 Membuat SHE assessment 2 Memastikan bahan, mesin, dan peralatan yang akan digunakan sudah memenuhi standar keamanan dan UU yang berlaku 3 Melaksanakan pemeriksaan berkala pada setiap mesin dan peralatan di lokasi proyek 4 Menghentikan pekerjaan yang berpotensi mencelakakan pekerja maupun pengunjung Dari pihak pekerja proyek mereka juga mempunyai kewenangan. Namun mereka tidak menyadari bahwa sebenarnya mereka juga berwenang untuk menegur pekerja lain yang bekerjanya tidak aman dan melanggar peraturan K3. Informan pekerja lapangan memberikan alasannya mengenai tidak menggunakan wewenangnya untuk menegur pekerja lain yang bekerja tidak aman dan melanggar peraturan K3. 99 “ Kalau sesama house keeping biasanya ngingetin. Tapi kalau yang lain saya gak tahu kerjaannya jadi saya diemin aja” house keeping “ Semua disini sibuk jadi gak ngurusin kerjaan yang lain.” besi “ Gak enak mungkin kan sama - sama kerja disini” tower crane Tabel 5.8 Kewenangan Pekerja Lapangan No Wewenang 1 Mengoperasikan mesin dan peralatan sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan benar 2 Menggunakan APD sesuai dengan jenis pekerjaannya dengan benar 3 Memperingatkan pekerja lain yang bekerja tidak aman dan yang melanggar peraturan K3 Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti dapat dikatakan HSE pusat maupun HSE proyek ketika sedang memantau para pekerjanya mereka dapat memberi perintah maupun menegur pekerja yang tidak taat dengan peraturan K3. Selain itu kegiatan SHE meeting, SHE talk, SHE induction dan SHE patrol memang benar dilaksanakan oleh tim HSE proyek. HSE pusat ketika berkunjung ke lokasi proyek juga memang benar melakukan inspeksi. Namun antar para pekerja proyek mereka tidak memperdulikan ketika ada pekerja lain yang tidak mematuhi peraturan K3 dan tetap melanjutkan pekerjaannya. Dokumen yang memperkuat pernyataan di atas yaitu panduan tugas HSE proyek. 100

5.3.3.4 Fasilitas

Fasilitas fisik merupakan faktor penting dalam implementasi kebijakan. Staf yang kompeten tidak akan memadai tanpa diimbangi sarana dan prasarana yang mencukupi. Fasilitas K3 yang terdapat di lokasi proyek antara lain yaitu ada APAR untuk memadamkan api yang dipasang setiap 2 lantai, safety net untuk mencegah apabila ada material berat ataupun pekerja tidak jatuh dari ketinggian, dan rambu - rambu peringatan untuk mengingatkan pekerja agar selalu berhati - hati. Selain itu yang tak kalah penting adalah ketersediaan APD untuk pekerja yang mencakup helm, sepatu, sarung tangan, masker, safety belt, full body harness, dan welding protect untuk pekerjaan las. Namun sayangnya ketersediaan APD untuk pekerja dibebankan kepada mandor dan subkontraktor yang membawa pekerjanya untuk bekerja di proyek. Informasi mengenai kelengkapan fasilitas K3 dapat dilihat dari hasil wawancara dengan informan HSE proyek dan HSE pusat berikut ini. “ APD untuk pekerja sudah disediakan oleh subkontrak dan mandor sesuai dengan kesepakatan kerja. Paling kalau ada yang kurang kami bisa menambahkan. Safety belt dan body harness juga kami sediakan. Rambu sudah sesuai dengan penempatan. APAR sudah ada setiap 2 lantai dan sudah terisi semua. Safety net sudah ada.” HSE proyek “ Fasilitas terkait K3 sudah lengkap. APD sudah ada untuk semua karyawan, rambu sudah dipasang, safety net juga selalu dipasang, APAR juga ada setiap 101 2 lantai. Untuk penyediaan APD bagi pekerja kami bebankan kepada subkontraktor dan mandor sesuai dengan kesepakatan awal. Kalau ada yang kurang atau hilang misalnya bisa kami tambahkan .” HSE pusat Sedangkan dari pihak pekerja proyek yaitu pekerja besi, cor, dan kayu memberikan keterangan yang sama dengan apa yang dijelaskan oleh informan HSE proyek dan HSE pusat bahwa ketersediaan APD dibebankan ke mandor. “ Helm sama sepatu sudah disediain sama mandor. Tali helm kalau hilang boleh minta ke HSE.” besi “ Mandor yang sediain APD. PP cuma sedia tali helm kalau ada yang hilang sama nambahin kekurangan helm.” cor “ Helm sama sepatu disediain mandor. Mandor juga ngasih 10 ribu buat beli sarung tangan. PP cuma sedia tali helm kalau ada yang rusak. ” kayu Namun untuk operator tower crane dan operator alimak yang berasal dari subkontraktor memberikan keterangan yang berbeda mengenai ketersediaan APD pada pekerjaannya. Karena jumlahnya hanya 4 orang maka semua APD untuk mereka bisa disediakan oleh pihak kontraktor. “ Operator TC alimak cuma 4 orang jadi APD dari PP semua.” Dari hasil observasi yang dilakukan peneliti membuktikan bahwa fasilitas K3 yaitu APAR, safety net, rambu - rambu peringatan, dan APD 102 untuk pekerja memang ada di tempat kerja. Hasil observasi lainnya yang dilakukan peneliti dibantu oleh safety supervisor memperlihatkan ternyata tidak semua peralatan yang tertulis di Permenakertrans No.1 1980 tentang K3 pada konstruksi bangunan ada di proyek. Pihak HSE beralasan bahwa peralatan - peralatan tersebut memang tidak dibutuhkan dalam proses pengerjaannya. Dokumen lain yang memperkuat pernyataan di atas yaitu checklist mesin dan peralatan yang sayangnya tidak boleh dibawa oleh peneliti.

