tindak pidana yang diketahuinya kepada penegak hukum, karena khawatir atau takut jiwanya terancam oleh pihak tertentu.
Perlindungan Saksi dan Korban dalam proses peradilan pidana di Indonesia belum diatur secara khusus. Pasal 50 sampai dengan pasal 68
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana hanya mengatur perlindungan terhadap tersangka atau terdakwa untuk mendapat
perlindungan dari berbagai kemungkinan pelanggaran hak asasi manusia. Oleh karena itu, sudah saatnya perlindungan Saksi dan Korban diatur dengan
undang-undang tersendiri.
Berdasarkan asas kesamaan didepan hukum equality before the law yang menjadi salah satu ciri negara hukum, Saksi dan Korban dalam proses
peradilan pidana harus diberi jaminan perlindungan hukum. Adapun pokok materi muatan yang diatur dalam undang-undang tentang perlindungan Saksi
dan Korban meliputi:
68
1. perlindungan dan hak Saksi dan Korban; 2. lembaga perlindungan Saksi dan Korban;
3. syarat dan tata cara pemberian perlindungan dan bantuan; dan 4. ketentuan pidana
2. Tujuan Pembentukannya
Perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan pembentukan Undang-undang Perlindungan Saksi dan Korban PSK, untuk memberikan perlindungan
terhadap saksi harus diberikan atas dua hal: perlindungan hukum dan perlindungan khusus terhadap ancaman.
68
Ibid., Cet. ke- 1. h. 19, lihat juga penjelasan undang-undang nomor 13 tahun 2006
Perlindungan hukum dapat berupa kekebalan yang diberikan kepada pelapor dan saksi agar tidak dapat digugat atau dituntut secara perdata. Tentu
dengan catatan, sepanjang yang bersangkutan memberikan kesaksian atau laporan dengan itikad baik atau yang bersangkutan bukan pelaku tindak
pidana itu sendiri. Perlindungan hukum lain berupa larangan bagi siapa pun untuk membocorkan nama pelapor atau kewajiban merahasiakan nama
pelapor disertai dengan ancaman pidana terhadap pelanggarannya. Semua saksi, pelapor, dan korban memerlukan perlindungan hukum ini.
Perlindungan khusus kepada saksi, pelapor, dan korban diberikan oleh negara untuk mengatasi kemungkinan ancaman yang membahayakan diri, jiwa, dan
harta bendanya,termasuk keluarganya. Karena itu, perlindungannya pun harus meliputi perlindungan atas
keamanan pribadi dari ancaman fisik, mental, dan harta benda. Perlindungan semacam ini harus dilakukan terhadap seluruh saksi atau pelapor, termasuk
Vincentius Amin Sutanto, sebagai saksi dan pelapor dugaan tindak pidana Asian Agri meski dia terlibat tindak pidana tersendiri.
69
3. Landasan Hukumnya
Adapun yang menyebabkan adanya landasan hukum ini yang mendasari dibentuknya Undang-undang No. 13 Tahun 2006 ini adalah:
1. Undang-undang No. 26 Tahun 2000 tentang pengadilan Hak Asasi
Manusia HAM, Pasal 1 ayat 3, dan Pasal 7.
69
Yunus Husein, Sang Pelapor dan Perlindungan Saksiā Saturday 12 January 2008 I:index.php.htm.
2. Undang-undang No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak
Pidana Korupsi 3.
Undang-undang No. 30 Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Korupsi.
4. Peraturan Pemerintah No. 57 Tahun 2003 tentang Tata Cara Perlindungan
Khusus Terhadap Pelapor dan Saksi dan, 5.
Peraturan ini ditindak lanjuti dengan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia No. 17 Tahun 2005, yang berlaku sejak 30 Desember
2005.
4. Susunan dan Isi