Hak-hak dan Tujuan saksi a. Hak-hak Hak Allah Dasar

d. Madzhab Hanafi: tidak menerima baik dengan isyarat maupun ia pandai menulis. 6. Baik Ingatan dan Teliti Kesaksian bagi orang yang daya ingatnya sudah tidak normal, pelupa dan sering salah, maka jelas kesaksian ini diragukan kebenarannya. Sebab hal ini akan banyak mempengaruhi ketelitiannya baik dalam ingatan maupun mengemukakan kesaksiannya. Maka kesaksiannya tidak dapat dipegang. 7. Tidak Tuhmah Yang dimaksud dengan tidak tuhmah disini adalah tidak ada sangkaan buruk terhadap maksud baik dan kejujuran seseorang dalam mengemukakan kesaksiannya. 39 Karena tuhmah adalah orang yang disangsikan dalam mengemukakan kesaksian, mungkin karena benci atau karena terlalu sangat cintanya terhadap orang yang disaksikannya seperti: Kesaksian Ayah terhadap anaknya atau kesaksian sesorang terhadap musuhnya.

3. Hak-hak dan Tujuan saksi a. Hak-hak

Disini akan dijelaskan bahwa ada dua bagian dalam hak-hak saksi, diantaranya adalah:

1. Hak Allah

39 Ibid., h. 52

2. Hak Adami.

a. Hak Allah Hak-hak Allah terbagi menjadi 3 macam, yaitu: 1. Tidak dapat diterima saksi yang kurang dari empat orang laki-laki. Yaitu zina. Keempat orang laki-laki tersebut memandang perbuatan zina dengan tujuan bersaksi. 40 Allah SWT. berfirman: ﻮ ﺮ ﺬ او هوﺪ ﺎ ءاﺪﻬ ﺔ رﺄ اﻮ ﺄ ﺛ تﺎ ا ن . رﻮ ا : 13 Artinya: Dan Orang-orang yang menuduh wanita-wanita yang baik-baik berbuat zina dan mereka tidak mendatangkan empat orang saksi, maka deralah mereka . QS. An Nur: 4. Dalam ayat diatas ditegaskan, bahwa tuduhan itu dapat mengakibatkan dera karena tidak dapat mendatangkan empat orang saksi, maka demikian pula zina, tidak bisa dianggap tanpa ada empat orang saksi. Allah SWT. berfirman: او ﻜ ﺔ رأ ﻬ اوﺪﻬ ﺎ ﻜ ﺎ ﺔ ﺎ ا ﺄ . ءﺎ ا : 15 Artinya: Dan terhadap para wanita yang mengerjakan perbuatan keji, hendaklah ada empat orang saksi diantara kamu yang menyaksikannya . QS. An Nisa’: 15. 40 Musthafa Dieb al-Bigha, Fiqh Sunnah, Surabaya: Insan Amanah, 1424 H, h. 512 Dan firman Allah dalam haditsul ifki, yaitu tuduhan terhadap Aisyah RA. Telah berbuat serong: ﻮ ذﺈ ءاﺪﻬ ﺔ رﺄ اوءﺎ ﺪ ﻚ وﺄ ءاﺪﻬ ﺎ اﻮ ﺄ نﻮ ذﺎﻜ ا ه ا . رﻮ ا : 13 Artinya: Mengapa mereka yang menuduh itu tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi- saksi maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta . QS. An Nur: 13. Jika mereka sengaja memandangnya untuk selain kesaksian, maka mereka fasik dan kesaksian mereka ditolak. Jika seseorang mengaku bahwa dia melakukan zina, maka saksinya cukup dua orang laki-laki menurut pendapat yang paling jelas. 