xlviii usia anak, takut dapat lebih merupakan “anxiety” gangguan panik,
sedangkan “anxiety” dengan takut yang berlebih-lebihan serta diikuti konflik intrapsikis dapat mengarah phobia.
2. Jenis-jenis Phobia pada Anak
Rasa takut yang dialami anak sesungguhnya bervariasi. Cara mengatasinya pun mesti disesuaikan. Sumber-sumber rasa takut secara
garis besar dipilah berdasarkan sumber rasa takut yang sifatnya subjektif dan objektif.
Setiap orang baik dewasa maupun anak-anak memiliki rasa takut. Jika ketakutan yang dirasakan seseorang sama dengan umum dirasakan
orang lain itu wajar. Seseorang yang tidak pernah merasa takut justru perlu dikhawatirkan karena sebenarnya perasaan takut itu merupakan reaksi
seseorang terhadap rangsangan atau bahaya dari luar. Rangsangan itu kemudian menggerakkannya untuk melindungi diri atau menjauhkan diri
dari sesuatu yang dapat melukai atau menimbulkan bahaya bagi dirinya. Rasa takut yang muncul dalam diri seseorang mempunyai dua sisi.
Pertama, sisi positif. rasa takut menyebabkan seseorang melindungi dirinya dari ancaman luar. Contohnya, takut pada harimau. Ketakutan
pada harimau itu merupakan suatu mekanisme pertahanan diri untuk tidak mendekati harimau, yang kapan saja bisa menerkamnya. Kedua, sisi
negatif. Rasa takut menyebabkan seseorang memiliki perasaan-perasaan menegangkan yang membuatnya tidak nyaman. Contohnya, ketakutan
xlix pada harimau itu dibawa sampai ke alam bawah sadarnya, yang mungkin
akan membuatnya menjadi terlalu obsesif untuk membunuh semua harimau di hutan.
Setiap orang dapat mengalami berbagai perasaan takut, dan diantaranya, wajar dialami oleh anak-anak. Namun, jika rasa takut itu
terbawa dalam tahap-tahap perkambangan anak selanjutnya, rasa takut itu akan berdampak buruk bagi anak, baik dari segi perkembangan sensori-
motorik, perkembangan kognitif, sampai perkambangan sosialnya. Anak tumbuh menjadi pribadi yang penakut, tidak percaya diri, minder, dan
tidak berani mengambil resiko. Akibatnya, ia menjadi lambat dalam memperoleh suatu pengalaman atau informasi baru. Secara umum, ada dua
golongan jenis-jenis phobia yng dialami anak: a.
Benda-benda yang secara objektif menimbulkan ketakutan. Biasanya bisa dilihat,didengar, dan dirasakan. Misalnya,takut pada binatang
anjing dan kucing ,takut masuk sekolah pertama kali, takut pada dokter, atau takut pada sesuatu yang dapat mengeluarkan suara keras
dan mengejutkan kilat dan guruh b.
Hal-hal yang subjektif, yaitu perasaan dan sikap yang menyebabkan ketakutan. Misalnya, takut pada ketinggian, takut ditinggal sendirian di
rumah, takut kehilangan orang yang dicintai, takut kehilangan kasih sayang, takut gelap, takut hantu,takut mengenal lingkungan baru,dan
takut penolakan orang lain.
57
57
Ibid., h. 19.
l Bagi anak-anak, rangsangan baru dan tidak disangka sebelumnya
dapat menimbulkan perasaan takut karena mereka belum tahu bagaimana harus memberikan reaksi yang tepat. Orang tua berperan membimbing
anak-anak supaya mereka dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap segala sesuatu hal yang dihadapinya, baik itu sesuatu yang dapat diduga
atau tidak. Ketakutan yang dialami anak juga dapat menimbulkan kecemasan.
Pada situasi tertentu, kecemasan hampir sama dengan ketakutan, dan merupakan ketakutan pada taraf ringan. Tetapi, sebenarnya ketakutan dan
kecemasan adalah dua hal yang berbeda. Ketakutan disebabkan oleh suatu objek atau situasi tertentu, sedangkan kecemasan terjadi tanpa suatu alasan
yang jelas atau dapat disebabkan oleh suatu situasi yang sebenarnya tidak menakutkan. Kecemasan dapat mencakup semua tingkatan pengalaman
yang terletak antara ketenangan dan ketakutan juga bisa diungkapkan sebagai respons emosional yang tidak menyenangkan dan dalam tingkat
yang berlebihan, yang tidak sesuai dengan keadaan yang dapat menimbulkan ketakutan. Menjadi sesuatu yang tidak wajar apabila rasa
takut itu sering muncul sehingga menghalangi fungsi kepribadian anak secara normal.
