lxv Hipnotherapi adalah suatu metode dimana klien dibimbing untuk
melakukan relaksasi, setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka lebar, sehingga
yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan.
77
Selama penelitian, penulis kesulitan bertemu secara langsung dengan Pak Yan Nurindra dikarenakan beliau sedang
menjalani tugas di luar kota selama beberapa bulan, namun beliau mempercayakan kepada asisten pribadinya sekaligus sebagai Direktur dan
penanggung jawab bernama Sidney Panjiagung untuk memandu penulis dalam penelitian ini. Akan tetapi, semua wawancara yang penulis ajukan kepada
beliau disampaikan melalui asisten pribadinya sendiri. Secara konvensional, hipnotherapi dapat diterapkan kepada mereka yang
memenuhi persyaratan dasar, yaitu: 1 bersedia dengan sukarela, 2 memiliki kemampuan untuk fokus, 3 memahami komunikasi verbal,
78
4 ada kemauan dan motivasi dari klien.
79
Adapun tahapan-tahapan penanganan yang ditangani TranzCare secara umum sebagai berikut:
1. Konsultasi
Sebelum treatment program, maka terlebih dahulu dilakukan Pra- Treatment, berupa konsultasi dan analisa dari permasalahan klien,
termasuk beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare
77
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
78
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
79
Wawancara Pribadi dengan Sidney panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
lxvi sesuai dan dapat menyelesaikan permasalahan dari klien. Tahap konsultasi
ini berlangsung sekitar 30 Menit - 45 Menit.
80
Jika metode TranzCare dianggap tidak sesuai dengan klien maka penanganan dihentikan, sedangkan jika metode TranzCare dianggap
sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Program dapat berupa paket atau satuan.
2. Treatment
Treatment akan berlangsung dalam bentuk Session, dimana setiap Session akan berkisar 90 Menit - 120 Menit, tergantung dari kasus.
81
Pada awalnya memang klien sebelum memasuki kondisi trance melakukan relaksasi terlebih dahulu agar pikirannya menjadi rileks dengan
membayangkan hal-hal yang menyenangkan.
82
Adapun penjelasan terperincinya dilakukan dengan Pra-induksi, kemudian Induksi, lalu
proses Dept Level Test dan sugesti, dan terakhir adalah terminasi.
83
Pra-
induksi
84
dimana merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu
situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara seorang Hypnosis dan klien.
Agar proses Pra-induksi berlangsung dengan baik, maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari si anak, antara
80
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
81
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung,, Jakarta, 20 Februari 2009.
82
Sumber data. Pengamatan langsung penulis, Jakarta, 04 November 2008.
83
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera,, Jakarta, 25 Februari 2009.
84
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net.
lxvii lain : hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui
orangtua anak tentang Hypnosis, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta
hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental dengan anak. Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis.
Seringkali kegagalan proses hypnosis diawali dari proses Pra-induksi yang tidak tepat.
Langkah berikutnya adalah Induksi.
85
Merupakan kunci utama dalam proses hypnosis, karena proses inilah yang akan membawa si anak dari
kondisi beta ke kondisi alpha bahkan teta dengan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang terapis.
Bagian utama dari induksi adalah “kalimat kunci” dari seorang terapis, ketika memerintahkan seorang anak untuk tidur, di mana
selanjutnya terapis akan mengambil alih kendali atas bawah sadar si anak. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian, yaitu: Relaksasi,
adalah proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak si anak High Beta to Low Beta
. Induksi ini adalah proses untuk membawa klien ke gelombang otak Alpha, untuk selanjutnya siap disugesti dengan “kalimat
kunci”. kemudian deepening dimana klien di bawa ke trance level, yakni tingkat yang lebih dalam ke kondisi gelombang teta.
85
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net.
lxviii
Selanjutnya, sampailah pada proses Dept Level Test.
86
Seringkali diistilahkan dengan trance level test atau pengujian tingkat kedalaman
tidur hypnosis si anak. Akan tetapi, bagi seorang hipnotis panggung perlu memperoleh
seorang klien dengan tingkat kedalaman trance tertentu, minimal tingkat medium trance
. Bagi seorang terapis, tingkat kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan diberikan
kepada anak.
87
Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah sederhana yang berlawanan dengan logika kesadaran biasa Conscious.
Jika tingkat kedalaman trance yang dimaksud belum dicapai, maka terapis harus melakukan induksi kembali. Biasanya diikuti dengan sugesti yang
bersifat provokatif untuk dapat mencapai tingkat trance yang dalam. Kemudian menginjak pada langkah Sugesti.
