23
Kebijakan - kebijakan kesehatan dibuat oleh pemerintah dan swasta. Kebijakan merupakan  produk  pemerintah  walaupun  pelayanan  kesehatan  cenderung
dilakukan  oleh  swasta,  dikontrakkan  atau  melalui  kemitraan,  kebijakannya disiapkan  oleh  pemerintah  dimana  keputusannya  mempertimbangkan  aspek
politik. Walt dalam Massie, 2009. Kebijakan kesehatan berpihak pada hal - hal yang dianggap penting dalam
suatu  institusi  dan  masyarakat,  bertujuan  jangka  panjang  untuk  mencapai sasaran,  menyediakan  rekomendasi  yang  praktis  untuk  keputusan  -  keputusan
penting WHO dalam Massie, 2009. Kebijakan  kesehatan  terefleksi  dalam  beberapa  bentuk  hukum  tertulis
misalnya  undang  -  undang,  peraturan  pemerintah,  rencana  strategis,  program kesehatan, dan sebagainya.
2.1.7   Jasa Konstruksi
Menurut  Undang  -  undang  tentang  Jasa  konstruksi,  Jasa  Konstruksi adalah  layanan  jasa  konsultansi  perencanaan  pekerjaan  konstruksi,  layanan
jasa  pelaksanaan  pekerjaan  konstruksi  dan  layanan  jasa  konsultansi pengawasan
pekerjaan konstruksi.
Pekerjaan Konstruksi
adalah keseluruhan  atau  sebagian  rangkaian  kegiatan  perencanaan  dan    atau
pelaksanaan beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan arsitektural, sipil, mekanikal,
elektrikal dan
tata lingkungan
masing-masing beserta
kelengkapannya untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik lain.
24
Dari pengertian dalam UU No.18  1999 Tentang Jasa Konstruksi tersebut maka  dalam  masyarakat  terbentuklah  Usaha  Jasa  Konstruksi,  yaitu  usaha
tentang  jasa  di  bidang  perencana,  pelaksana  dan  pengawas  konstruksi  yang semuanya disebut penyedia jasa.
Proyek  Konstruksi  merupakan  suatu  rangkaian  kegiatan  yang  hanya  satu kali  dilaksanakan  dan  umumnya  berjangka  waktu  pendek.  Dalam  rangkaian
kegiatan  tersebut,  terdapat  suatu  proses  yang  mengolah  sumber  daya  proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam
rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Dengan banyaknya pihak yang terlibat
dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat  dikatakan  bahwa  proyek  konstruksi  mengandung  konflik  yang  cukup
tinggi Ervianto, 2007. Bidang konstruksi perlu mendapat perhatian dikarenakan lokasi pekerjaan
proyek merupakan salah satu lingkungan kerja yang mengandung resiko cukup besar  sehingga  dapat  dikatakan  bahwa  industri  konstruksi  terbilang  paling
rentan  terhadap  kecelakaan  kerja.  Hal  tersebut  karena  bidang  konstruksi merupakan  satu  bidang  produksi  yang  memerlukan  kapasitas  tenaga  kerja  dan
tenaga  mesin  yang  sangat  besar,  bahaya  yang  sering  ditimbulkan  umumnya dikarenakan  faktor  fisik,  yaitu  :  terlindas  dan  terbentur  yang  disebabkan  oleh
terjatuh  dari  ketinggian,  kejatuhan  barang  dari  atas  atau  barang  roboh.  Hal tersebut  juga  didukung  oleh  prilaku  kerja  yang  tidak  aman.  Selain  kurangnya
pemahaman  pekerja  tentang  keamanan,  perlindungan  tenaga  kerja  yang