Identifikasi Klien Anak Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Hipnoterapi Pada

lxiii TEMUAN DAN ANALISA PENELITIAN

A. Identifikasi Klien Anak

75 No : I Nama : Dea Bukan nama sebenarnya 5 tahun Masalah : Phobia pergi ke dokter Awalnya dea menolak dan sering melarikan diri tiap kali diminta ibunya untuk menggosok gigi. Ibunya tidak menyangka, mengapa dea tidak mau menggosok gigi. Padahal sebelumnya dea paling rajin menggosok gigi. Ibunya mencoba membujuk dea dengan membelikan sikat gigi baru berwarna biru yang lucu sesuai dengan warna kesukaan dea. Tapi tiap kali disuruh menggosok gigi dea langsung menolak. Sampai akhirnya ibunya tahu kalau dea sakit gigi dan kemudian ibunya membawa dea ke dokter gigi. Akan tetapi, baru selesai daftar dea sudah merengek minta pulang, begitu juga saat dea diperiksa, dea menolak membuka mulutnya bahkan sampai menangis tersedu- sedu. No : II Nama : Icha Bukan nama sebenarnya 7 tahun Masalah : Phobia gelap Setiap malam icha selalu minta sama ibunya untuk menyalakan semua lampu yang ada di rumahnya, bahkan kamar mandi yang digunakan pun harus ada lampunya. Icha tidak mau rumahnya gelap, karena ia sangat takut gelap. 75 Sumber data didapat dari dokomen TranzCare lxiv “kalo gelap icha ga bisa ngapa-ngapain” ujarnya. Makanya setiap mati lampu icha langsung menjerit ketakutan dan menangis. No : III Nama : Lisa Bukan nama sebenarnya 4 tahun Masalah : Phobia hantu Tiap ada tayangan film hantu lisa menjerit ketakutan, kadang- kadang menutup matanya. Setelah tayangan film selesai, lisa pergi ke kamarnya untuk tidur. Namun, tak lama kemudian lisa berlari sambil menjerit ke kamar orangtuanya. Lisa bilang kalau di lemari bajunya ada hantu yang setiap saat bisa keluar, lalu lisa melihat ada sesuatu yang melambai kearahnya.

B. Temuan Penelitian Metode Hipnoterapi pada Penanganan Anak Phobia

Pikiran bawah sadar manusia menyimpan misteri yang luar biasa. Banyak hal yang menyangkut manusia bersumber dari berbagai data dan nilai yang tersimpan di pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak saja terkait dengan perilaku dan mental, tetapi lebih jauh lagi pikiran bawah sadar dapat merubah metabolisme, mempercepat penyembuhan, atau bahkan memperburuk suatu kondisi penyakit. Dalam kehidupan riel, manusia berhubungan dengan dunia luar melalui data yang terdiri dari 1. Visual pandangan 2. Audio suara 3. Kinestetik rasa 4. Gustatori rasa pengecapan 5. Olfaktori bau. 76 Secara sederhana panca indera adalah kunci pintu masuk alam bawah sadar dalam diri seseorang. 76 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxv Hipnotherapi adalah suatu metode dimana klien dibimbing untuk melakukan relaksasi, setelah kondisi relaksasi dalam ini tercapai maka secara alamiah gerbang pikiran bawah sadar seseorang akan terbuka lebar, sehingga yang bersangkutan cenderung lebih mudah untuk menerima sugesti penyembuhan yang diberikan. 77 Selama penelitian, penulis kesulitan bertemu secara langsung dengan Pak Yan Nurindra dikarenakan beliau sedang menjalani tugas di luar kota selama beberapa bulan, namun beliau mempercayakan kepada asisten pribadinya sekaligus sebagai Direktur dan penanggung jawab bernama Sidney Panjiagung untuk memandu penulis dalam penelitian ini. Akan tetapi, semua wawancara yang penulis ajukan kepada beliau disampaikan melalui asisten pribadinya sendiri. Secara konvensional, hipnotherapi dapat diterapkan kepada mereka yang memenuhi persyaratan dasar, yaitu: 1 bersedia dengan sukarela, 2 memiliki kemampuan untuk fokus, 3 memahami komunikasi verbal, 78 4 ada kemauan dan motivasi dari klien. 79 Adapun tahapan-tahapan penanganan yang ditangani TranzCare secara umum sebagai berikut:

