Adapun Imam Malik dalam masalah ini mencukupkan kesaksian dua orang wanita. Imam Abu Hanifah menilai, penyusuan anak
termasuk hak-hak badan yang dapat diketahui laki-laki atau seorang laki-laki dengan dua orang wanita. Kesaksian wanita yang
menyusukan itu saja tidak cukup karena hal itu hanya pengakuan terhadap perbuatannya.
34
Uraian-uraian diatas menyatakan bahwa kesaksian khusus wanita adalah diterima dalam hal-hal tertentu yang dapat dilihat oleh wanita
saja. Dan kesaksian wanita dipandang setengah dari kesaksian laki- laki.
6. Kesaksian seorang laki-laki dan sumpah si penggugat. 7. Kesaksian seorang laki-laki.
b. Syarat-syarat
1. Islam Dalam suatu kesaksian diperlukan syarat-syarat yang sesuai
dengan ketentuan, sehingga kesaksian tersebut dapat diterima, dalam hal ini para ahli hukum Islam telah memberikan persyaratan yang
harus dipenuhi bagi orang saksi. Sebagai hasil dari ijtihad yang dilakukan, sudah barang tentu terdapat perbedaan di sana-sini yang
terlepas dari faktor sosio-kultural pada waktu itu.
34
Ibid., h. 68
Secara umum ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi dalam hal kesaksian dan berlaku sama terhadap setiap perkara yang
memerlukan saksi sebagai alat bukti.
35
Saksi adalah benar-benar orang yang wajar serta telah dikenal kejujurannya sebagai saksi, dan telah berulang-ulang melaksanakan
tugas tersebut. Dengan demikian tidak ada keraguan menyangkut kesaksiannya. Sebagaimana firman Allah SWT:
... ﺮ
ر ﺎ ﻮﻜ نﺈ ﻜ ﺎ ر ﺪ ﻬ اوﺪﻬ او نﺎ أﺮ او
ءاﺪﻬ ا نﻮ ﺮ ...
ةﺮ ا 2
: 282
Artinya: “…Dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang- orang laki-laki diantaramu. Jika tidak ada dua laki-laki,
maka boleh seorang lelaki dan orang perempuan dari saksi- saksi yang kamu ridhoi…”
QS. al-Baqaroh 2 - 282. Prof. M. Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menjelaskan
bahwa yang dimaksud dua orang saksi sebagaimana yang telah disebutkan pada ayat diatas adalah saksi-saksi laki-laki yang
merupakan anggota masyarakat Muslim.
36
Dengan demikian syarat keharusan beragama Islam sangat penting terhadap suatu kesaksian
karena nilai-nilai agama dapat mempengaruhi tinggi rendahnya moral seseorang.
2. Baligh
35
Abdur Rahman Umar, Ibid, h. 43-52
36
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, Jakarta: Lentera Hati, 2000, Cet. ke-1, Vol. 1, h. 566
Baligh adalah syarat diterimanya kesaksian, karena kedewasaan telah mampu untuk berfikir dan bertindak secara sadar dan baik, dalam
segala tindakannya. Allah berfirman:
... ﻜ ﺎ ر ﺪﻬ اوﺪﻬ او
... ةﺮ ا
: 2
282
Artinya: “… dan persaksikanlah dengan dua orang saksi dari orang laki-laki diantara kamu”…
Q. S Al-Baqarah 2: 282. Pemakaian lafadz
ﺮ ا menunjukkan pengertian orang yang
sudah baligh, bukan anak-anak.
37
Sedangkan untuk laki-laki yang belim baligh, anak-anak dalam istilah Arab dikenal dengan
. 3. Berakal
Orang gila
tidak dapat
menjadi saksi, apabila untuk menerima kesaksian. Karena orang gila adalah orang yang setiap tindakannya
tidak dapat mempertimbangkan dengan akalnya. Disamping itu, akal yang sehat pun tidak dapat menerima kesaksian mereka, serta mereka
jelas bukan termasuk orang yang disenangi untuk menjadi saksi. Allah berfirman:
... ءاﺪﻬ ا نﻮ ﺮ
... ةﺮ ا
: 2
282
Artinya: “… dari saksi-saksi yang kamu ridhoi”… Q.S Al-baqarah: 2 : 282
4. Adil Sifat adil dijadikan sebagai persyaratan untuk menjadi saksi sesuai
dengan firman Allah:
37
Abdur Rahman Umar, Ibid, h. 48
ﷲ ةدﺎﻬ ااﻮ او ﻜ لﺪ يوذاوﺪﻬ او ق ﻄ ا
: 2:65
Artinya: “…dan persaksikanlah dengan dua orang saksi yang adil diantara kamu”…
Q.S Ath-thalak: 65: 2. 5. Dapat
Berbicara Seorang saksi sudah seharusnya orang yang dapat berbicara untuk
dapat menyampaikan dan menerangkan kepada hakim yang telah disaksikannya. Oleh karena itu, dapatnya saksi berbicara adalah sangat
penting dan merupakan suatu keharusan. Namun demikian, para ulama berbeda pendapat tentang kesaksian
orang bisu yang isyaratnya dapat dipahami dan pandai menulis, diantaranya ialah:
38
a. Madzhab Hambali: tidak menerima dengan isyarat walaupun dimengerti, tetapi menerima bila ia sanggup menulis;
b. Madzhab Maliki: dapat menerima kesaksian orang bisu yang dapat dimengerti isyaratnya;
c. Madzhab Syafi’I: dalam madzhab ini ada beberapa pendapat, pertama dapat menerima dengan isyaratnya, dalam masalah
perkawinan dan thalak. Adapun yang tidak menerimanya, oleh karena itu isyarat orang bisu hanya bisa diterima dalam keadaan
darurat;
38
Ibid., h. 51-52
d. Madzhab Hanafi: tidak menerima baik dengan isyarat maupun ia pandai menulis.
6. Baik Ingatan dan Teliti Kesaksian
bagi orang
yang daya ingatnya sudah tidak normal,
pelupa dan sering salah, maka jelas kesaksian ini diragukan kebenarannya. Sebab hal ini akan banyak mempengaruhi ketelitiannya
baik dalam ingatan maupun mengemukakan kesaksiannya. Maka kesaksiannya tidak dapat dipegang.
7. Tidak Tuhmah
Yang dimaksud
dengan tidak
tuhmah disini adalah tidak ada
sangkaan buruk terhadap maksud baik dan kejujuran seseorang dalam mengemukakan kesaksiannya.
39
Karena tuhmah adalah orang yang disangsikan dalam mengemukakan kesaksian, mungkin karena benci
atau karena terlalu sangat cintanya terhadap orang yang disaksikannya seperti: Kesaksian Ayah terhadap anaknya atau kesaksian sesorang
terhadap musuhnya.
3. Hak-hak dan Tujuan saksi a. Hak-hak