Hak-hak Hak-hak dan Tujuan Saksi

b. Dasar atau alasan tentang saksi yang saksi lihat, dengar dan alami tersebut Jadi penulis mengambil analisa tentang adanya perbedaan syarat-syarat saksi antara hukum Islam dan hukum positif, yakni pada poin bahwa seorang saksi harus muslim yaitu sebagaimana berikut: “Sebenarnya syarat seorang saksi haruslah muslim tidak ditemukan satu dalilargumenpun dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Yang mensyaratkan saksi haruslah muslim hanyalah berdasarkan ijtihad ulama fiqih. Sedangkan menurut hukum positif sebagaimana diterapkan dalam Peradilan Agama tidak ada ketentuan seorang saksi harus muslim. Singkatnya, kedudukan antara saksi muslim dan non muslim itu sama saja, saksi non muslim dapat diajukan kepengadilan apabila benar-benar saksi yang beragama Islam tidak diketemukan. Seorang saksi non muslim hanya berkewajiban menerangkan atas apa yang ia lihat, dengar dan diketahui tentang peristiwa tersebut yang berlangsung didepan sidang pengadilan, dengan catatan, saksi tersebut tidak boleh menyimpulkan dari apa yang terdapat dalam peristiwa tersebut.

3. Hak-hak dan Tujuan Saksi

a. Hak-hak

Dari beberapa syarat dalam saksi kita harus ketahui pula tentang hak- hak saksi, bahwa hak-hak saksi memiliki beberapa penjelasan, yang dijelaskan dalam undang-undang Nomor 13 Tahun 2006 Kita harus ketahui bahwa jelas setiap manusia selalu ingin mendapat hak-hak kehidupan, baik itu hak sosial, hak kesejahteraan, ketentraman, keamanan, dan hak perlindungan. Jadi disini telah diatur dalam Undang- undang No. 13 Tahun 2006 pasal 5 No. 1-2, pasal 6, dan pasal 7 No. 1-3, bahwa isi pasal ini menjelaskan dan juga menguraikan isi hak-hak tersebut. Yaitu yang telah dijelaskan dalam pasal 5 Nomor 1-2 menerangkan saksi dan korban berhak memperoleh perlindungan keamanan, yang pengertiannya akan dijelaskan lebih terarah dalam pasal 5 ayat 1-2 yaitu: 1. Bahwa Seorang Saksi dan Korban berhak: a. memperoleh perlindungan atas keamanan pribadi, keluarga, dan harta bendanya, serta bebas dari ancaman yang berkenaan dengan kesaksian yang akan, sedang, atau telah diberikannya; b. adapun saksi harus ikut serta dalam proses memilih dan menentukan bentuk perlindungan dan dukungan keamanan; c. memberikan keterangan tanpa tekanan; d. mendapat penerjemah; e. bebas dari pertanyaan yang menjerat; f. mendapatkan informasi mengenai perkembangan kasus; g. mendapatkan informasi mengenai putusan pengadilan; h. mengetahui dalam hal terpidana dibebaskan; i. mendapat identitas baru j. mendapatkan tempat kediaman baru; k. memperoleh penggantian biaya transportasi sesuai dengan kebutuhan; l. mendapat nasihat hukum; danatau m. memperoleh bantuan biaya hidup sementara sampai batas waktu perlindungan berakhir. Jadi sebagaimana hak-hak yang dimaksud pada ayat 1 ini bahwa saksi dalam mendapat perlindungan dari LPSK, yang akan diterangkan pada pasal 5 ayat 2 bahwa: 2. Hak sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diberikan kepada Saksi dan Korban tindak pidana dalam kasus tertentu sesuai dengan keputusan LPSK. Dan dijelaskan pula lebih dalam saksi memiliki hak untuk mendapatkan bantuan medis dan bantuan rehabilitasi yang tertuai dalam pasal 6, yaitu: Korban dalam pelanggaran hak asasi manusia yang berat, selain berhak atas hak sebagaimana dimaksud dalam pasal 5, juga berhak untuk mendapatkan: a. bantuan medis; dan b. bantuan rehabilitasi psiko-sosial. Dari beberapa hak bantuan tersebut, saksi disini bila meminta bantuan melalui LPSK, dia juga berhak untuk mengajukan haknya kepengadilan, yaitu berupa hak atas kompensasi dan restitusi dalam kasus HAM yang sebagaimana diterangkan dalam pasal 7 ayat 1-3 yaitu: 1. Korban melalui LPSK berhak mengajukan ke pengadilan berupa: a. hak atas kompensasi dalam kasus pelanggaran hak asasi manusia yang berat; b. hak atas restitusi atau ganti kerugian yang menjadi tanggung jawab pelaku tindak pidana. 2. Keputusan mengenai kompensasi dan restitusi diberikan oleh pengadilan. 3. Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian kompensasi dan restitusi diatur dengan Peraturan Pemerintah. b. Tujuan saksi Untuk memberikan keterangan-keterangan dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu, ketentuan tersebut diatur dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP. Pasal 1 27 “Keterangan saksi ialah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu”.

4. Dasar Hukum