Mereka yang takut berlebihan, biasanya menampakkan tanda-tanda: mukanya memerah, pupil matanya melebar, menggerak-gerakan otot
muka, gelisah, beraktivitas secara berlebihan, menggigit benda-benda yang ada disekitarnya atau bahkan anggota tubuhnya sendiri, mengompol,
li muntah, kehilangan nafsu makan, mengalami gangguan tidur, dan
menunjukkan sikap ketergantungan yang berlebihan.
58
Sebenarnya ketakutan anak-anak terhadap sesuatu, merupakan hal yang biasa dan wajar, karena diusianya, mereka masih belajar mengenal
dunia luar. Ketakutan yang mereka alami merupakan bentuk ketakutan yang beralasan, karena ada objek yang membuat mereka takut. Namun,
bila dibiarkan berlanjut ketakutan tersebut dapat berkembang menjadi ketakutan yang tidak lagi rasional atau phobia. Dan itu dapat mengganggu
perkembangan emosi anak-anak yang berpengaruh pada masa dewasanya kelak.
Dalam sebuah penelitian di amerika dikemukakan bahwa terdapat 10- 15 anak-anak mengalami phobia, dan terdapat 5 anak-anak tersebut
yang mengalami phobia yang ekslusif. Anak-anak dengan phobia yang ekslusif ini akan mengalami ketakutan yang lebih sering terhadap objek
phobianya dan ketakutan tersebut tidak bisa hilang dengan mudah dan akan terus berlanjut dalam periode waktu yang lama. Akan tetapi, bila
seseorang berinteraksi dengan subjek fobia, hal tersebut bisa menyebabkan fiksasi. Dalam istilah psikologi, fiksasi adalah seseorang menjadi terkunci,
karena ketidakmampuan orang yang bersangkutan mengendalikan perasaan takutnya.
59
Pola kepribadian dasar seseorang terbentuk pada tahun-tahun pertama kehidupan. Adanya pengalaman-pengalaman kurang menguntungkan yang
58
Ibid., h. 22.
59
Ibid., h. 66.
lii menimpa diri seorang anak pada masa mudanya akan memudahkan
timbulnya masalah gangguan penyesuaian diri di kelak kemudian hari. Pada masa sekolah, anak-anak membandingkan dirinya dengan
teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa
cemas, akan tumbuh rasa tidak percaya diri dan akhirnya timbul phobia sekolah atau phobia sosial.
60
Tidak ada seorangpun yang tahu pasti mengapa sebagian anak memiliki phobia, sedangkan anak yang lain tidak. Hal ini dilihat pada
keturunan, bisa berupa ayah, ibu, saudara yang lain yang memiliki phobia. Dan phobia sering terjadi sekali tapi ekstrim penyebab biasanya ada
pengalaman traumatik dan phobia bisa terjadi bila dilakukan terus menerus oleh orangtuanya dengan ditakut-takuti jika si anak tidak menuruti
perkataan orangtuanya sehingga menimbulkan phobia. Setiap anak merespons perasaan takutnya secara berbeda. Sebagian
anak sangat terbuka tentang perasaan takutnya, sedangkan anak lain menunjukkan kegelisahan dan ketakutannya dalam perilaku mereka.
Contohnya : menyangkal adanya masalah ini biasanya terjadi pada anak laki-laki, menjadi atau tampak kebas, bermain dengan lebih agresif,
seringkali menciptakan ulang situasi traumatik ketika bermain,
60
Singgih D. Gunarsa, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia, 1989, cet. ke-5, h. 13-14.
liii menghindari situasi-situasi baru, mengembangkan gejala tubuh seperti
sakit, nyeri, atau gangguan tidur dan nafsu makan.
61
Adapun gejala-gejala phobia yang terjadi pada anak menurut WF. Maramis bahwa ketakutan ini dapat mengakibatkan perasaan seperti akan
pingsan, rasa lelah, berkeringat, mual, dan panik.
62
Sedangkan menurut A. Supratik dalam bukunya “Mengenal Prilaku Abnormal” mengatakan,
phobia gejalanya disertai pusing-pusing, sakit perut dan sebagainya.
63
3. Sebab-sebab Phobia pada Anak