1. Konsultasi

Sebelum treatment program, maka terlebih dahulu dilakukan Pra- Treatment, berupa konsultasi dan analisa dari permasalahan klien, termasuk beberapa test untuk menentukan apakah metode TranzCare 77 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 78 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 79 Wawancara Pribadi dengan Sidney panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. lxvi sesuai dan dapat menyelesaikan permasalahan dari klien. Tahap konsultasi ini berlangsung sekitar 30 Menit - 45 Menit. 80 Jika metode TranzCare dianggap tidak sesuai dengan klien maka penanganan dihentikan, sedangkan jika metode TranzCare dianggap sesuai, maka klien akan diberikan rencana program. Program dapat berupa paket atau satuan.

2. Treatment

Treatment akan berlangsung dalam bentuk Session, dimana setiap Session akan berkisar 90 Menit - 120 Menit, tergantung dari kasus. 81 Pada awalnya memang klien sebelum memasuki kondisi trance melakukan relaksasi terlebih dahulu agar pikirannya menjadi rileks dengan membayangkan hal-hal yang menyenangkan. 82 Adapun penjelasan terperincinya dilakukan dengan Pra-induksi, kemudian Induksi, lalu proses Dept Level Test dan sugesti, dan terakhir adalah terminasi. 83 Pra- induksi 84 dimana merupakan suatu proses untuk mempersiapkan suatu situasi dan kondisi yang bersifat kondusif antara seorang Hypnosis dan klien. Agar proses Pra-induksi berlangsung dengan baik, maka sebelumnya terapis harus dapat mengenali aspek-aspek psikologis dari si anak, antara 80 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 81 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung,, Jakarta, 20 Februari 2009. 82 Sumber data. Pengamatan langsung penulis, Jakarta, 04 November 2008. 83 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera,, Jakarta, 25 Februari 2009. 84 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net. lxvii lain : hal yang diminati, hal yang tidak diminati, apa yang diketahui orangtua anak tentang Hypnosis, dan seterusnya. Pra-induksi dapat berupa percakapan ringan, saling berkenalan, serta hal-hal lain yang bersifat mendekatkan seorang terapis secara mental dengan anak. Pra-induksi merupakan tahapan yang bersifat kritis. Seringkali kegagalan proses hypnosis diawali dari proses Pra-induksi yang tidak tepat. Langkah berikutnya adalah Induksi. 85 Merupakan kunci utama dalam proses hypnosis, karena proses inilah yang akan membawa si anak dari kondisi beta ke kondisi alpha bahkan teta dengan kondisi sepenuhnya di bawah kendali seorang terapis. Bagian utama dari induksi adalah “kalimat kunci” dari seorang terapis, ketika memerintahkan seorang anak untuk tidur, di mana selanjutnya terapis akan mengambil alih kendali atas bawah sadar si anak. Secara utuh, proses induksi terdiri dari 3 bagian, yaitu: Relaksasi, adalah proses untuk mengurangi keaktifan gelombang otak si anak High Beta to Low Beta . Induksi ini adalah proses untuk membawa klien ke gelombang otak Alpha, untuk selanjutnya siap disugesti dengan “kalimat kunci”. kemudian deepening dimana klien di bawa ke trance level, yakni tingkat yang lebih dalam ke kondisi gelombang teta. 85 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net. lxviii Selanjutnya, sampailah pada proses Dept Level Test. 86 Seringkali diistilahkan dengan trance level test atau pengujian tingkat kedalaman tidur hypnosis si anak. Akan tetapi, bagi seorang hipnotis panggung perlu memperoleh seorang klien dengan tingkat kedalaman trance tertentu, minimal tingkat medium trance . Bagi seorang terapis, tingkat kedalaman trance akan berkaitan dengan efektivitas pengaruh sugesti terapi yang akan diberikan kepada anak. 87 Depth Level Test dilakukan dengan cara memberikan perintah sederhana yang berlawanan dengan logika kesadaran biasa Conscious. Jika tingkat kedalaman trance yang dimaksud belum dicapai, maka terapis harus melakukan induksi kembali. Biasanya diikuti dengan sugesti yang bersifat provokatif untuk dapat mencapai tingkat trance yang dalam. Kemudian menginjak pada langkah Sugesti. 