vii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Perkembangan dunia
yang sangat
pesat dengan
segala permasalahannya membawa dampak yang dahsyat terhadap hidup seseorang
hingga kecenderungan stres meningkat. Bahkan saat ini seorang anak kecil saja sudah bisa mengeluh bahwa dirinya stres mengenai permasalahan yang
ada. Kondisi ini dapat menimbulkan beban psikologis tidak saja sebagai pribadi tetapi juga pada keluarga dan lingkungan yang lebih luas lagi.
Akibatnya, wabah kegelisahan seakan-akan sedang melanda masyarakat modern, terutama mereka yang hidup di Negara-negara yang sedang
berkembang. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa dalam hidup sosial, permasalahan
yang muncul dalam diri seseorang karena pengaruh lingkungan. Siapapun pernah, sedang, atau akan mengalaminya. Seseorang mungkin merasa
nyaman-nyaman saja, namun bagi sebagian orang disadari atau tidak, hal ini menimbulkan masalah psikologis. Sehingga menjadi mudah marah, takut,
malu, tidak percaya diri, dan sebagainya. Anehnya, lebih banyak orang yang tidak menyadari hal ini, karena tidak tahu bahwa dirinya merasa memiliki
masalah. Sesuai dengan firman Allah swt dalam surat Al-Baqarah ayat 155:
+,- .
viii
12 . -3
456 73
89 : ;=
+ ?A
BC
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.”Q.S. Al- Baqarah: 155
1
Secara tidak disadari, dapat dikatakan melarikan diri dari masalah yang ada. Sebenarnya ingin mengatasi masalah yang ada agar merasa nyaman,
tenang, dan santai. Namun, tidak tahu cara melakukannya dan cara mengendalikan diri sendiri agar tetap merasa nyaman dalam menghadapi suatu
keadaan. Pilihan pada saat itu mungkin hanya seputar rasa tidak percaya diri, cemas, takut, dan sebagainya. Semakin lama semakin terganggu, hingga
seseorang tidak menyadari bahwa cara yang digunakan tidak sesuai dengan dirinya, dan gangguan itu menjadi sangat kompleks, misalnya bisa saja
menyangkut masalah fisik.
2
Hal ini dilihat dari penelitian ditemukan satu fakta menarik, bahwa sekitar 75 dari semua penyakit fisik yang diderita banyak orang sebenarnya
bersumber dari masalah mental dan emosi.
3
Sebagian banyak orang sudah tahu tujuannya karena mereka menggunakan cara-cara pintas yang belum
tentu dapat menyelesaikan masalah. Akibatnya, cara-cara ini menimbulkan kebiasaan buruk yang dapat mengganggu dan membuat perasaan tidak
nyaman. Dan setelah terbiasa, tidak akan menyadari apa yang membuatnya merasa tidak nyaman. Begitu pula bila hal ini terjadi pada anak-anak.
1
Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Bandung: Gema Risalah Press, 1989, h. 39.
2
NSK Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2008, h. 2-3.
Adi W. Gunawan, Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2007, cet. ke-2, h. 11.
ix Anak merupakan generasi masa depan sebagai penerus bangsa, dan
merupakan suatu kebanggaan tersendiri bagi setiap orang tua apabila memiliki anak-anak yang sehat baik jasmani maupun rohani. Akan tetapi, kadang anak
kerapkali menghadapi masalah baik itu anak yang hiperaktif, anak yang nakal, penakut phobia, dan lain sebagainya. Dalam hal ini penulis hanya
menekankan ketakutan phobia pada anak. Phobia adalah rasa takut yang tidak masuk akal, atau yang ditakuti
tidak seimbang dengan ketakutan. Penderita tidak tahu mengapa ia takut dan tidak dapat menghindari rasa takut itu. Kadang-kadang rasa takut yang tidak
masuk akal itu menyebabkan tertawaan orang dan menjadi bahan ejekan teman si anak, sehingga ia semakin merasa cemas. Di antara phobia yang
sering dialami anak-anak adalah: takut berada di tempat tertutup, tinggi, luas lapang, takut pada teman sebaya phobia sekolah, di tengah orang ramai,
melihat darah, binatang-binatang kecil, dan sebagainya. Perasaan phobia termasuk bentuk perasaan yang timbul pada diri anak jika ia berhadapan
dengan objek tertentu. Perasaan phobia ini mencakup tempat yang luas dalam perkembangan kejiwaan anak.
4
Dampaknya buruk phobia bagi anak, baik dari segi perkembangan sensori-motorik, perkembangan kognitif, maupun perkembangan sosialnya.
