2.2 UMKM dan Perbankan Syariah
Bank syariah berperan sebagai perantara keuangan antara pihak yang
memiliki dana dan pihak yang membutuhkan dana. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut bank melakukan kegiatan usaha yaitu menghimpun dana dari
masyarakat yang dikenal dengan kegiatan funding dan menyalurkan dana tersebut kepada pihak yang membutuhkannya
Pada bank konvensional apabila dana tersebut dipinjamkan maka ada tambahan bayaran atas pokok pinjamannya dan ini disebut dengan bunga. Bunga
di dalam hukum Islam adalah riba yang berarti haram. Bank yang berdasarkan prinsip syariah dalam memberikan jasa kepada peminjam dan penyimpan
disesuaikan dengan hukum Islam. Maka sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Dari sistem bagi hasil inilah bank syariah memperoleh pendapatannya
selain dari sumber-sumber yang lain Gultom, S. 2004. Kegiatan bank syariah dalam hal pengalokasian dana yang paling penting
adalah pemberian pinjaman pada nasabah atau yang dikenal dengan istilah kredit pada bank konvensional dan pembiayaan pada bank syariah. Apabila nasabah
meminjam dana dari bank maka ketika mengembalikan pinjaman tersebut nasabah akan menyerahkan sebagian keuntungan usaha atau proyek proporsi bagi hasil
kepada bank. Oleh bank, pembagian keuntungan bagi hasil ini disebut dengan pendapatan bagi hasil dalam bentuk kas pada saat nasabah menyerahkannya
Gultom, S. 2004. Kegiatan pengalokasian dana yang paling penting dalam perbankan
syariah adalah pembiayaan. Menurut Mhd Syafi’i Antonio 2001, pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
merupakan salah satu tugas pokok bank, yaitu pemberian fasilitas penyediaan dana untuk memenuhi kebutuhan pihak-pihak yang merupakan defisit unit.
Sebagaimana uniknya peraturan yang memagari seluruh transaksi perbankan konvensional, perbankan syariah juga memiliki keunikan yang lebih
banyak lagi. Selain terikat oleh rambu-rambu hukum positif, sistem operasional bank syariah juga terkiat erat dengan hukum Islam yang pelanggarannya berakibat
pada kemudharatan di bumi dan akhirat. Perbankan syariah, disamping memiliki kekhasan itu yang sekilas itu di dalam operasionalnya tidak jauh berbeda dengan
perbankan konvensional. Namun jika ditelusuri lebih dalam terdapat cakupan yang lebih luas daripada perbankan konvensional. Bahkan yang menjadi
perbedaan utama adalah terletak pada kemaslahatan semua komponen yang terlibat dalam sistem perbankan syariah itu sendiri Zulkifli, S, 2004.
Tabel 2. Perbedaan antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional Bank Syariah
Perbedaan Bank Konvensional
Tidak berdasarkan bunga, spekulasi dan ketidakjelasan
Falsafah Berdasarkan bunga
Dakwah, silaturahim saling me- ngunjungi, tarbiyah pembinaan,
uswah suri tauladan dan musabaqoh kompetisi
Asas Keuangan kapitalis
- Dana masyarakat berupa titipan dan investasi yang baru akan
mendapatkan hasil jika ”diusahakan” terlebih dahulu
- Penyaluran pada usaha yang halal dan menguntungkan
Operasional - Dana masyarakat berupa simpanan yang harus
dibayar bunganya pada saat jatuh tempo
- Penyaluran pada sektor yang menguntungkan,
aspek halal tidak menjadi pertimbangan utama
Harus memiliki Dewan Pengurus Syariah
Organisasi Tidak memiliki Deawn
Pengurus Syariah Sumber : Sudarsono, 2005
Universitas Sumatera Utara
Perkembangan dunia usaha tidak dapat dilepaskan dari perkembangan sektor usaha perbankan. Pembangunan di berbagai bidang usaha dan industri
tentunya memerlukan dana pendukung yang tidak sedikit. Untuk itu, peran sektor perbankan sangat menentukan. Hal tersebut tampak jelas pada perkembangan
jumlah kredit perbankan yang mempengaruhi secara langsung sistem perekonomian nasional Santoso, 1996.
Bank dan pembiayaan usahanya merupakan dua faktor yang saling berkaitan. Pengerahan dana masyarakat yang berupa usaha pembiayaan
merupakan sumber daya modal yang tiada habis-habisnya. Fungsi usaha bank bertambah dengan semakin meningkatnya permintaan akan jasa keuangan dan
konsultasi keuangan untuk efektivitas penggunaan sumber dana masyarakat. Dan pembiayaan adalah salah satu fungsi usaha bank tersebut Santoso, 1996.
2.3 Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah