mendapat tugas menghadiri suatu peristiwa perlu dapat didengar keterangannya di muka pengadilan.
54
Jadi saksi adalah orang yang didengar keterangannya dimuka pengadilan, karena melihat atau mengetahui sendiri dengan jelas atau karena
pengetahuannya, mengenai sesuatu; Menurut KUHAP Pasal 1 butir 26 bahwa saksi adalah orang yang dapat
memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri. didalam kitab Undang-undang perlindungan saksi tentang pengertian saksi, namun demikian pengertian kesaksian adalah,
“kepastian yang diberikan kepada hakim dipersidangan tentang peristiwa yang disengketakan dengan jalan pemberitahuan secara lisan dan pribadi oleh orang
yang salah satu pihak dalam perkara yang dipanggil di persidangan”.
2. Macam-macam dan Syarat-syarat Saksi
a. Macam-macam
Kesaksian dalam hukum acara pidana tidak cukup hanya satu orang saja melainkan harus ada keterangan-keterangan dari satu saksi lainnya
atau lebih. Sebagaimana dikenal dengan istilah asas unus testis nullus testis ialah asas yang menentukan satu saksi saja tanpa didukung alat bukti
lainnya tidak cukup untuk membuktikan kesalahan terdakwa. Alat bukti lainnya ini dapat berupa keterangan satu saksi lainnya atau berupa alat-alat
54
R. Subekti dan R. Tjitrosudibio, Kamus Hukum, Jakarta: PT. Pradnya Paramita, 2000, Cet. ke-13, h. 97
bukti selain keterangan saksi. Ketentuan-ketentuan tersebut diatur dalam pasal 185 ayat 1 dan 2 KUHAP, yang isinya adalah:
Pasal 185 1 Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di
sidang pengadilan. 2 Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya.
b. Syarat-syarat
Agar suatu kesaksian mempunyai nilai dan kekuatan pembuktian sebagai alat bukti, maka harus memenuhi syarat-syarat sebagi berikut:
1. Syarat obyektif
a. Tidak boleh bersama-sama sebagai terdakwa
b. Tidak boleh ada hubungan keluarga pasal 168 KUHAP
c. Mampu bertanggung jawab, yakni sudah berumur 15 tahun atau
sudah pernah kawin dan tidak sakit ingatan pasal 171 KUHAP 2. Syarat Formil
a. Kesaksian harus diucapkan dalam sidang
b. Kesaksian tersebut harus diucapkan dibawah sumpah, kecuali
ditentukan lain oleh KUHAP c.
Tidak terkena asas unus testis nullus testis 3.
Syarat subyektifmateriil a.
Saksi menerangkan apa yang ia lihat, ia dengar dan ia alami sendiri.
b. Dasar atau alasan tentang saksi yang saksi lihat, dengar dan alami
tersebut Jadi penulis mengambil analisa tentang adanya perbedaan syarat-syarat
saksi antara hukum Islam dan hukum positif, yakni pada poin bahwa seorang saksi harus muslim yaitu sebagaimana berikut: “Sebenarnya
syarat seorang saksi haruslah muslim tidak ditemukan satu dalilargumenpun dalam al-Qur’an dan as-Sunnah. Yang mensyaratkan
saksi haruslah muslim hanyalah berdasarkan ijtihad ulama fiqih. Sedangkan menurut hukum positif sebagaimana diterapkan dalam
Peradilan Agama tidak ada ketentuan seorang saksi harus muslim. Singkatnya, kedudukan antara saksi muslim dan non muslim itu sama
saja, saksi non muslim dapat diajukan kepengadilan apabila benar-benar saksi yang beragama Islam tidak diketemukan. Seorang saksi non muslim
hanya berkewajiban menerangkan atas apa yang ia lihat, dengar dan diketahui tentang peristiwa tersebut yang berlangsung didepan sidang
pengadilan, dengan catatan, saksi tersebut tidak boleh menyimpulkan dari apa yang terdapat dalam peristiwa tersebut.
3. Hak-hak dan Tujuan Saksi