88 Dimana tahapan inti dari maksud dan tujuan proses hypnosis. Pada tahapan ini seorang terapis mulai dapat memasukkan kalimat-kalimat sugesti ke bawah sadar anak. Setelah itu, menuju tahapan Post Hypnotic Suggestion. Yakni, suatu Sugesti yang bekerja walaupun seorang telah berada dalam kondisi pasca- hipnosis normal. Post Hypnotic Suggestion merupakan hal penting yang mendasari proses penyembuhan dalam terapi. 86 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net. 87 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 88 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net. lxix Apabila terapis ingin mengendalikan si anak, ia bisa menggunakan simbol bunyi atau tindakan. Inilah yang disebut Anchor, yakni sugesti berupa simbol-simbol yang akan menghasilkan reaksi pemikiran, emosional, atau perilaku tertentu disebut juga dengan Anchor. Inilah yang sering dipraktikan Romy Rafael di televisi atau dikenal dengan istilah proses Programming. Dimana terapis memprogram pemberian sugesti, misalnya “jika kamu melihat kecoa yang kamu takuti, maka kamu dapat menganggap bahwa itu adalah mainan yang menyenangkan…..” 89 Tahap paling akhir adalah Terminasi, 90 yakni suatu tahapan untuk mengakhiri proses hypnosis. Konsep terminasi adalah agar seorang klien tidak mengalami kejutan psikologis ketika terbangun dari tidur hipnotis. Standar dari proses terminasi adalah membangun sugesti positif yang akan membuat tubuh si anak lebih segar dan relaks, kemudian diikuti dengan regresi beberapa detik untuk membawa klien ke kondisi normal kembali. Dari penjelasan di atas, dapat dipahami bahwa hypnosis membutuhkan kerjasama yang baik antara si anak dengan terapis. 91 Bahkan dapat dikatakan bahwa anak memegang peranan utama. Adapun sebagai tambahan, tahapan-tahapan secara khusus untuk anak dalam proses hipnoterapi 92 melalui pendekatan-pendekatan dibawah ini: a. Restrukturisasi kognitif 89 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 90 Yan Nurindera, “Ramai-ramai Belajar Hipnotis” di akses pada tanggal 02 April 2008 dari http:www.hipnotis.net. 91 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 92 A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada tanggal 15 juni 2008 dari http:www.nakita.com. lxx Pada proses ini anak dapat mengeksplorasi pikiran, pengalaman, dan berbagai gangguan yang dialami. b. Abreaksi, katarsis, desentisisasi Melalui proses pelepasan emosi, anak diharapkan mampu menyusun kembali formulasi ketegangan, hambatan, dan ketakutannya secara bertahap. c. Modifikasi gejala Anak diajarkan melakukan teknik relaksasi yang dapat mengurangi bahkan menghilangkan gangguan. Dengan demikian anak akan memiliki kontrol bila gangguan tersebut muncul dalam situasi nyata. d. Pendidikan dan rehabilitasi Setelah melalui rangkaian proses tersebut, anak punya keterampilan baru, bahkan konsep percaya diri yang lebih tinggi. Pada dasarnya, teknik hypnosis mempergunakan seni komunikasi verbal dan non verbal yang sangat persuasif, sehingga pada umumnya hipnosis diterapkan kepada mereka yang sudah memahami komunikasi. Oleh karena hypnosis formal hanya efektif untuk anak yang telah berusia minimal sekitar 7-8 tahun. 