Anak akan tumbuh tidak percaya diri, minder, dan tidak berani mengambil resiko. Akibatnya ia menjadi lambat dalam memperoleh pengalaman baru,
atau lambat merespons rangsang pertumbuhan. Secara umum, anak yang
Zulkifli L., Psikologi Perkembangan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005, cet. ke-3, h. 40.
x tumbuh dalam kondisi seperti ini bakal susah meraih prestasi optimalnya dan
mengalami hambatan dalam meraih kesuksesan hidupnya.
5
Untuk itu sudah menjadi Sunnatullah, bahwa manusia memerlukan orang lain dalam hidupnya. Kegiatan konseling di daerah perkotaan pada
khususnya, makin dirasakan oleh masyarakat sebagai suatu tuntutan hidup untuk memperoleh kondisi sehat mental, karena melalui pelayanan konseling
orang akan dapat mengatasi serta menghindari berbagai problema yang dihadapinya. Kepekaan pemahaman dan penghayatan dalam menangani
masalah phobia merupakan kondisi yang sangat penting bagi konselor yang bekerja di lingkungan hidup yang sedemikian kompleks. Karena setiap
individu mempunyai perbedaan, tidak ada dua orang yang sama persis di dalam aspek jasmaniah maupun rohaniah.
Dalam hal ini konselor atau terapis sepatutnya bertanggung jawab menawarkan jalan keluar yang terbaik dalam upaya mengatasi phobia yang
dihadapi klien. Namun sayangnya, kebanyakan pengobatan atau terapi sulit menjangkau masalah ini, yaitu pikiran, atau lebih tepatnya pikiran bawah
sadar. Dan metode yang menggunakan pikiran alam bawah sadar adalah hipnoterapi. Hipnoterapi merupakan salah satu cara yang sangat mudah, cepat,
efektif, dan efisien dalam menjangkau pikiran bawah sadar, melakukan re- edukasi, dan menyembuhkan pikiran yang sakit.
6
Pepatah tak kenal, maka tak sayang sepertinya cocok untuk menggambarkan hipnoterapi. Memang banyak yang belum kenal terapi ini,
5
Karen Diana, et. al., Mendampingi Anak Menghadapi Rasa Takut, Yogyakarta: Kanisius, 2008, cet. ke-5, h. 7.
6
Gunawan, , Hipnoterapy: The Art Subconscious Restructuring, h. 11.
xi bahkan langsung ngeri mendengar istilah hipnonya. Maklum, metode
hypnosis telanjur dicap miring sebagai sarana untuk memperdaya orang lain. Padahal hypnosis yang dipakai dalam kegiatan psikoterapi ini dipakai untuk
membuka memori khususnya anak. Diperkirakan ada kejadian-kejadian di masa lalu yang berpengaruh terhadap kondisinya saat ini. Dari sana, semua
masalah anak bisa diatasi, seperti phobia, gangguan belajar, sulit makan, sulit tidur, dan sebagainya.
Hipnoterapi adalah suatu aplikasi hypnosis dalam menyembuhkan masalah mental dan fisik psikosomatis. Sedangkan hypnosis adalah suatu
metode berkomunikasi verbal atau nonverbal yang persuasif dan sugestif kepada seorang klien sehingga ia menjadi kreatif berimajinasi dengan
emosional dan terbuka wawasan internalnya kemudian beraksi baik persetujuan maupun penolakan sesuai nilai system nilai atau nilai dasar
spiritual yang dimiliki.
7
Berkaitan dengan permasalahan di atas, maka penulis ingin melakukan penelitian mengenai metode hipnoterapi yang dapat diterapkan dalam
menanggulangi problematika kehidupan khususnya yang dialami oleh anak. Selama ini hipnotis masih dianggap magic dan gaib, oleh karena persepsi
masyarakat yang menilai bahwa hipnotis adalah alat untuk memperdaya orang.
Akan tetapi, pada kenyataannya hipnotis bisa digunakan untuk penyembuhan. Oleh sebab itu, penelitian mengenai metode hipnoterapi pada
Nugroho, Transformasi Diri: Memberdayakan Diri Melalui Hipnoterapy, h. 153.
xii penanganan anak phobia menjadi sesuatu yang menarik untuk dikaji secara
mendalam. Sehingga penulis bermaksud menuangkannya dalam sebuah karya
ilmiah skripsi dengan mengambil judul “Metode Hipnoterapi Pada Penanganan Anak Phobia Di TranzCare mampang Prapatan Jakarta
Selatan”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah