5.2 Analisis Data
Konsep dan implementasi mudharabah muqayy adah yang dimiliki dan telah dilaksanakan oleh Bank Muamalat Indonesia mengacu pada rambu- rambu
peraturan Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat Indonesia sebagai bank syariah pertama di Indonesia memegang peranan tertinggi sebagai dewan
pertimbangan dalam pengambilan keputusan terkait dengan kemurnian dan kehalalan dalam melakukan setiap transaksi perbankkan.
Analisis Konsep Mudharabah Muqayadah Pada Bank Muamalat Indonesia.
Konsep mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia ditetapkan berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No.
07DSNMUIIV2000. Penulis akan membahas konsep mudharabah muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia antara lain :
a. Proyek yang dibiayai oleh Bank Muamalat Indonesia adalah proyek yang kegiatannya tidak melanggar syariat Islam.
b. Pembiayaan mudharabah muqayadah yang diberikan Bank Muamalat Indonesia khususnya penyerahan modal kepada mudharib yang diserahkan
dalam bentuk uang tunai dan bukan piutang. Jadi modal yang diterima oleh mudharib jelas bentuknya dan wujudnya.
c. Semua kerugian yang terjadi dalam proyek karena unsur ketidaksengajaan mudharib ditanggung shahibul maal kecuali jika mudharib melakukan
kelalaian atau menyalahi perjanjian, maka kerugian ditanggung bersama.
Universitas Sumatera Utara
d. Pada prinsipnya, pembiayaan mudharabah muqayyadah meniadakan jaminan yang harus diberikan mudharib kepada shahibul maal. Akan
tetapi, shahibul maal diperbolehkan meminta jaminan kepada mudharib atau pihak ketiga dalam kondisi tertentu. Hal ini dimaksudkan agar
mudharib tidak melakukan penyimpangan terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.
e. Bagi hasil pada pembiayaan mudharabah muqayadah sudah ditentukan berdasarkan akad awal dalam bentuk nominal. Hal ini tidak sesuai dengan
ketentuan bahwa bagi hasil pada pembiayaan mudharabah muqayadah yang seharusnya berdasarkan kesepakatan dalam bentuk persentase
keuntungan. f. Biaya operasional pada pembiayaan mudharabah muqayadah dibebankan
kepada mudharib.
Analisis Implementasi Mudharabah Muqayadah Pada Bank Muamalat Indonesia
Sehubungan dengan peraturan yang ada di dalam perbankan bahwa nasabah pembiayaan bersifat rahasia, maka Bank Muamalat Indonesia tidak dapat
memberikan data nasabah pembiayaan. Guna memperoleh data riil tentang pembiayaan Mudharabah Muqayyadah maka penulis menghubungi secara
langsung salah satu nasabah pembiayaan Mudharabah Muqayyadah. Berdasarkan data yang diperoleh dari nasabah tersebut, maka penulis akan
melakukan analisis dengan teori yang ada. Sehubungan dengan keterbatasan waktu, maka penulis melakukan wawancara pada nasabah dan dari hasil
Universitas Sumatera Utara
wawancara penulis akan membahas dua point yang menurut penulis ini sangat penting untuk mengetahui implementasi Mudharabah Muqayadah pada Bank
Muamalat Indonesia. Dari hasil wawancara tersebut, penulis mendapat informasi dari nasabah bahwa bagi hasil yang harus dibayar oleh nasabah terlalu tinggi dan
ditentukan dengan nominal pada awal terjadi akad. Hal ini sangat tidak sesuai karena seharusnya bagi hasil ditentukan berdasarkan persentase dari laba bersih
proyek usaha. Bank mendapatkan fee yang harus dibayar oleh nasabah sebesar 2 dari
nominal pembiayaan atau plafond. Jadi apabila nasabah memperoleh realisasi pembiayaan sebesar Rp. 500.000.000,- maka fee yang harus dibayar oleh nasabah
adalah Rp. 10.000.000,- 2 x Rp. 500.000.000,-. Pembebanan fee ini tidak sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam
Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 07DSNMUIIV2000 yang membolehkan adanya pembebanan fee tersebut dengan syarat memberikan manfaat pada
transaksi. Apabila fee ditetapkan dalam bentuk persentase 2 fee di sini sama saja dengan provisi kredit yang dibebankan oleh Bank Konvensional pada saat
pencairan kredit. Berdasarkan ketentuan tersebut, seharusnya bank tidak boleh menerima commitment fee dari nasabah atas penggandaan atau penyediaan
fasilitas piutang Mudharabah Muqayyadah.
Analisis yang Berhubungan dengan Pembiayaan Mudharabah Muqayyadah pada Bank Muamalat Indonesia
Analisis yang berhubungan dengan pembiayaan merupakan proses pengolahan informasi dasar yang telah diperoleh menjadi
Universitas Sumatera Utara
informasi yang
lengkap. Informasi yang lengkap terdiri dari beberapa faktor, diantaranya peluang dan ancaman yang akan memengaruhi usaha serta
kelancaran pembayaran pembiayaan oleh mudharib. Analisis pembiayaan juga dilengkapi dengan evaluasi atas kebutuhan modal yang dibutuhkan mudharib. Dalam
melakukan analisis terhadap permohonan pembiayaan, bank akan melakukan penilaian 5Cs sebagai berikut:
a. Penilaian terhadap Karakter Cl Character Penilaian terhadap karakter pemohon pembiayaan dilakukan untuk
mengetahui tanggung jawab, kejujuran, keseriusan dalam berbisnis dan keseriusan dalam membayar semua kewajiban ke bank dengan seluruh
kekayaan yang dimilikinya. Karakter sangat menentukan kelancaran pembayaran kewajiban setiap bulannya dan pelunasan pada saat
pembiayaan jatuh tempo.