88
Dimana tahapan inti dari maksud dan tujuan proses hypnosis. Pada tahapan ini seorang terapis
mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat sugesti ke bawah sadar anak. Setelah itu, menuju tahapan Post Hypnotic Suggestion. Yakni, suatu
Sugesti yang bekerja walaupun seorang telah berada dalam kondisi pasca- hipnosis normal. Post Hypnotic Suggestion merupakan hal penting yang
mendasari proses penyembuhan dalam terapi.
86
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net.
87
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
88
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net.
lxix Apabila terapis ingin mengendalikan si anak, ia bisa menggunakan
simbol bunyi atau tindakan. Inilah yang disebut Anchor, yakni sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan reaksi pemikiran,
emosional, atau perilaku tertentu disebut juga dengan Anchor. Inilah yang sering dipraktikan Romy Rafael di televisi atau dikenal dengan istilah
proses Programming. Dimana terapis memprogram pemberian sugesti, misalnya “jika kamu melihat kecoa yang kamu takuti, maka kamu dapat
menganggap bahwa itu adalah mainan yang menyenangkan…..”
89
Tahap paling akhir adalah Terminasi,
90
yakni suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis. Konsep terminasi adalah agar seorang klien
tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hipnotis. Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti positif yang
akan membuat tubuh si anak lebih segar dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi beberapa detik untuk membawa klien ke kondisi normal
kembali. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa hypnosis
membutuhkan kerjasama yang baik antara si anak dengan terapis.
91
Bahkan dapat dikatakan bahwa anak memegang peranan utama. Adapun sebagai tambahan, tahapan-tahapan secara khusus untuk
anak dalam proses hipnoterapi
92
melalui pendekatan-pendekatan dibawah ini:
a. Restrukturisasi kognitif
89
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
90
Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net.
91
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
92
A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15 juni 2008 dari http:www.nakita.com.
lxx Pada proses ini anak dapat mengeksplorasi pikiran, pengalaman,
dan berbagai gangguan yang dialami. b.
Abreaksi, katarsis, desentisisasi Melalui proses pelepasan emosi, anak diharapkan mampu
menyusun kembali formulasi ketegangan, hambatan, dan ketakutannya secara bertahap.
c. Modifikasi gejala
Anak diajarkan melakukan teknik relaksasi yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan gangguan. Dengan demikian anak
akan memiliki kontrol bila gangguan tersebut muncul dalam situasi nyata.
d. Pendidikan dan rehabilitasi
Setelah melalui rangkaian proses tersebut, anak punya keterampilan baru, bahkan konsep percaya diri yang lebih tinggi.
Pada dasarnya, teknik hypnosis mempergunakan seni komunikasi verbal dan non verbal yang sangat persuasif, sehingga pada umumnya
hipnosis diterapkan kepada mereka yang sudah memahami komunikasi. Oleh karena hypnosis formal hanya efektif untuk anak yang telah berusia
minimal sekitar 7-8 tahun.
93
Untuk anak-anak balita sebaiknya dipergunakan hypnosis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis.
Hipnotis informal merupakan teknik komunikasi yang berpola khusus, sehingga tidak secara otomatis setiap orang dapat menguasainya.
Dimana teknik ini sangat sederhana untuk “memasukkan” sugesti ke anak
93
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxi balita, dan teknik ini relatif dapat dilakukan oleh setiap orang tua
hipnoparenting. Pada bab sebelumnya, penulis sudah memaparkan gelombang otak
sebelumnya dimana terdapat 4 wilayah utama gelombang otak, yaitu : beta
kondisi aktif, alpha kondisi tenang dan fokus, teta kondisi sangat tenang, dan delta kondisi tidur. Kondisi hypnosis yang dalam deep
trance setara dengan kondisi gelombang teta. Teknik hypnosis adalah seni
untuk membawa seseorang dari kondisi aktif Beta ke kondisi tenang
alpha teta.
Kondisi teta adalah kondisi dimana pikiran sadar tidak aktif, dan pikiran bawah sadar bersifat mudah menerima saran dan sugesti dari luar.
Kondisi delta adalah kondisi dimana pikiran bawah sadar tidak aktif, tetapi pikiran bawah sadar tidak merespon.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika manusia menjelang tidur, yang terjadi adalah penurunan gelombang otak yang menyebabkan
terjadinya perpindahan area, yaitu dari beta, turun ke alpha, kemudian turun lagi ke teta, dan akhirnya memasuki tidur sempurna yaitu delta. Hal
ini juga berlaku bagi anak-anak. Berdasarkan prinsip bahwa proses tidur adalah proses perpindahan gelombang otak, maka sugesti dapat
dimasukkan ketika gelombang otak diperkirakan sudah mulai menyentuh teta, tetapi belum memasuki delta.
