1. Teknik Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung terhadap pelaksanaan kegiatan
penyaluran kredit kepada pengusaha dan melakukan perhitungan bagi hasil. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuisioner pada
Bank Muamalat Cabang Medan. 2. Teknik Wawancara yaitu metode pengumpulan data dengan cara
melakukan tanya jawab dengan pihak-pihak yang terkait dengan pembiayaan tersebut.
3. Teknik Dokumentasi yaitu metode pengumpulan data dengan meneliti bahan-bahan tulisan dari perusahaan yang bersangkutan.
4. Teknik kepustakaan yaitu metode pengumpulan data dengan meneliti bahan-bahan literatur atau kepustakaan yang berhubungan dengan
penelitian sebagai landasan teoritis dalam melengkapi analisis data.
3.3 Metode Analisis Data
Data yang diperoleh dan yang dikumpulkan akan dianalisis dengan
menggunakan analisis komparasi. Analisis dilakukan dengan melakukan
perbandingan antara konsep baku yang berlaku dengan pelaksanaan pembiayaan. Diamati langsung teknik pelaksanaan penyaluran pembiayaan mudharabah
muqayyadah Bank Muamalat Indonesia kepada nasabah dan menggali berbagai informasi yang berhubungan dengan penyaluran pembiayaan tersebut. Dengan
demikian dapat diketahui tingkat kemurnian Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan prinsip-prinsip perbankan syariah.
Universitas Sumatera Utara
3.4 Definisi dan Batasan Operasional Definisi
1. Bank Syariah adalah salah satu lembaga keuangan perbankan yang
menyediakan fasilitas pembiayaan baik berupa musyarakah, mudharabah maupun murabahah kepada nasabah.
2. Nasabah adalah pihak-pihak baik perorangan, kelompok atau organisasi yang mempercayakan sebagaian transaksi keuangan mereka lepada lembaga
perbankan, khususnya Bank Muamalat Indonesia. 3. Prosedural pembiayaan adalah segala prosesalur pembiayaan yang berlaku
pada Bank Muamalat Indonesia mulai dari pengajuan proposal usaha sampai dilakukannya monitoring dan penyelesaian utang dan pengembalian agunan.
4. Pedoman penyaluran pembiayaan adalah ketetapan baku yang dianut Bank Muamalat Indonesia dalam menjalankan aktivitas pembiayaan terutama
pembiayaan mudharabah muqayyadah. 5. Implementasi adalah pelaksanaan atas sebuah prosedur berdasarkan pedoman
kinerja yang berlaku dalam sebuah perusahaan. 6. Ketimpangan adalah perbedaan yang terjadi antara konsep baku yang ada
dengan pelaksanaan di lapangan.
Batasan Operasional
1. Penelitian dilakukan pada 12 April – 20 Mei 2010
2. Data yang dianalisis merupakan data sekunder.
Universitas Sumatera Utara
IV. DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
4.1 Profil Bank Muamalat Indonesia
Sejarah Berdirinya Bank Muamalat Indonesia
Ide mendirikan Bank Muamalat Indonesia BMI tercetus dalam sebuah lokakarya MUI bertema Masalah Bunga Bank dan Perbankan yang diadakan
pada pertengahan Agustus 1990 di Cisarua, Bogor. Peserta lokakarya sepakat menugaskan Komite Pengembangan Ekonomi umat membentuk sebuah bank
yang kegiatannya berpedoman pada Syariah Islam. keputusan ini dikukuhkan dalam Munas MUI akhir Agustus 1990 di Jakarta. Tim yang terbentuk, yang
kemudian dikenal sebagai Tim Perbankan MUI, diketuai Dr. H.M. Amin Aziz
Bank Islam yang terbentuk disepakati bernama Bank Muamalat Indonesia BMI. Muamalat dalam istilah fiqih berarti hukum yang mengatur hubungan
antarmanusia. Nama alternatif lain yang muncul pada masa pembentukan itu adalah Bank Syariat Islam. Namun mengingat pengalaman pemakaian kata
syariat islam pada Piagam Jakarta, akhirnya nama itu tidak dipilih. Nama lain yang diusulkan adalah Bank Muamalat Islam Indonesia. Presiden Soeharto
kemudian menyetujui nama terkahir dengan menghilangkan kata Islam.
Akhirnya terbentuklah sebuah bank syariah PT. Bank Muamalat Indonesia didirikan pada tahun 1991, yang saat ini berkantor pusat di Gedung Arthaloka Jl.
Jenderal Sudirman No. 2 Jakarta 10220. Memulai kegiatan operasinya pada bulan Mei 1992. Dengan dukungan nyata dari eksponen Ikatan Cendekiawan Muslim
25
Universitas Sumatera Utara
se-Indonesia ICMI dan beberapa pengusaha Muslim, pendirian Bank Muamalat juga menerima dukungan masyarakat, terbukti dari komitmen pembelian saham
Perseroan senilai Rp 84 miliar pada saat penandatanganan akta pendirian Perseroan. Selanjutnya, pada acara silaturahmi peringatan pendirian tersebut di
Istana Bogor, diperoleh tambahan komitmen dari masyarakat Jawa Barat yang turut menanam modal senilai Rp 106 miliar.
