a. Penyediaan jasa publik oleh instansi pemerintah yang sebagian atau
seluruh dananya bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara danatau anggaran pendapatan dan belanja daerah;
b. Penyediaan jasa publik oleh suatu badan usaha yang modal
pendiriannya sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara danatau kekayaan daerah yang dipisahkan; dan
c. Penyediaan jasa publik yang pembiayaannya tidak bersumber dari
anggaran pendapatan dan belanja negara atau anggaran pendapatan dan belanja daerah atau badan usaha yang modal pendiriannya
sebagian atau seluruhnya bersumber dari kekayaan negara danatau kekayaan daerah yang dipisahkan, tetapi ketersediaannya menjadi
misi negara yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan.
Ayat 5 : Pelayanan publik sebagaimana dimaksud dalam ayat 1
harus memenuhi skala kegiatan yang didasarkan pada ukuran besaran biaya tertentu yang digunakan dan jaringan yang dimiliki dalam kegiatan pelayanan
publik untuk dikategorikan sebagai penyelenggara pelayanan publik.
Ayat 6 : Ruang lingkup sebagaimana dimaksud pada ayat 5 diatur
lebih lanjut dalam peraturan pemerintah.
Ayat 7 : Pelayanan administratif sebagaimana dimaksud pada ayat
1 meliputi :
a. Tindakan administratif pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan
diatur dalam peraturan perundang-undangan dalam rangka mewujudkan perlindungan pribadi, keluarga, kehormatan, martabat,
dan harta benda warga negara; b.
Tindakan adminstratif oleh instansi non pemerintah yang diwajibkan oleh negara dan diatur dalam peraturan perundang-
undangan serta diterapkan berdasarkan perjanjian dengan penerima pelayanan.
3. Peran Pemerintah Terhadap Pelayanan Publik Daerah
Pemerintah adalah segenap alat perlengkapan negara atau lembaga- lembaga kenegaraan yang berfungsi sebagai alat untuk mencapai tujuan
negara.
30
Pemerintah juga dapat didefinisikan sebagai organisasi yang memiliki kekuasaan untuk membuat dan menerapkan hukum serta undang-
undang di wilayah tertentu.
31
Maka dapat diberi simpulan bahwa pemerintah merupakan alat negara yang mempunyai kewenangan membuat dan
menerapkan hukum atau undang-undang guna mencapai tujuan negara.
30
Taliziduhu Ndraha, Budaya Organisasi, cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, h. 56
31
I. Nyoman Sumaryadi, Sosiologi Pemerintahan Dari Perspektif Pelayanan, Pemberdayaan, Interaksi, dan Sistem Kepemimpinan Pemerintahan Indonesia, cet.II, Bogor: Ghalia Indonesia, 2013,
h. 16
Pemerintah memiliki dua fungsi dasar,
32
yaitu fungsi primer atau fungsi pelayanan dan fungsi sekunder atau fungsi pemberdayaan. Fungsi
primer yaitu fungsi pemerintah sebagai provider jasa-jasa publik yang tidak diprivatisasikan termasuk jasa layanan civil dan layanan birokrasi. Sementara,
fungsi sekunder yaitu fungsi pemerintah sebagai provider kebutuhan dan tuntutan masyarakat akan barang dan jasa yang mereka tidak mampu penuhi
sendiri karena masih lemah dan tak berdaya, termasuk penyediaan dan pembangunan sarana dan prasarana.
Dalam konteks pemerintahan daerah, kebutuhan akan campur tangan pemerintah daerah dalam rangka pengaturan dan pelayanan publik sangat
diperlukan. Keterlibatan pemerintah dalam penyelenggaraan fungsi pelayanan semakin berkembang seiring dengan munculnya pandangan tentang falsafah
negara kesejahteraan Welfare State.
33
Prawirahardjo mengungkapkan bahwa semenjak dilaksanakannya cita- cita negara kesejahteraan, maka pemerintah semakin intensif melakukan
campur tangan terhadap interaksi kekuatan-kekuatan kemasyarakatan, dengan tujuan agar setiap warga negara dapat terjamin kepastian hidup minimalnya.
Oleh karena itu secara berangsur-angsur, fungsi awal dari pemerintahan yang
32
Taliziduhu Ndraha, Fungsi Pemerintahan, cet. I, Jakarta: IIP, 2004, h. 37
33
M.Busrizalti, Hukum Pemda, Otonomi Daerah dan Implikasinya, cet.I, Yogyakarta: Total Media, 2013, h. 144
bersifat represif, kemudian berkembang dengan fungsi-fungsi lainnya yang bersifat melayani.
34
Keterlibatan pemerintah daerah sebagai penyedia jasa pelayanan publik, dimaksudkan untuk melindungi dan memenuhi kepentingan
masyarakat. Hal ini sejalan dengan konsep ilmu pemerintahan modern, yang menyebutkan bahwa ilmu pemerintahan adalah ilmu yang mempelajari
bagaimana pemerintah bekerja memenuhi dan melindungi tuntutan yang diperintah, akan jasa publik dan layanan sipil dalam hubungan
pemerintahan.
35
Terdapat empat jenis kebijakan yang menuntut keterlibatan pemerintah yang berbeda, yaitu :
36
a Protective Regulatory Policy merupakan kebijakan yang
dimaksudkan untuk melindungi kelompok minoritas, rentan, miskin dan mereka yang terisolasi;
b Competitive Regulatory Policy, yaitu kebijakan yang
dimaksudkan untuk mendorong kompetisi antarpelaksana kebijakan guna mewujudkan efisiensi pelayanan publik.
34
Prawirohardjo, State of The Art dari Ilmu Pemerintahan, cet.I, Jakarta: Karya Dharma IIP, 1993, h. 8
35
M.Busrizalti, Hukum Pemda, Otonomi Daerah dan Implikasinya, cet.I, Yogyakarta: Total Media, 2013, h. 145
36
Randall B Rippley, Policy Analysis in Political Science, Chicago, Nelson-Hall, 1986 h. 47-48, sebagaimana dikutip dalam buku Lijan Poltak Sinambela, dkk, Reformasi Pelayanan Publik,
Teori, Kebijakan dan Implementasi, cet.V, Jakarta: PT Bumi Aksara, 2010, h. 15