Secara praktis, sugesti untuk anak dapat mulai diucapkan ketika anak mulai tertidur, karena tidur diawal ini belumlah tidur sempurna delta
melainkan suatu kondisi dimana pikiran bawah sadar memiliki sifat paling reseptif teta.
lxxii Walaupun kondisi teta belum merupakan tidur yang sempurna akan
tetapi bagi klien anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, sehingga kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang
diberikan, tetapi sugesti ini justru didengarkan dengan baik oleh pikiran bawah sadar mereka, sehingga berproses kepada perubahan perilaku sesuai
dengan yang diinginkan.
94
Jika tepat ketika anak baru mulai tertidur atau sudah mulai tidak merespon suara luar, maka terapis dapat mulai mengucapkan kalimat-
kalimat sugesti, dilakukan sekitar 15 menit secara berkesinambungan.
95
Hal ini penting, karena jika sugesti sempat terhenti beberapa menit, maka anak akan “meluncur” memasuki gelombang delta atau gelombang tidur
alamiah. Fenomena ini sebenarnya sudah sering dialami anak dimanapun juga,
yaitu mereka mudah mengingat dongeng menjelang tidur, walaupun mungkin ketika dongeng ini baru dibacakan, mereka sudah tertidur dengan
pulas.
96
Hal ini menunjukkan bahwa dongeng tersebut justru didengarkan oleh pikiran bawah sadar, sehingga menjadi ingatan yang sangat kuat.
Berdasarkan pemahaman sederhana di atas, proses hipnotherapi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memberikan sugesti
pada saat anak dalam kondisi setengah tidur alpha-teta. Sugesti yang diberikan adalah sugesti yang kiranya mengarah pada kondisi atau
perubahan-perubahan yang diinginkan dari perilaku yang terhambat pada diri si anak.
94
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
95
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
96
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxiii Dengan kesabaran, pengulangan-pengulangan terus-menerus, maka
pikiran bawah sadar anak akan mencerna dan selanjutnya akan membentuk nilai baru, bahkan perilaku baru.
97
Pikiran bawah sadar mempunyai sifat netral dan cenderung memahami sesuatu yang diulang-ulang.
Sebagai informasi tambahan, teknik ini bahkan telah dikembangkan secara lebih baik dengan membuat rekaman suara yang dapat diputar
kembali pada saat anak menjelang tidur, sehingga proses menjadi lebih mudah, dan intensitas menjadi lebih tinggi.
98
Teknik di atas juga dapat diterapkan pada anak penderita autis, seperti pada beberapa peserta pada kelas pelatihan hipnotherapi yang
diadakan Pak Yan Nurindra yakni para orang tua yang memiliki anak penderita autis. Terapi ini adalah sebagai pendamping supplementary
disamping metode medis yang tetap harus diberikan.
99
Hipnoterapi efektif untuk anak-anak yang sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berusia 10-11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan
diterapkan pada anak-anak usia di bawahnya asalkan sudah mampu berpikir abstrak.
100
Kemampuan ini menjadi syarat penting karena tanpa kemampuan berpikir abstrak, terapi ini tidak bisa dijalankan.
Hipnoterapi menekankan peran aktif anak untuk menjelajah pikiran, perasaan, dan perbuatannya dalam sebuah proses internal dengan
menampilkan imajinasi bebas terhadap dirinya. Proses ini ditujukan untuk memperoleh pencerahan dan pemahaman. Dua hal ini sangat berperan
97
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
98
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
99
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
100
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxiv dalam upaya modifikasi perilaku secara langsung, termasuk perhatian
untuk menghilangkan atau mengalihkan gangguan.
101
Pada dasarnya, Yan Nurindra ketika memberikan hipnoterapi pada anak yang pernah beliau tangani, tekniknya sama saja dengan hipnoterapi
pada orang dewasa hanya perbedaannya pada teknik pra-induksi dan waktu yang dibutuhkan seperti yang sudah penulis paparkan.
102
Akan tetapi jika dirasa perlu, ada beberapa teknik khusus sebagai tambahan
jikalau teknik di atas tidak berhasil atau si anak sulit untuk memasuki
kondisi trance.
Sebagai gambaran, berikut teknik tambahan
103
yang digunakan dalam proses hipnoterapi untuk anak:
a. Teknik arm-weight
Anak diminta untuk menutup mata dan mengulurkan tangannya sejauh mungkin di depan tubuh. Kemudian membayangkan dirinya
sedang memegang sebuah tas yang berisi dua buah batu bata, dan tangan satunya diikat dengan balon berwarna cerah yang diisi helium.
Bila dalam tas itu ditambahkan dua buah batu bata, maka beratnya menjadi bertambah sehingga terasa berat dan tangannya terkulai ke
bawah. Setelah itu, anak diminta untuk konsentrasi lagi dan mengibaskan kedua tangannya sehingga balon maupun tas yang berisi
batu bata terlepas. b.