2. Hak kedua dari hak-hak Allah adalah hak dimana diterima kesaksian dua orang laki-laki. Penyusun menjelaskan hal ini dengan ucapan: yaitu hukuman selain hukum zina, hukuman minuman arak. Allah SWT. berfirman: ... ﻜ ﺎ ر ﺪ ﻬ اوﺪﻬ او ... ةﺮ ا : 2 : 282 Artinya: ... Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantaramu… . QS. Al Baqarah: 282. Allah SWT. berfirman: ... ﻜ لﺪ يوذ اوﺪﻬ أو ... ق ﻄ ا : 2 Artinya: … Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki yang adil .. . QS. Ath Thalaq: 2. Dan juga perkataan az Zuhri: ا ﺪ او ﺎ ﺔ ا ﻰ ءﺎ ا ةدﺎﻬ زﻮ دوﺪ ا ﻚ ﺎ اور 41 Artinya: Sunah telah berlaku bahwasanya tidak boleh diterima kesaksian orang-orang wanita dalam had-had . 3. Hak ketiga dari hak-hak Allah adalah hak dimana diterima kesaksian seorang laki-laki. Yaitu hilal bulan Ramadhan saja, bukan bulan lainnya. Dari Ibnu Umar RA., ia berkata: و ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر تﺮ ﺄ ل ﻬ ا سﺎ ا ىءاﺮ ﻰ أ ﺎ سﺎ اﺮ او ﺎ ار . دوادﻮ ا اور . 42 Artinya: Orang-orang pada melihat-lihat bulan, maka aku mengkabarkan kepada Rasulullah SAW. bahwa aku telah melihat bulan. Dan Rasulullah pun berpuasa dan memerintahkan agar orang-orang berpuasa . HR. Abu Daud Hikmah dari diterimanya kesaksian orang seorang dalam hal ini adalah untuk berhati-hati dalam urusan berpuasa. Sebab keliru dalam mengerjakan ibadah akan lebih ringan mafsadahnya dari 41 Al-Musnaf, Ibid 42 Al-Tabrani, Al-Mu’jam al-Kabir t.tmpt: Mauqi Ya’sub, tt, Juz 6, h. 241 pada keliru meninggalkan ibadah. Karena itulah dalam hal menetapkan tanggal satu syawal tidak dapat diterima kecuali sedikitnya ada dua orang saksi. b. Hak Adami Hak Adami ada tiga macam. Yaitu: 1. Macam pertama adalah hak di mana tidak dapat diterima, kecuali dua saksi laki-laki. 43 Allah SWT. berfirman: تﻮ ا آﺪ أ ﺮ اذإ ﻜ ةدﺎﻬ اﻮ اء ﺬ ا ﺎﻬ أﺎ ﻜ لﺪ اوذ نﺎ ﺛا ﺔ ﻮ ا ... ةدءلﺎ ا : 106 Artinya: Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang ia akan berwasiat, maka hendaklah wasiat itu disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kamu . QS. Al-Maidah: 106. Dan firman Allah dalam masalah talaq: لﺪ يوذ اوﺪﻬ أو فوﺮ هﻮ رﺎ وأ فوﺮ هﻮﻜ ﺄ ﻜ ... ق ﻄ ا : 2 Artinya: Maka rujukilah mereka dengan baik atau lepaskanlah mereka dengan baik dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu: QS. Ath Thalaq: 2. Dan hadits Nabi SAW. Dalam masalah perkawinan: ل ﺪ ىﺪهﺎ وﺪ ﺮ ﻰ ﻮ إ حﺎﻜ 44 43 Musthafa Dieb al-Bigha, Fiqh Sunnah, Surabaya: Insan Amanah, 1424 H, h. 503 Artinya: Tidak sah nikah kecuali dengan wali yang pandai dan dua orang saksi yang adil . Dalam ketiga nash diatas, saksi-saksi disebutkan dengan lafadz mudzakkar. Maka untuk hak-hak sejenis yang tidak ada disebutkan dalam ayathadits, diqiaskan dengan hal diatas. 