Pada tanggal 27 Oktober 1994, hanya dua tahun setelah didirikan, Bank Muamalat berhasil menyandang predikat sebagai Bank Devisa. Pengakuan ini
semakin memperkokoh posisi Perseroan sebagai bank syariah pertama dan terkemuka di Indonesia dengan beragam jasa maupun produk yang terus
dikembangkan. Pada akhir tahun 90-an, Indonesia dilanda krisis moneter yang memporakporandakan sebagian besar perekonomian Asia Tenggara. Sektor
perbankan nasional tergulung oleh kredit macet di segmen korporasi. Bank Muamalat Indonesia pun terimbas dampak krisis. Di tahun 1998, rasio
pembiayaan macet NPF mencapai lebih dari 60. Perseroan mencatat rugi sebesar Rp 105 miliar. Ekuitas mencapai titik terendah, yaitu Rp 39,3 miliar,
kurang dari sepertiga modal setor awal.
Dalam upaya memperkuat permodalannya, Bank Muamalat Indonesia mencari pemodal yang potensial, dan ditanggapi secara positif oleh Islamic
Development Bank IDB yang berkedudukan di Jeddah, Arab Saudi. Pada RUPS tanggal 21 Juni 1999, IDB secara resmi menjadi salah satu pemegang saham Bank
Muamalat. Oleh karenanya, kurun waktu antara tahun 1999 dan 2002 merupakan masa-masa yang penuh tantangan sekaligus keberhasilan bagi Bank Muamalat
Universitas Sumatera Utara
Indonesia. Dalam kurun waktu tersebut, Bank Muamalat Indonesia berhasil membalikkan kondisi dari rugi menjadi laba berkat upaya dan dedikasi setiap Kru
Muamalat, ditunjang oleh kepemimpinan yang kuat, strategi pengembangan usaha yang tepat, serta ketaatan terhadap pelaksanaan perbankan syariah secara murni.
Melalui masa-masa sulit ini, Bank Muamalat Indonesia berhasil bangkit dari keterpurukan. Diawali dari pengangkatan kepengurusan baru dimana seluruh
anggota Direksi diangkat dari dalam tubuh Muamalat, Bank Muamalat Indonesia kemudian menggelar rencana kerja lima tahun dengan penekanan pada i tidak
mengandalkan setoran modal tambahan dari para pemegang saham, ii tidak melakukan PHK satu pun terhadap sumber daya insani yang ada, dan dalam hal
pemangkasan biaya, tidak memotong hak Kru Muamalat sedikitpun, iii pemulihan kepercayaan dan rasa percaya diri Kru Muamalat menjadi prioritas
utama di tahun pertama kepengurusan Direksi baru, iv peletakan landasan usaha baru dengan menegakkan disiplin kerja Muamalat menjadi agenda utama di tahun
kedua dan v pembangunan tonggak-tonggak usaha dengan menciptakan serta menumbuhkan peluang usaha menjadi sasaran Bank Muamalat pada tahun ketiga
dan seterusnya, yang akhirnya membawa Bank Muamalat ke era pertumbuhan tahun 2004 dan seterusnya.
Tanjung Balai merupakan wilayah Pemerintahan Kota yang cukup maju di Provinsi Sumatera Utara. Pada tahun 2003, Bank Indonesia mengeluarkan Surat
Keterangan SK Panitia Pendirian Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai yang bertempat di Jl. Jamin Ginting Km.1 Desa Bunga Tanjung Kec. Datuk
Bandar Kota Tanjung Balai Sumatera Utara. Selama lebih kurang dua tahun sejak
Universitas Sumatera Utara
dikeluarkannya Surat Keputusan SK, para personil senantiasa bekerja keras untuk memajukan kinerja Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai.
Hingga pada akhir April 2010, Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai telah membuka kantor kas di Kisaran yang bertempat di Jl. Imam Bonjol Depan
Masjid Raya Kisaran.
Saat ini Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai memiliki 27 personil yang menggerakkan roda aktivitasnya. Dengan tetap berpedoman pada
prinsip-prinsip syariah yang tertanam dalam setiap kinerja dari para staf dan karyawan Bank Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai, serta dibarengi
dengan pemberian pelayanan yang baik kepada para nasabah, maka sedikit demi sedikit kepercayaan masyarakat terhadap perbankan syariah khususnya Bank
Muamalat Indonesia Cabang Tanjung Balai dapat lebih ditingkatkan lagi.
4.2 Visi dab Misi Bisnis Bank Muamalat Indonesia