Penilaian ini dapat dilakukan dengan cara mengumpulkan informasi, baik internal maupun eksternal. Informasi yang berasal dari
pihak internal adalah dengan melakukan wawancara ke pegawai di perusahaan pemohon dan atau keluarga pemohon, sedangkan informasi dari
pihak eksternal didapat melalui pembeli, pemasok, dan pihak terkait lainnya. Bank Indonesia juga dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan
kredibilitas pemohon atas transaksi keuangan maupun posisi pinjaman di bank lain.
Universitas Sumatera Utara
b. Penilaian terhadap Kemampuan C2Capacity Penilaian terhadap kemampuan nasabah bertujuan mengukur
kemampuan nasabah dalam menjalankan usahanya. Beberapa informasi yang harus didapat di antaranya:
• Penilaian atas manajemen usaha. Penilaian ini meliputi kualitas dan reputasi nasabah, orientasi manajemen, kualitas organisasi, kualitas
pengelolaan sumber daya manusia, dan lain-lain. • Penilaian kualitas pasokan supply. Penilaian ini meliputi kualitas
pasokan, perlengkapan dan peralatan peyimpanan pasokan, sumber pasokan, kontinuitas pasokan, fluktuasi harga, penguasaan sumber
pasokan, dan efisiensi pengelolaan pasokan. • Penilaian atas kualitas produksi. Penilaian ini meliputi kontinuitas
kegiatan produksi, kualitas dan kapasitas alat produksi, peralatan usaha, tingkat efisiensi produksi, kualitas produk, pola produksi
yang digunakan, dan peluang pengembangan kapasitas produksi. • Penilaian atas kualitas pemasaran. Penilaian ini meliputi kegiatan
pemasaran, harga produk, kualitas promosi, kualitas pemilihan pasarsasaran dan pemilihan posisi pasar, kualitas strategi dan taktik
penjualan, pengelolaan penagihan, serta kontinuitas pelanggan.
c. Penilaian terhadap Modal C3Capital Penilaian terhadap modal perusahaan bertujuan mengetahui
kemampuan nasabah atau perusahaan milik nasabah dalam menanggung
Universitas Sumatera Utara
beban pembiayaan yang dibutuhkan serta kemampuan dalam menanggung beban risiko
risk sharing yang mungkin dialami perusahaan itu.
Penilaian dapat dilakukan berdasarkan informasi mengenai sumber dan struktur permodalan, kualitas pengelolaan permodalan, efektivitas
penggunaan atau penempatan modal, kualitas penciptaan laba, dan kualitas pemanfaatan laba.
d. Penilaian Terhadap Kondisi Perekonomian dan Prospek Usaha C4Condition
Penilaian terhadap kondisi ekonomi dan prospek usaha dilakukan untuk mengetahui kekuatan perusahaan atas berubah-ubahnya kondisi
makro ekonomi dan kemampuan perusahaan mengantisipasinya untuk bisa bertahan dalam keadaan yang sulit sekalipun. Kondisi yang mungkin
terjadi di antaranya:
1 Kondisi mikro, seperti pemasok, saluran distribusi, konsumen, kreditor, pesaing, dan lingkungan masyarakat.
2 Kondisi makro, seperti perekonomian, sosial budaya, peraturan pemerintah, demografi, teknologi, alam, politik dan keamanan.
e. Penilaian terhadap Agunan Pembiayaan C5Collateral Penilaian terhadap agunan pembiayaan dilakukan berdasarkan nilai
wajar atas nilai pasar agunan yang berlaku pada saat dilakukan penilaian. Agunan pembiayaan adalah jaminan dari nasabah ke bank untuk
meminimalisir risiko yang mungkin timbul dari pemberian pembiayaan. Agunan terbagi menjadi dua, yaitu:
Universitas Sumatera Utara
1 Agunan pokok. Agunan pokok merupakan sumber pembayaran kembali pembiayaan dan bersifat first way out. Pengadaan agunan
pokok yang bersumber dari dana pembiayaan bank, misalnya: persediaan barang, proyek atau hak tagih. Agunan pokok meliputi keseluruhan aset
perusahaan baik yang langsung dibiayai dengan pembiayaan maupun yang tidak dibiayai pembiayaan.
2 Agunan tambahan. Agunan tambahan merupakan agunan yang bersifat second way out dan umumnya berupa harta kekayaan milik
nasabah secara pribadi maupun milik perusahaan yang pengadaannya tidak bersumber dari pembiayaan dan tidak berkaitan langsung dengan
usaha nasabah. Misalnya, tanah dan bangunan rumah tempat tinggal debitur, tempat usaha, surat berharga, dan lain-lain. Agunan ini harus
dilakukan pengikatan secara hak tanggungan untuk benda tidak
bergerak dan gadai untuk benda bergerak yang berwujud maupun tidak berwujud hak tagihan.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Tabulasi Kesesuaian Konsep dan Implementasi Mudharabah Muqayyadah Pada Bank Muamalat Indonesia