5.3.3.5 Anggaran

Faktor anggaran sengaja ditambahkan dari penelitian ini karena ketersediaan fasilitas sarana prasana dan sosialisasi K3 tak mungkin terjadi tanpa adanya anggaran yang dialokasikan khusus untuk pelaksanaan K3. Anggaran untuk program K3 pada proyek dipakai untuk pelatihan K3 bagi pekerja, pembuatan rambu, penyediaan APAR, penyediaan APD, dan pembuatan safety net. Berikut pernyataan dari informan HSE pusat dan HSE proyek mengenai penggunaan anggaran untuk program - program K3. “ Anggaran tersebut dipakai untuk pelatihan karyawan PP maupun pekerja, pembuatan rambu - rambu, penyediaan APAR, APD, dan buat safety net ” HSE pusat “ Anggaran untuk program K3 sudah ada, dipakai buat pelatihan pekerja, penyediaan APAR, APD, rambu peringatan, safety net .” HSE proyek 103 Namun sayangnya besaran dari anggaran tersebut tidak bersedia dibeberkan oleh informan HSE proyek dan HSE pusat karena alasan kerahasiaan. “ Anggaran untuk pelaksanaan K3 untuk tiap proyek sudah ada kok. Tapi mengenai besarannya tidak bisa kami beberkan.” HSE pusat “ Anggaran untuk pelaksanaan K3 di proyek sudah ada. Jumlah pastinya saya lupa bisa mencapai puluhan juta rupiah.” HSE proyek Semua informan yang mewakili para pekerja tak ada satupun yang tahu mengenai besaran maupun penggunaan anggaran untuk pelaksanaan program - program K3 di lokasi proyek. Kalau soal an ggaran saya gak tahu. Tanya mandor aja.” Peneliti tidak dapat memperoleh dokumen mengenai anggaran untuk pelaksanaan program - program K3 di lokasi proyek karena sifatnya yang dirahasiakan.

