terkumpul yang selanjutnya akan diolah untuk menjawab dari rumusan masalah yang ada.
5. Teknik Penulisan
Dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini, penulis berpedoman pada prinsip-prinsip yang telah diatur dan dibukukan dalam buku pedoman penulisan
skripsi Fakultas Syari’ah dan Hukum Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2012.
F. Sistematika Penulisan
Dalam penelitian agar menjadi lebih terarah, penulis melakukan sistematika punulisan ke dalam lima bab, masing-masing terdiri dari sub-bab menganai
penelitian terkait. Sistematika yang penulis lakukan adalah sebagai berikut : Untuk Sistematika dalam penulisan ini, penulis membagi pembahasan menjadi
empat bab, dan tiap-tiap bab terdiri dari beberapa sub bagian. Adapun sistematika ini diuraikan sebagai berikut:
BAB I adalah Pendahuluan, dalam bab ini yang memuat tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian dan sistematika penulisan.
BAB II membahas tentang Tinjauan Umum Tentang Perkawinan menurut Hukum Islam dan Hukum Positif, dalam bab ini membahas Pernikahan Menurut
Hukum Islam dan Hukum Positif, Syarat dan Rukun Nikah Dalam Fikih dan Hukum Positif, Saksi dalam Perkawinan.
BAB III membahasa tentang Teori Umum Pernikahan Sirri, Itsbat Nikah, dalam bab ini membahas Pengertian pernikahan sirri dan itsbat nikah yang
meliputi pasal-pasal terkait dan landasan hukumnya. BAB IV membahas
Deskripsi Putusan
Perkara, Nomor
0244Pdt.P2012PA.JS, kebijakan hakim dalam memutus perkara, Analisis Penulis.
BAB V adalah Penutup, dalam bab ini merupakan penutup kajian ini, dalam bab ini penulis akan menyimpulkan berkaitan dengan pembahasan yang penulis
lakukan sekaligus menjawab rumusan masalah yang penulis gunakan dalam bab. Uraian terakhir adalah saran yang dapat dilakukan untuk kegiatan lebih lanjut
berkaitan dengan apa yang telah penulis kaji.
15
BAB II PERKAWINAN MENURUT FIKIH DAN HUKUM POSITIF
A. Perkawinan Menurut Fikih
1. Pengertian Perkawinan
Nikah, menurut bahasa: al- jam‟u dan al-dhamu yang artinya kumpul.
Makna nikah Zawaj bisa diartikan dengan aqdu al-tazwij yang artinya akad nikah. Juga bisa diartikan
wath‟u al-zaujah bermakna menyetubuhi istri. Definisi yang hampir sama dengan di atas juga dikemukakan oleh Rahmat Hakim,
bahwa kata nikah berasal dari bahasa Arab “nikahun” yang merupakan masdar atau asal kata dari kata kerja
fi‟il madhi “nakaha”, sinonimnya “tazawwaja” kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia sebagai perkawinan. Kata nikah
sering juga dipergunakan sebab telah masuk dalam bahasa Indonesia.
1
Beberapa penulis juga terkadang menyebut pernikahan dengan kata perkawinan. Dalam
bahasa Indonesia, “perkawinan” berasal dari kata “kawin”, yang menurut bahasa, artinya membentuk keluarga dengan lawan jenis;
melakukan hubungan kelamin atau bersetubuh”
2
Istilah “kawin” digunakan secara umum, untuk tumbuhan, hewan, dan manusia, dan menunjukkan proses generatif
secara alami. Berbeda dengan itu, nikah hanya digunakan pada manusia karena mengandung keabsahan secara hukum nasional, adat istiadat, dan terutama
1
H.M.A Tihami dan Sohari Sahrani. Fikih Munakahat: Kajian Fikih Nikah Lengkap. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009, h. 7.
2
Anonimous, Kamus Besar Bahasa Indonesia Jakarta: Balai Pustaka, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1994, h. 456.