93 Untuk anak-anak balita sebaiknya dipergunakan hypnosis informal atau komunikasi yang berpola hipnotis. Hipnotis informal merupakan teknik komunikasi yang berpola khusus, sehingga tidak secara otomatis setiap orang dapat menguasainya. Dimana teknik ini sangat sederhana untuk “memasukkan” sugesti ke anak 93 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxi balita, dan teknik ini relatif dapat dilakukan oleh setiap orang tua hipnoparenting. Pada bab sebelumnya, penulis sudah memaparkan gelombang otak sebelumnya dimana terdapat 4 wilayah utama gelombang otak, yaitu : beta kondisi aktif, alpha kondisi tenang dan fokus, teta kondisi sangat tenang, dan delta kondisi tidur. Kondisi hypnosis yang dalam deep trance setara dengan kondisi gelombang teta. Teknik hypnosis adalah seni untuk membawa seseorang dari kondisi aktif Beta ke kondisi tenang alpha teta. Kondisi teta adalah kondisi dimana pikiran sadar tidak aktif, dan pikiran bawah sadar bersifat mudah menerima saran dan sugesti dari luar. Kondisi delta adalah kondisi dimana pikiran bawah sadar tidak aktif, tetapi pikiran bawah sadar tidak merespon. Berdasarkan penjelasan di atas, maka ketika manusia menjelang tidur, yang terjadi adalah penurunan gelombang otak yang menyebabkan terjadinya perpindahan area, yaitu dari beta, turun ke alpha, kemudian turun lagi ke teta, dan akhirnya memasuki tidur sempurna yaitu delta. Hal ini juga berlaku bagi anak-anak. Berdasarkan prinsip bahwa proses tidur adalah proses perpindahan gelombang otak, maka sugesti dapat dimasukkan ketika gelombang otak diperkirakan sudah mulai menyentuh teta, tetapi belum memasuki delta. Secara praktis, sugesti untuk anak dapat mulai diucapkan ketika anak mulai tertidur, karena tidur diawal ini belumlah tidur sempurna delta melainkan suatu kondisi dimana pikiran bawah sadar memiliki sifat paling reseptif teta. lxxii Walaupun kondisi teta belum merupakan tidur yang sempurna akan tetapi bagi klien anak, tidur ini tetap dirasakan sebagai tidur sempurna, sehingga kemungkinan anak tidak akan mendengarkan sugesti yang diberikan, tetapi sugesti ini justru didengarkan dengan baik oleh pikiran bawah sadar mereka, sehingga berproses kepada perubahan perilaku sesuai dengan yang diinginkan. 94 Jika tepat ketika anak baru mulai tertidur atau sudah mulai tidak merespon suara luar, maka terapis dapat mulai mengucapkan kalimat- kalimat sugesti, dilakukan sekitar 15 menit secara berkesinambungan. 95 Hal ini penting, karena jika sugesti sempat terhenti beberapa menit, maka anak akan “meluncur” memasuki gelombang delta atau gelombang tidur alamiah. Fenomena ini sebenarnya sudah sering dialami anak dimanapun juga, yaitu mereka mudah mengingat dongeng menjelang tidur, walaupun mungkin ketika dongeng ini baru dibacakan, mereka sudah tertidur dengan pulas. 96 Hal ini menunjukkan bahwa dongeng tersebut justru didengarkan oleh pikiran bawah sadar, sehingga menjadi ingatan yang sangat kuat. Berdasarkan pemahaman sederhana di atas, proses hipnotherapi dilakukan dengan cara yang sangat sederhana, yaitu memberikan sugesti pada saat anak dalam kondisi setengah tidur alpha-teta. Sugesti yang diberikan adalah sugesti yang kiranya mengarah pada kondisi atau perubahan-perubahan yang diinginkan dari perilaku yang terhambat pada diri si anak. 94 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 95 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 