Teknik hand sculpture
101
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
102
Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009.
103
A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada 15 Juni 2008 dari http:www.nakita.com
lxxv Anak diminta berkonsentrasi dan mengulurkan kedua tangan di
pangkuan sehingga jari-jemarinya bertaut dengan membayangkan sedang memandang sesuatu yang indah. Semakin indah, semakin erat
jari-jemarinya bertaut sehingga sulit dilepaskan. Setelah itu, lemaskan otot dan biarkan jari-jemari terlepas, namun kenangan indah tersebut
tetap ada. c.
Teknik umbrella Anak diminta membayangkan seolah-olah sedang berjalan di
bawah hujan lebat sambil membawa payung. Semakin keras angin menerpa, payung makin terangkat ke atas, bahkan tubuhnya pun ikut
terangkat. Setelah itu biarkan payung lepas dan anak diminta membuka matanya kembali.
d. Teknik sway
Terapis berusaha
membuat efek
bandul dengan
cara menggerakkan tubuh anak ke kiri-kanan, depan-belakang.
Untuk memasukkan sugesti pada anak, ada beberapa kriteria dalam mengucapkan kata-kata,
104
yakni: 1
Kata-kata dan kalimatnya konkret, sederhana dan jelas maksudnya. 2
Bahasanya yang mudah dipahami. 3
Disertai ekspresi positif sekaligus menghindari ekspresi negatif. 4
Sedapat mungkin hindari kata coba. 5
Mengintegrasikan saran dengan tanda-tanda tertentu. 6
Mengaitkan respons yang diinginkan dengan akibat positif.
104
Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009.
lxxvi 7
Menggunakan sugesti langsung dan tidak langsung. 8
Mengulang-ulang sugesti yang ingin dimasukkan. 9
Mengidentifikasikan tanda untuk status kesadaran hipnotik. 10
Menggunakan imajinasi atau pengalaman. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai pelaksanaan
metode hipnoterapi bahwa dalam memilih cara untuk menangani phobia pada anak, selalu harus dibedakan antara phobia yang biasa, yang mudah
hilang dengan suatu cara penanganan, dengan phobia yang lebih ruwet dan majemuk karena merupakan suatu penyaluran dari pertentangan-
pertentangan di dalam dirinya. Dalam hal ini keadaan sekolah dan lingkungan keluarga anak perlu diteliti dan diikutsertakan dalam usaha
untuk menghilangkan phobia itu. Mungkin sekali lingkungan sekolah ataupun keluarga telah turut mengambil bagian dalam terbentuknya rasa
phobia tersebut. Hal ini yang diperlukan dalam latar belakang si anak atau pra-induksi dalam proses hipnoterapi pada anak.
Menghilangkan suatu phobia pada anak dalam proses hipnoterapi diawali dengan menghubungkan peristiwa yang menimbulkan phobia itu
dengan sesuatu hal yang menyenangkan anak. Dengan harapan bahwa perasaan senang terhadap hal satunya akan menutupi peristiwa yang
membangkitkan phobianya. Dengan memberi kesempatan kepada anak supaya berkenalan
terlebih dahulu tahap induksi dengan peristiwa yang menakutkan secara tahap demi tahap diperlihatkan kepada anak. Lalu kemudian diberikan
lxxvii dengan tahapan-tahapan hipnoterapi yakni pemberian sugesti sampai
dengan terminasi.
105
Setelah itu, apabila anak sudah mengerti hubungan antara phobia dan suatu kejadian yang menimbulkan ketakutan itu, maka anak boleh diajak
mengalami kembali kejadian yang semulanya telah membangkitkan rasa takut anak. Misalnya anak yang pernah tergelincir di kamar mandi karena
licin, sehingga phobia untuk mandi di kamar mandi tersebut. Peristiwa tersebut harus persiapkan dengan baik, supaya anak tidak lagi merasakan
peristiwa yang mirip keadaan yang dulu dialami. Pada dasarnya anak harus dapat merasakan perasaan aman dan
tenteram, yang didapatkan dari sikap orang dewasa atau terapis yang mengajak anak tersebut dengan sikap yang tenang, aman dan meyakinkan.
Anak mengulangi beberapa kali terjadi peristiwa tersebut atau memasuki keadaan yang telah membangkitkan phobia dengan didampingi terapis
yang memberikan perasaan aman tenteram, sampai ia dapat mengalaminya tanpa perasaan tergoncang.
Setelah proses terapi selesai, orang tua kemudian biasanya diberikan edukasi berupa teknik-teknik terapi hypnosis tertentu yang nantinya
dipergunakan untuk membantu pasca hipnoterapi agar phobia yang dialami anak benar-benar bisa dihilangkan.
106
C. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Hipnoterapi Pada