Tujuan Saksi Hak Adami.

Adapun hak-hak Allah, kesaksian wanita tidak diterima, hanya kesaksian laki-laki saja yang diterima. Diriwayatkan dari Zuhri, ia berkata: ﻰ ءﺎ ا ةدﺎﻬ زﻮ ا ﺪ او ﺎ ﺔ ا دوﺪ ا ﻚ ﺎ اور 48 Artinya: Sunah telah berlaku bahwasanya tidak boleh diterima kesaksian orang-orang wanita dalam had-had . HR. Malik. Iqna’: II.296.

b. Tujuan Saksi

Kesaksian adalah menyampaikan perkara yang sebenarnya, untuk membuktikan sebuah kebenaran dengan mengucapkan lafadz-lafadz kesaksian dihadapan sidang pengadilan. Inilah definisi kesaksian. Kata ةدﺎﻬ ا sendiri merupakan bentuk musytaq pecahan dari ةﺪهﺎ ا, yang memiliki arti ﺔ ﺎ ا sesuatu yang disaksikan secara langsung. Kadang- kadang juga disebut dengan memberikan kesaksian ةدﺎﻬ ا ىد ا. Sebab ﺔ ﺎ ا merupakan sebab bagi pemberian kesaksian ةدﺎﻬ ا ىد ا. Kesaksian hanya akan terwujud bila ada ﺔ ﺎ ا, atau hal-hal yang serupa dengan ﺔ ﺎ ا. Seperti mendengar, melihat dan hal-hal lain yang serupa. Oleh 48 Al-Musnaf t. Tmpt: Mauqi’ Ya’sub, tt, Juz. 6, h. 544 karena itu sebab satu-satunya untuk menyampaikan kesaksian dinamakan dengan memberi sebuah kesaksian. 49 Kesaksian tidak boleh didasarkan pada dzan. Semua bukti yang berasal dari jalan ﺔ ﺎ ا atau yang serupa dengan ﺔ ﺎ ا, seperti bukti meyakinkan yang berasal dari penginderaan oleh satu panca indera, maka masyarakat dibolehkan bersaksi dengan bukti-bukti semacam itu. Semua bukti yang tidak berasal melalui jalan ini, maka kesaksian atas bukti-bukti itu tidak diperbolehkan. Sebab, kesaksian tidak ditegakkan kecuali dengan sesuatu yang meyakinkan. Dengan demikian kesaksian tidak boleh ditetapkan dengan jalan as- sama ’ mendengar dari orang lain. Artinya, orang yang hendak bersaksi tidak boleh memberi kesaksian yang menyatakan: ‘Saya mendengar dari orang’, atau ‘Saya mendengar bahwa orang-orang berkata’, atau yang lain. Namun demikian dikecualikan pada 9 kasus. Pada 9 kasus tersebut boleh memberikan kesaksian dengan as-sama’. Yaitu pada kasus pernikahan, nasab, kematian, dan peradilan. Pada empat kasus ini tidak dijumpai adanya perbedaan pendapat tentang diterimanya kesaksian dengan jalan as-sama ’. Jadi jelaslah bahwa maksud dari kesaksian adalah menyampaikan kebenaran. Jelas pula bahwa hakekat kesaksian adalah menyampaikan kebenaran, yaitu berita yang benar dan meyakinkan yang disampaikan 49 Ahmad ad-Da’ur, terj- Syamsuddin Ramadlan., Ibid, h. 24 oleh orang yang jujurbenar. Kesaksian merupakan upaya untuk membuktikan kebenaran. Bukti juga disyari’atkan untuk menampakkan kebenaran. Berdasarkan hal ini maka kesaksian dengan penyangkalan murni tidak akan diterima. Kesaksian dengan pengingkaran tidak diterima, sebab hal ini bertentangan dengan definisi kesaksian. Namun jika pengingkaran lebih dulu diawali dengan sebuah pembuktian, maka kesaksian dengannya diperbolehkan. Karena, kesaksian itu secara otomatis bukan lagi menjadi kesaksian dengan pengingkaran, akan tetapi kesaksian didalam pembuktian. Oleh karena itu dikatakan ‘tidak bolehnya memberi kesaksian dengan penyangkalan murni, tidak dikatakan penyangkalan saja’, karena dibolehkan memberi kesaksian dengan penyangkalan yang diperkuat dengan bukti.

4. Dasar