2. Disini dapat diterima salah satu dari tiga hal: dua orang saksi laki- laki, seorang laki-laki dan dua orang wanita atau satu saksi dan sumpah pendakwa. Namun sumpahnya harus dilakukan setelah kesaksian saksinya dan saksi itu dinyatakan adil. 45 Pendakwa dalam sumpahnya harus menyebutkan bahwa saksinya benar mengenai apa dimana dia bersaksi untuk pendakwa. Jika pendakwa tidak bersumpah dan menuntut terdakwa untuk bersumpah, maka dia berhak demikian. Jika terdakwa tidak mau bersumpah, maka pendakwa boleh untuk sumpah balik menurut pendapat yang lebih jelas. Allah SWT. berfirman: ر ﺪ ﻬ اوﺪﻬ او ﺮ ر ﺎ ﻮﻜ نﺈ ﻜ ﺎ نأ ﺎ هاﺪ إ نأ ءاﺪﻬ ا نﻮ ﺮ نﺎ أﺮ او آﺬ ﺎ هاﺪ إ ا ﺎ هاﺪ إ ﺮ ىﺮ ﻷ . ةﺮ ا 2 : 282 Artinya: Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi laki-laki diantaramu. Jika tidak ada dua orang laki-laki, maka boleh seorang laki-laki dan dua orang perempuan dari 44 Muhammad bin Ali Muhammad Saukaniy, Nailul Authar Min Ahaadits Akhyar, Sarah Muntaqa Akhbar, Juz 6, t. tmpt: Idaarah at-Thabaa’ah al-Muniyriya, tt, Juz 6, h. 138 45 Musthafa Dieb al-Bigha, Ibid, h. 510 saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang lagi mengingatkannya . QS. al Baqarah: 282. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA: ﺪهﺎ و ﻰ و ﷲا ﻰ ﷲا لﻮ ر نا . اور 46 Artinya: Sesungguhnya Rasulullah SAW. telah menghukumi dengan sumpah dan seorang saksi laki-laki . HR. Muslim. 3. Macam ketiga adalah hak dimana bisa diterima salah satu dari dua hal. Boleh seorang laki-laki dan dua orang wanita, boleh empat orang wanita. Penyusun menjelaskan hak ini dengan perkataan: Hak ini adalah sesuatu yang biasanya tidak disaksikan oleh kaum laki-laki, namun jarang, misalnya bersalin, haidh dan susuan. Diriwayatkan Ibnu Abi Syaibah, dari Zuhriy rahimahullah ia berkata: ةد و هﺮ ﻄ ﺎ ءﺎ ا ةدﺎﻬ زﻮ ﺎ ﺔ ا ﻬ ﻮ وءﺎ ا . 47 Artinya: Sunah telah berlaku bahwa sesungguhnya boleh diterima kesaksian orang-orang perempuan dalam hal yang tidak dilihat kecuali oleh mereka, seperti kelahiran, dan cela mereka . Iqna’: II.297. Ketahuilah, bahwa tak ada hak yang bisa diteatapkan berdasarkan kesaksian dua wanita dan sumpah. 46 Abu Bakar Ahmad bin Husein bin Ali al-Baihaqi, Sunan al-Baihaqi India: Majlis al- Nizomiah al-Kaainah, 1344 H, Cet. ke-1, Juz 2. h.335 47 Abu Bakar Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al-Kuufi, al-Musnad fil Ahaadits wal Atsaar Riyadh: Maktabah al-Rasyadih, 1409, Cet, ke-1, Juz 4. h. 329 Adapun hak-hak Allah, kesaksian wanita tidak diterima, hanya kesaksian laki-laki saja yang diterima. Diriwayatkan dari Zuhri, ia berkata: ﻰ ءﺎ ا ةدﺎﻬ زﻮ ا ﺪ او ﺎ ﺔ ا دوﺪ ا ﻚ ﺎ اور 48 Artinya: Sunah telah berlaku bahwasanya tidak boleh diterima kesaksian orang-orang wanita dalam had-had . HR. Malik. Iqna’: II.296.