96 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxiii Dengan kesabaran, pengulangan-pengulangan terus-menerus, maka pikiran bawah sadar anak akan mencerna dan selanjutnya akan membentuk nilai baru, bahkan perilaku baru. 97 Pikiran bawah sadar mempunyai sifat netral dan cenderung memahami sesuatu yang diulang-ulang. Sebagai informasi tambahan, teknik ini bahkan telah dikembangkan secara lebih baik dengan membuat rekaman suara yang dapat diputar kembali pada saat anak menjelang tidur, sehingga proses menjadi lebih mudah, dan intensitas menjadi lebih tinggi. 98 Teknik di atas juga dapat diterapkan pada anak penderita autis, seperti pada beberapa peserta pada kelas pelatihan hipnotherapi yang diadakan Pak Yan Nurindra yakni para orang tua yang memiliki anak penderita autis. Terapi ini adalah sebagai pendamping supplementary disamping metode medis yang tetap harus diberikan. 99 Hipnoterapi efektif untuk anak-anak yang sudah mampu berpikir abstrak, yaitu berusia 10-11 tahun. Namun tidak tertutup kemungkinan diterapkan pada anak-anak usia di bawahnya asalkan sudah mampu berpikir abstrak. 100 Kemampuan ini menjadi syarat penting karena tanpa kemampuan berpikir abstrak, terapi ini tidak bisa dijalankan. Hipnoterapi menekankan peran aktif anak untuk menjelajah pikiran, perasaan, dan perbuatannya dalam sebuah proses internal dengan menampilkan imajinasi bebas terhadap dirinya. Proses ini ditujukan untuk memperoleh pencerahan dan pemahaman. Dua hal ini sangat berperan 97 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 98 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 99 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 100 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxiv dalam upaya modifikasi perilaku secara langsung, termasuk perhatian untuk menghilangkan atau mengalihkan gangguan. 101 Pada dasarnya, Yan Nurindra ketika memberikan hipnoterapi pada anak yang pernah beliau tangani, tekniknya sama saja dengan hipnoterapi pada orang dewasa hanya perbedaannya pada teknik pra-induksi dan waktu yang dibutuhkan seperti yang sudah penulis paparkan. 102 Akan tetapi jika dirasa perlu, ada beberapa teknik khusus sebagai tambahan jikalau teknik di atas tidak berhasil atau si anak sulit untuk memasuki kondisi trance. Sebagai gambaran, berikut teknik tambahan 103 yang digunakan dalam proses hipnoterapi untuk anak: a. Teknik arm-weight Anak diminta untuk menutup mata dan mengulurkan tangannya sejauh mungkin di depan tubuh. Kemudian membayangkan dirinya sedang memegang sebuah tas yang berisi dua buah batu bata, dan tangan satunya diikat dengan balon berwarna cerah yang diisi helium. Bila dalam tas itu ditambahkan dua buah batu bata, maka beratnya menjadi bertambah sehingga terasa berat dan tangannya terkulai ke bawah. Setelah itu, anak diminta untuk konsentrasi lagi dan mengibaskan kedua tangannya sehingga balon maupun tas yang berisi batu bata terlepas. b. Teknik hand sculpture 101 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 102 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. 