5.3.4 Struktur Birokrasi

5.3.4.1 Standar Operasional Prosedur

SOP merupakan perkembangan dari tuntutan internal akan kepastian waktu, sumber daya serta kebutuhan penyeragaman dalam organisasi kerja yang kompleks dan luas. Dengan menggunakan SOP, pekerja maupun karyawan kontraktor dapat mengoptimalkan waktu yang tersedia sehingga 104 dapat menyelesaikan proyek sampai dengan batas waktunya dengan segala sumber daya yang dimiliki. Dalam konteks ini SOP dibuat dengan maksud agar pelaksanaan Permenakertrans No.1 1980 tentang K3 konstruksi bangunan di proyek dapat terlaksana dengan baik. Jam kerja yang jelas dan jadwal pemeriksaan berkala mesin dan peralatan agar tetap berfungsi dengan baik merupakan beberapa SOP yang sudah dibuat oleh kontraktor. Hal - hal yang memungkinkan pekerjaan proyek bisa terganggu salah satunya yaitu terjadinya kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja kerja bisa dicegah bila setiap pekerjaan sudah dibuat SOP agar pekerja mengerti bagaimana dia bisa bekerja dengan aman tidak menyebabkan kecelakaan kerja baik bagi dirinya maupun pekerja lain disekitarnya. Dengan berbagai macam pekerja yang terlibat dalam pekerjaan konstruksi maka SOP yang ada juga banyak dan tergantung jenis pekerjaannya masing - masing. Pekerja besi, pekerja cor, dan pekerja kayu mempunyai SOP yang berbeda walaupun terlibat bersama dalam pekerjaan beton. Pekerja house keeping, operator tower crane, dan operator alimak juga mempunyai SOP berbeda karena tugasnya yang juga berbeda antara yang satu dengan yang lain. Berikut ini merupakan SOP apa saja yang diperlukan oleh pekerja lapangan dalam pekerjaannya. 105 Tabel 5.9 SOP Pekerjaan Pekerja SOP pekerjaan House Keeping Pemasangan safety net vertikal dan horizontal Proteksi lubang dan pintu lift Pemasangan railing pengaman Penataan peralatan dan material Pembersihan area kerja Besi Pembesian pada pekerjaan beton Pembuatan rangka baja mencakup : 1. Pemotongan 2. Pembengkokan 3. Mengikat besi pertemuan 4. Pengelasan 5. Pemasangan baut Cor Pembuatan beton mencakup : 1. Pencampuran bahan 2. Pencetakan Kayu Pembuatan cetakan kayu pada pekerjaan beton Pembuatan bekisting kayu mencakup : 1. Pemotongan 2. Penyerutan 3. Pemahatan 4. Pemakuan Alimak Mengoperasikan lift alimak Tower Crane Mengoperasikan tower crane HSE proyek sebagai salah satu informan menjelaskan bagaimana SOP terkait pelaksanaan Permenakertrans No.1 1980 tentang K3 konstruksi bangunan di proyek dijalankan. 106 “ SOP untuk setiap pekerjaan sudah baku dibuat dari pusatnya. Proyek biasanya tinggal jalanin.” “ Checklist mesin dan peralatan dilakukan sebulan sekali. Bahan dan alat yang digunakan sudah ada kontrol kualitas terus penyimpanannya sudah diatur.” “ Masuk kerja mulai jam 8 pagi istirahat jam 12 pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan set elah maghrib sampai jam 10 malam.” Pernyataan dari informan HSE proyek tersebut juga dibenarkan oleh informan HSE pusat. “ Semua sudah baku dibuat dari pusat. Pekerja yang pengalaman biasanya lebih ngerti.” “ Checklist mesin dan peralatan setiap sebulan sekali. Itu yang tahu bagian operasional. Quality control juga termasuk. ” “ Masuk kerja mulai jam 8 pagi istirahat jam 12 pulang jam 5. Kalau mau lembur dilanjutkan setelah maghrib sampai jam 10 malam.” Namun bagi informan pekerja besi, kayu, cor, dan house keeping SOP yang mereka ketahui hanya jam kerjanya saja. Mereka mengaku tidak tahu mengenai SOP untuk pekerjaan yang harus mereka lakukan. “ Kita kerja mulai jam 8 terus istirahat jam 12 sampai jam 1 habis itu kerja lagi sampai jam 5. Kalau mau lembur tingga l nerusin kerja sampai jam 10.” 107 “ Standar pekerjaan yang harus dilakuin sih gak ada. Kami kerja ngikutin perintah dari mandor sama orang HSE aja.” cor “ SOP gak ada. Nunggu disuruh mandor dulu baru kerja.” besi “ SOP gak ada. Pokoknya tinggal ngerapihin sama bersih - bersih aja.” house keeping Pendapat yang berbeda diberikan oleh informan operator tower crane dan operator alimak mengenai adanya SOP dalam pekerjaannya. Mereka mengerti bahwa SOP merupakan prosedur kerja tertulis yang harus mereka lakukan dan mereka sudah mendapatkannya dari subkontraktor. “ Ada safety instruction dipasang di dalam. Dari subkon juga dikasih tahu.” alimak “ Operator alimak beda - beda jam kerjanya. Hari ini giliran saya selesai istirahat. Nanti malam gantian tempat sama operator yang lain. Besok saya masuk pagi.” alimak “ Cara mengoperasikan mesin crane saya ngerti. Prosedur kerja ada.” tower crane “ Sebulan sekali biasanya ada checklist. Jam kerjanya juga sudah dijadwal. Operator TC ada shift pagi sama shift malam. ” tower crane Dokumen - dokumen yang berkaitan dengan SOP yang bisa dibawa peneliti hanya jam kerja sedangkan checklist mesin dan peralatan hanya ditunjukkan tanpa diperbolehkan untuk dibawa pulang.