b. Tujuan Saksi

Kesaksian adalah menyampaikan perkara yang sebenarnya, untuk membuktikan sebuah kebenaran dengan mengucapkan lafadz-lafadz kesaksian dihadapan sidang pengadilan. Inilah definisi kesaksian. Kata ةدﺎﻬ ا sendiri merupakan bentuk musytaq pecahan dari ةﺪهﺎ ا, yang memiliki arti ﺔ ﺎ ا sesuatu yang disaksikan secara langsung. Kadang- kadang juga disebut dengan memberikan kesaksian ةدﺎﻬ ا ىد ا. Sebab ﺔ ﺎ ا merupakan sebab bagi pemberian kesaksian ةدﺎﻬ ا ىد ا. Kesaksian hanya akan terwujud bila ada ﺔ ﺎ ا, atau hal-hal yang serupa dengan ﺔ ﺎ ا. Seperti mendengar, melihat dan hal-hal lain yang serupa. Oleh 48 Al-Musnaf t. Tmpt: Mauqi’ Ya’sub, tt, Juz. 6, h. 544 karena itu sebab satu-satunya untuk menyampaikan kesaksian dinamakan dengan memberi sebuah kesaksian. 49 Kesaksian tidak boleh didasarkan pada dzan. Semua bukti yang berasal dari jalan ﺔ ﺎ ا atau yang serupa dengan ﺔ ﺎ ا, seperti bukti meyakinkan yang berasal dari penginderaan oleh satu panca indera, maka masyarakat dibolehkan bersaksi dengan bukti-bukti semacam itu. Semua bukti yang tidak berasal melalui jalan ini, maka kesaksian atas bukti-bukti itu tidak diperbolehkan. Sebab, kesaksian tidak ditegakkan kecuali dengan sesuatu yang meyakinkan. Dengan demikian kesaksian tidak boleh ditetapkan dengan jalan as- sama ’ mendengar dari orang lain. Artinya, orang yang hendak bersaksi tidak boleh memberi kesaksian yang menyatakan: ‘Saya mendengar dari orang’, atau ‘Saya mendengar bahwa orang-orang berkata’, atau yang lain. Namun demikian dikecualikan pada 9 kasus. Pada 9 kasus tersebut boleh memberikan kesaksian dengan as-sama’. Yaitu pada kasus pernikahan, nasab, kematian, dan peradilan. Pada empat kasus ini tidak dijumpai adanya perbedaan pendapat tentang diterimanya kesaksian dengan jalan as-sama ’. Jadi jelaslah bahwa maksud dari kesaksian adalah menyampaikan kebenaran. Jelas pula bahwa hakekat kesaksian adalah menyampaikan kebenaran, yaitu berita yang benar dan meyakinkan yang disampaikan 49 Ahmad ad-Da’ur, terj- Syamsuddin Ramadlan., Ibid, h. 24 oleh orang yang jujurbenar. Kesaksian merupakan upaya untuk membuktikan kebenaran. Bukti juga disyari’atkan untuk menampakkan kebenaran. Berdasarkan hal ini maka kesaksian dengan penyangkalan murni tidak akan diterima. Kesaksian dengan pengingkaran tidak diterima, sebab hal ini bertentangan dengan definisi kesaksian. Namun jika pengingkaran lebih dulu diawali dengan sebuah pembuktian, maka kesaksian dengannya diperbolehkan. Karena, kesaksian itu secara otomatis bukan lagi menjadi kesaksian dengan pengingkaran, akan tetapi kesaksian didalam pembuktian. Oleh karena itu dikatakan ‘tidak bolehnya memberi kesaksian dengan penyangkalan murni, tidak dikatakan penyangkalan saja’, karena dibolehkan memberi kesaksian dengan penyangkalan yang diperkuat dengan bukti.

4. Dasar

Hukumnya Dalam Al-Qur’an ditegaskan, Allah SWT berfirman: ﷲءاﺪﻬ ﻂ ا ب ﻮ اﻮ ا ﺬ اﺎﻬ أﺎ ... ءﺎ ا 3 : 135 Artinya: “wahai orang-orang yang beriman Jadilah kamu orang-orang yang benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah …”, Q.S. An- Nisa3: 135. Kesaksian itu wajib ditunaikan apabila saksi mampu menunaikannya tanpa adanya bahaya yang menimpa baik badannya, kehormatannya, hartanya, ataupun keluarganya. Apabila saksi itu banyak dan tidak dikhawatirkan kebenaran akan disia- siakan, maka kesaksian pada saat yang demikian menjadi sunnah, sehingga bila seorang saksi terlambat menyampaikannya tanpa alasan, maka ia tidak berdosa. Apabila persaksian telah ditentukan, maka haram mengambil upah atas persaksian itu kecuali bila saksi keberatan dalam menempuh perjalanan untuk menyampaikannya, maka ia boleh mengambil ongkos itu, apabila kesaksian itu tidak ditentukan, maka saksi boleh mengambil upah atas kesaksiannya. Kesaksian itu fardhu ‘ain bagi orang yang memikulnya, bila dia dipanggil untuk itu dikhawatirkan kebenaran akan hilang, bahkan wajib apabila dikhawatirkan lenyapnya kebenaran meskipun dia tidak dipanggil untuk itu. Seperti yang telah ditegaskan dalam firman-Nya: ... ﺛا ﺈ ﺎﻬ ﻜ و ةدﺎﻬ ااﻮ ﻜ و ... ةﺮ ا 2 : 283 Artinya: …“Janganlah kamu menyembunyikan persaksian, dan barang siapa yang menyembunyikan, maka ia adalah orang yang berdosa hatinya”…. Q.S al-Baqarah: 283. Hukum mengemukakan kesaksian ada dua jalan, sebelum peristia terjadi dan sesudah peristiwa terjadi. Yang dimaksud sebelum peristiwa terjadi adalah kesediaan menjadi saksi dalam peristiwa tersebut, dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam surat Al-Baqarah ayat: 282 yang berbunyi: ... اﻮ دﺎ اذاءاﺪﻬ ا بﺄ و ... ةﺮ ا : 282 Artinya: “... dan janganlah saksi-saksi itu enggan memberikan keterangan apabila mereka dipanggil ...” Q.S Al-Baqarah : 282. Berdasarkan ayat diatas, kesediaan menjadi saksi sebelum peristiwa terjadi, hukumnya tergantung kepada tingkat kebutuhan adanya saksi dalam peristiwa itu sendiri, dalam suatu peristiwa dimana adanya saksi menjadi salah satu syarat sahnya peristiwa tersebut seperti saksi akad nikah. Menurut mazhab Syafi’I, maka hukumnya fardhu kifayah. Sedangkan terhadap orang yang diminta menjadi saksi, hukumnya fardhu ‘ain. Adapun dalam peristiwa dimana adanya saksi tidak menjadi syarat sahnya peristiwa tersebut, kemudian menjadi saksi hukumnya adalah sunnah, karena dengan adanya saksi dapat ditetapkan adanya hak baik seseorang jika dikemudian hari terjadi perselisihan tentang hak tersebut. Kemudian kesaksian setelah peristiwa terjadi, menurut tujuan syara’, menjadi saksi dan mengemukakan adalah wajib. Oleh sebab itu, barang siapa menemui peristiwa yang ia saksikan sendiri dan didasari oleh pikiran dan perasaannya, maka menyembunyikan kesaksian dapat diibaratkan memenjarakan kesaksian itu didalam hatinya. Dalam riwayat lain, Nabi Muhammad SAW bersabda: لﺎ و ﷲا ﻰ ﻰ ا نأ ،ﻰ ﻬ اﺪ ﺎ ﺪ ز : آﺮ أ أ ﺎﻬ ﺄ نأ ةدﺎﻬ ﺎ ﻰ ﺄ ىﺬ اﻮه ؟ءاﺪﻬ اﺮ اور 50 Artinya: “Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, bahwasanya Nabi SAW bersabda: “Apakah tidak kukabarkan kepada kamu tentang sebaik-baiknya saksi? Itulah orang yang memberikan kesaksiannya sebelum ia diminta untuk mengemukakannya”. HR. Muslim. Khusus terhadap seseorang dimana hanya dia yang mendapat mengemukakan kesaksiannya. Sedangkan hak didalam peristiwa tersebut 50 Subul al-Salam, Beirut: Daar al-Fikr, 1991, Jilid 4, h. 126 tidak akan dapat ditegakkan tanpa adanya kesaksian tersebut, maka hukum mengemukakan kesaksian baginya adalah fardhu ‘ain. 51 Dalam hukum positif, saksi adalah alat bukti yang cukup vital. Keterangan saksi dijadikan alat bukti seperti dalam pasal 185 ayat 1 KUHAP, yaitu bahwa keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan disidang pengadilan.

B. Saksi Menurut Hukum Positif

1. Pengertian

Menurut Bahasa: “saksi” adalah sebuah kata benda dalam bahasa Indonesia Yang berarti “orang yang melihat atau mengetahui”. 52 Dalam kamus hukum dikatakan, ‘saksi adalah orang yang mengetahui dengan jelas mengenai sesuatu karena melihat sendiri atau karena pengetahuannya’. 53 Sementara itu Prof. Subekti, SH., dalam kamus hukumnya mengatakan: saksi adalah orang yang didengar keterangannya dimuka pengadilan; orang yang 51 Abdur Rahman Umar, Ibid, h. 41 52 Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1976, h. 825. lihat juga Andi Hamzah, Kamus Hukum, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1986, Cet. ke-1, h. 517 53 J.C.T. Simorangkir, et. Al, Kamus Hukum, Jakarta: Aksara Baru, 1983, Cet. ke-3, h. 163