103 A. Kasandravati, “Masalah dengan Hipnoterapi”, artikel diakses pada 15 Juni 2008 dari http:www.nakita.com lxxv Anak diminta berkonsentrasi dan mengulurkan kedua tangan di pangkuan sehingga jari-jemarinya bertaut dengan membayangkan sedang memandang sesuatu yang indah. Semakin indah, semakin erat jari-jemarinya bertaut sehingga sulit dilepaskan. Setelah itu, lemaskan otot dan biarkan jari-jemari terlepas, namun kenangan indah tersebut tetap ada. c. Teknik umbrella Anak diminta membayangkan seolah-olah sedang berjalan di bawah hujan lebat sambil membawa payung. Semakin keras angin menerpa, payung makin terangkat ke atas, bahkan tubuhnya pun ikut terangkat. Setelah itu biarkan payung lepas dan anak diminta membuka matanya kembali. d. Teknik sway Terapis berusaha membuat efek bandul dengan cara menggerakkan tubuh anak ke kiri-kanan, depan-belakang. Untuk memasukkan sugesti pada anak, ada beberapa kriteria dalam mengucapkan kata-kata, 104 yakni: 1 Kata-kata dan kalimatnya konkret, sederhana dan jelas maksudnya. 2 Bahasanya yang mudah dipahami. 3 Disertai ekspresi positif sekaligus menghindari ekspresi negatif. 4 Sedapat mungkin hindari kata coba. 5 Mengintegrasikan saran dengan tanda-tanda tertentu. 6 Mengaitkan respons yang diinginkan dengan akibat positif. 104 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxvi 7 Menggunakan sugesti langsung dan tidak langsung. 8 Mengulang-ulang sugesti yang ingin dimasukkan. 9 Mengidentifikasikan tanda untuk status kesadaran hipnotik. 10 Menggunakan imajinasi atau pengalaman. Dari pemaparan di atas dapat disimpulkan mengenai pelaksanaan metode hipnoterapi bahwa dalam memilih cara untuk menangani phobia pada anak, selalu harus dibedakan antara phobia yang biasa, yang mudah hilang dengan suatu cara penanganan, dengan phobia yang lebih ruwet dan majemuk karena merupakan suatu penyaluran dari pertentangan- pertentangan di dalam dirinya. Dalam hal ini keadaan sekolah dan lingkungan keluarga anak perlu diteliti dan diikutsertakan dalam usaha untuk menghilangkan phobia itu. Mungkin sekali lingkungan sekolah ataupun keluarga telah turut mengambil bagian dalam terbentuknya rasa phobia tersebut. Hal ini yang diperlukan dalam latar belakang si anak atau pra-induksi dalam proses hipnoterapi pada anak. Menghilangkan suatu phobia pada anak dalam proses hipnoterapi diawali dengan menghubungkan peristiwa yang menimbulkan phobia itu dengan sesuatu hal yang menyenangkan anak. Dengan harapan bahwa perasaan senang terhadap hal satunya akan menutupi peristiwa yang membangkitkan phobianya. Dengan memberi kesempatan kepada anak supaya berkenalan terlebih dahulu tahap induksi dengan peristiwa yang menakutkan secara tahap demi tahap diperlihatkan kepada anak. Lalu kemudian diberikan lxxvii dengan tahapan-tahapan hipnoterapi yakni pemberian sugesti sampai dengan terminasi. 105 Setelah itu, apabila anak sudah mengerti hubungan antara phobia dan suatu kejadian yang menimbulkan ketakutan itu, maka anak boleh diajak mengalami kembali kejadian yang semulanya telah membangkitkan rasa takut anak. Misalnya anak yang pernah tergelincir di kamar mandi karena licin, sehingga phobia untuk mandi di kamar mandi tersebut. Peristiwa tersebut harus persiapkan dengan baik, supaya anak tidak lagi merasakan peristiwa yang mirip keadaan yang dulu dialami. Pada dasarnya anak harus dapat merasakan perasaan aman dan tenteram, yang didapatkan dari sikap orang dewasa atau terapis yang mengajak anak tersebut dengan sikap yang tenang, aman dan meyakinkan. Anak mengulangi beberapa kali terjadi peristiwa tersebut atau memasuki keadaan yang telah membangkitkan phobia dengan didampingi terapis yang memberikan perasaan aman tenteram, sampai ia dapat mengalaminya tanpa perasaan tergoncang. Setelah proses terapi selesai, orang tua kemudian biasanya diberikan edukasi berupa teknik-teknik terapi hypnosis tertentu yang nantinya dipergunakan untuk membantu pasca hipnoterapi agar phobia yang dialami anak benar-benar bisa dihilangkan. 106

