2 Dengan tujuan membentuk keluarga rumah tangga yang bahagia dan
kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Syarat Perkawinan Menurut Hukum Perdata
Syarat Perkawinan ialah segala hal mengenai perkawinan yang harus dipenuhi berdasarkan peraturan perundang-undangan sebelum pernikahan
dilangsungkan. Persyaratan Perkawinan menurut BW dibedakan menjadi dua yaitu: a
syarat internal dan b syarat eksternal.
6
a. Syarat Internal
Syarat intern merupakan syarat terhadap para pihak terutama mengenai
kehendak, wewenang dan persetujuan orang lain yang diperlukan oleh para
pihak untuk mengadakan perkawinan.
Syarat intern ini dapat dibedakan lagi menjadi syarat internal mutlak dan syarat internal relative yaitu:
1 Syarat Internal Mutlak
Syarat internal mutlak berisikan syarat-syarat yang harus dipenuhi para pihak untuk dapat melangsungkan perkawinan. Bila syarat-syarat ini tidak
terpenuhi maka perkawinan tidak dapat dilakukan
7
. Syarat internal mutlak terdiri dari:
a Asas monogami mutlak Pasal 27 BW;
6
Ibid., h. 7.
7
Ibid., h. 7.
b Persetujuan kedua belah pihak Pasal 28 BW;
c Mencapai batas umur tertentu, untuk laki-laki berumur 18 tahun sedang
wanita berumur 15 tahun Pasal 29 BW; d
Lewat masa tunggu bagi wanita yang ingin menikah lagi, yaitu 300 hari Pasal 34 BW;
e Memperoleh izin kawin Pasal 35 BW.
2 Syarat Internal Relatif
Syarat ini berarti bahwa dalam suatu keadaan tertentu mereka dapat melangsungkan perkawinan. Syarat internal relatif ini berisikan larangan-larangan
perkawinan,
8
yaitu: a
Larangan perkawinan karena adanya hubungan kekeluargaan, karena hubungan darah dan hubungan perkawinan Pasal 30 BW;
b Larangan perkawinan karena salah satu pihak dijatuhi hukuman oleh hakin
karena terbukti melakukan zina Pasal 32 BW; c
Larangan perkawinan karena adanya perkawinan terdahulu Pasal 33 BW. b.
Syarat Eksternal
Syarat eksternal adalah syarat-syarat dan formalitas yang harus dipenuhi
oleh para pihak baik sebelum maupun pada waktu mereka melangsungkan perkawinan, misalnya pendaftaran ke kantor Catatan Sipil KCS.
Persyaratan perkawinan menurut UU Perkawinan terdiri dari syarat materiil dan syarat formiil. Syarat materiil adalah syarat-syarat yang ada dan
melekat pada diri pihak-pihak yang melangsungkan perkawinan, disebut juga
8
Ibid., h. 7-8.
sebagai “syarat subyektif”. Syarat formiil ialah tata cara atau prosedur melangsungkan perkawinan menurut agama dan undang-undang, disebut juga
sebagai “syarat obyektif”, adapun syarat materiil dan formiil yaitu:
9
a. Syarat Materiil
UU Perkawinan dan peraturan pelaksanaannya telah menentukan syarat- syarat perkawinan sebagai berikut
10
: 1
Asas monogami relatif
11
Pasal 3 Ayat 1 UU Perkawinan; 2
Persetujuan bebas kedua belah pihak Pasal 6 UU Perkawinan; 3
Mencapai batas umur, untuk laki-laki 19 tahun dan gadis 16 tahun Pasal 7 ayat 1 UU Perkawinan;
4 Lewat masa iddah Pasal 11 ayat 1 UU Perkawinan;
Masa iddah ini diatur perincian pada pasal 39 PP No. 9 Tahun 1975, yaitu: a
130 hari, apabila perkawinan putus karena kematian; b
90 hari atau 3 X Quru’, apabila perkawinan putus karena perceraian; c
Sampai bayi dilahirkan, apabila perkawinan putus karena perceraian dan isteri dalam keadaan hamil.
Masa iddah ini dihitung berdasarkan sejak jatuhnya putusan perkawinan yang telah in kracht van gewijsde untuk perkawinan yang putus karena
9
Kama Rusdiana dan Jaenal Arifin. Perbandingan Hukum Perdata. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta dengan UIN Jakarta Press, 2007.
10
Ibid., h. 8.
11
Direktorat Pembinaan Badan Peradilan Agama Islam, Himpunan Peraturan Perundang-undangan dalam Lingkungan Peradilan Agama, Jakarta, al-Hikmah, 2001, h. 132