C. Faktor Pendukung dan Penghambat Metode Hipnoterapi Pada

Penanganan Anak Phobia 105 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 106 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxviii Menurut Pak Yan, selama si anak bisa berkomunikasi dengan baik dan bisa untuk fokus serta tidak ada hambatan dalam bahasa, maka terapi akan berjalan dengan lancar. Akan tetapi, permasalahan utama adalah terkadang anak memiliki ketidakmampuan untuk fokus dalam waktu tertentu saat proses hipnotherapi, sehingga terapis mengalami kesulitan untuk membimbing anak yang mengalami phobia untuk memasuki relaksasi atau imajinasi. 107 Pada hipnotherapi hal ini dapat dilakukan dengan teknik-teknik khusus seperti sesuatu yang disukai si anak berupa dongeng ataupun bermain sehingga anak merasa lelah dan kemudian tertidur dimana dapat membuka gerbang bawah sadar si anak, akan tetapi tetap saja membutuhkan waktu yang sangat lama, dan dibutuhkan pengulangan-pengulangan, serta penanganan yang penuh kesabaran. 108 Sebaliknya, keberhasilan tidak lepas dari faktor si anak yakni ketika si anak bisa berkomunikasi dengan terapis maka alam bawah sadarnya bisa disentuh dengan sugesti yang positif. 109 Keberhasilan praktik hipnoterapi adalah ketika klien sudah berada pada situasi deep trance. Namun, untuk mencapat tingkat ini, ada faktor yang mempengaruhinya. Yakni, kondisi psikologis Kejiwaan klien, tingkat keaktifan berpikir klien, suasana dan kondisi lingkungan, ketrampilan seorang hypnotist, waktu, serta tingkat kepercayaan klien terhadap seorang hypnotist. 107 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 108 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 109 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. lxxix dan jika salah satu faktor tidak lengkap kemungkinan proses hipnoterapi tidak akan berjalan dengan lancar dan berhasil. 110 Ada beberapa kunci keefektifan dari hipnoterapi. Pertama, terapis. 111 Banyak orang yang mengaku hipnoterapis ternyata hanya menguasai teknik terapi posthypnotic suggestion and imagery. Teknik ini yang digunakan oleh stage hypnotist hipnosis panggung dalam melakukan pertunjukan. Mungkin mereka, para hipnoterapis ini, merasa bahwa kalau dengan sugesti saja bisa membuat subjek hypnosis melakukan apa yang disugestikan, misalnya tidak bisa jalan, lupa nama, kehilangan suatu angka, bahkan sampai mengalami halusinasi, maka prinsip yang sama bisa diterapkan untuk menerapi klien yang bermasalah. Terapi dengan sugesti bukannya tidak ampuh. Teknik ini tetap sangat ampuh namun harus memperhatikan kondisi klien. Kasus ringan misalnya berhenti merokok, kurang percaya diri, kebiasaan menggigit jari, meningkatkan prestasi akademik, atau kecemasan ringan bisa sangat terbantu dengan menggunakan sugesti. 112 Namun kalau untuk kasus berat seperti trauma akibat pelecehan seksual, konflik diri, perasaan dendam, kebencian yang hebat pada seseorang, penolakan diri akibat kehamilan yang tidak diinginkan, proses pendidikan yang salah, atau pengalaman traumatik lainnya yang berisi muatan emosi 110 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 111 Wawancara Pribadi dengan Yan Nurindera, Jakarta, 25 Februari 2009. 112 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. lxxx negatif yang tinggi, maka harus digunakan teknik terapi yang lebih maju dari yang lain. 113 Satu hal lagi yang cukup memprihatinkan adalah banyak orang yang hanya dengan membaca buku hipnosis atau hipnoterapi, atau mengikuti kursus hipnoterapi singkat, singkat maksudnya hanya dalam beberapa hari, setelah itu berani praktik, terima klien, dan yang lebih hebat lagi berani buka klinik hipnoterapi dan tidak punya sertifikasi. 114 Dari pernyataan di atas, penulis menyarankan perlu hati-hati dan selektif untuk memilih hipnoterapis. Mengapa? Karena yang diotak-atik adalah pikiran. Kalau salah penanganan maka bisa sangat berbahaya. Dan diusahakan terapis yang menangani langsung hipnoterapi ini adalah terapis yang berlisensi. Kedua, Klien. 115 Saat klien mendaftar, mereka akan ditanya mengenai keluhan masing-masing. Lalu, pada sesi awal, klien akan berbincang-bincang singkat dengan hipnoterapis yang menanganinya. Dengan demikian terapis akan mengetahui pola pikir klien, sekaligus merasakan adanya chemistry dan koneksi serta mengetahui latar belakang permasalahan klien. Menurut Mukti, umumnya hipnosis gagal dilakukan kepada orang yang tak bisa menyugesti dirinya sendiri. Pasalnya, dasar hipnosis adalah sugesti diri. Selain itu, menurut Nugroho, hypnosis tidak akan memberikan hasil instan bak sulap. Dibutuhkan waktu juga kemauan si klien untuk berubah. Dan 113 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. 114 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, 20 Februari 2009. 115 Wawancara Pribadi dengan Sidney Panjiagung, Jakarta, 20 Februari 2009. lxxxi menurut Yan Nurindra hypnosis akan mengalami kegagalan jika dalam proses pra-induksi tidak tepat. 116 Karena itu, proses wawancara sebelum sesi hypnosis penting untuk dilakukan. Perlu diketahui motivasi klien, dengan hipnosis bisa dilakukan jika klien mau melakukannya, bukan karena paksaan dari orang lain.

D. Kelebihan dan Kelemahan Metode Hipnoterapi

Dokumen yang terkait

Pengaruh Motivasi Siswa Terhadap Prestasi Belajar Pada Bidang Studi Aqidah Akhlak : studi kasus kelas II madrasah tsanawiyah negeri(mtsn)1 pela mampang prapatan jakarta selatan

2 11 76

Korelasi minat belajar al-Qur'an Hadis dengan prestasi belajar siswa MTS al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan

0 3 108

Pengaruh pengawasan orang tua terhadap pendidikan akhlak anak di MTs Sa'adatuddarain Mapang Jakarta selatan: studi kasus di MtS Sa'adtudarain Mampang Jakarta Selatan

0 15 84

Analisis Pengaruh Motivasi dan Tingkat Pendidikan Distributor MLM terhadap Kepatuhan Pajak (Studi Kasus pada Distributor MLM di Wilayah Mampang Prapatan, Jakarta Selatan)

1 19 119

Pola komunikasi antara guru dan murid dalam kegiatan ekstra kurikuler di Panti Asuhan Yatim Piatu Al-Andalusia Mampang Prapatan Jakarta Selatan

1 27 63

Peningkatan keterampilan membaca melalui penerapan metode SQ3R pada mata pelajaran Bahasa Indonesia siswa kelas V MI Al-Khairiyah Mampang Prapatan Jakarta Selatan Tahun pelajaran 2013-2014

0 18 111

Identifikasi Bakteri Escherichia coli pada Susu Sapi Segar dan Susu Sapi Cair Kemasan Ultra High Temperature (UHT) di Kecamatan Mampang Prapatan Tahun 2015

1 21 107

Aktivitas ekonomi rumahtangga pengusaha dan pekerja industri kecil tahu di Kelurahan Kuningan Barat, Kecamatan Mampang Prapatan, Jakarta Selatan

0 5 197

Hubungan Antara Perhatian Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pendidikan Kewarganegaraan Siswa Kelas V SDN 05 Pagi Mampang Prapatan Jakarta Selatan

0 3 106

POTENSI PENGEMBANGAN TEKNOLOGI ROOF GARDEN DI KAWASAN MAMPANG PRAPATAN DAN SEKITARNYA, JAKARTA SELATAN (Development Potential of Roof Garden Technology in Mampang Prapatan Area and Surroundings, South Jakarta) | Kinasih | Jurnal Manusia dan Lingkungan 184

0 0 10