kurangnya koordinasi antara petugas administrasi dengan petugas lainnya selaku pemegang progam pelayanan RSUD Leuwiliang.
21
Di sisi lain, masyarakat atau pasien menilai bahwa tak jarang beberapa petugas administrasi terutama di loket yang bekerja agak santai, sehingga
petugas administrasi terkesan mengulur-ulur waktu penyelesaian proses administrasi pelayanan kesehatan yang diberikan.
22
Berdasarkan pemaparan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa ketidaktepatan penyelesaian proses pelayanan administrasi, semata-mata
bukanlah berasal dari kelalaian petugas administrasi. Banyak faktor yang berpengaruh didalamnya. Sementara hal ini jarang diketahui oleh masyarakat
atau pasien. Oleh karena itu, penjelasan dari petugas administrasi atas keterlambatan penyelesaian proses administrasi pelayanan kesehatan mutlak
diperlukan agar masyarakat atau pasien lebih bijak dalam menghadapi kondisi tersebut
Namun demikian, petugas administrasi juga diharapkan untuk tidak memanfaatkan kebijaksanaan masyarakat dengan sengaja mengulur-ulur
waktu penyelesaian proses administrasi pelayanan kesehatan, karena kepuasan masyarakat merupakan tujuan utama dari pemberian pelayanan kesehatan
secara keseluruhan.
21
Wawancara Bambang, Kasubag Rekam Medik RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor, Bogor, 19 Februari 2014
22
Wawancara Marzuki, Wiraswasta, Bogor, 19 Februari 2014
Selanjutnya, diperlukan tindakan tegas yang harus diberikan oleh pihak rumah sakit kepada faktor-faktor penyebab keterlambatan penyelesaian
administrasi pelayanan kesehatan di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor. Sehingga efisiensi waktu dalam pelayanan kesehatan dapat terwujud.
C. Analisa Fungsi Pengawasan DPRD Kabupaten Bogor Terhadap Efisiensi
Administrasi Pelayanan Kesehatan Daerah di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor.
Pada dasarnya, fungsi pengawasan yang dimiliki oleh DPRD Kabupaten Bogor adalah untuk menunjang pelaksanaan fungsi-fungsi DPRD Kabupaten
Bogor lainnya, yaitu fungsi anggaran dan fungsi legislasi. Fungsi pengawasan ini diberlakukan terhadap kinerja Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor dalam
melaksanakan kebijakan yang telah ia buat. Dalam hal pengawasan terhadap efisiensi administrasi pelayanan
kesehatan di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor, merupakan suatu permasalahan yang sifatnya teknis. Dan pengawasan yang diberlakukan atas
pelaksanaannya cenderung kepada pengawasan internal yang dilakukan oleh inspektorat dibawah Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor.
23
Namun, bukan berarti pengaruh fungsi pengawasan DPRD Kabupaten Bogor terhadap hal tersebut menjadi tidak ada. Sebab, efisiensi administrasi
pelayanan kesehatan merupakan bagian dari kinerja Pemerintah Daerah
23
Wawancara pribadi dengan Dini, Staf administrasi Dinas Kesehatan Kabupaten Bogor, Bogor, 12 Febuari 2014
Kabupaten Bogor yang merupakan objek dari pelaksanaan fungsi pengawasan DPRD Kabupaten Bogor.
Menurut Bapak Hasanabe anggota Komisi D DPRD Kabupaten Bogor, penyebab utama keluhan masyarakat lebih cenderung kepada kurangnya
pengetahuan atas tipe rumah sakit yang ada di Kabupaten Bogor khususnya RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor. Masyarakat cenderung menuntut
pelayanan dan fasilitas yang sama bagi setiap rumah sakit yang ada di Kabupaten Bogor. Padahal, perlu diketahui tiap-tiap rumah sakit itu memiliki tipenya
sendiri.
24
Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Bogor Nomor 2 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Rumah Sakit Umum Daerah Leuwiliang Kelas C
, maka kemampuan RSUD Leuwiliang baik dari segi fasilitas maupun sumber daya manusia
karyawan itu sangatlah terbatas, hal ini disesuaikan dengan kategori RSUD Leuwiliang yang masih kelas C dan sumber pendanaan yang masih berasal dari
APBD Kabupaten Bogor. Jumlah pengguna jasa rumah sakit yang tidak sebanding dengan jumlah
petugas rumah sakit khususnya petugas administrasi pelayanan kesehatan, merupakan pangkal penyebab munculnya penilaian negatif terhadap efisiensi
administrasi pelayanan kesehatan di RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor.
24
Wawancara Hasanabe, Anggota Komisi D DPRD Kabupaten Bogor, Fraksi Partai Golongan Karya, Bogor, 14 Februari 2014
Di lain pihak, masyarakat tentu tidak banyak yang mengetahui kondisi tersebut, mulai dari tipe rumah sakit hingga pada keterbatasan jumlah petugas
rumah sakit. Yang masyarakat inginkan adalah kepuasan terhadap pelayanan yang diberikan, sehingga pihak rumah sakit dituntut untuk tetap memberikan
pelayanan prima meskipun dalam kondisi yang serba terbatas. Indikator pelayanan prima yang diberikan oleh pihak rumah sakit, dapat
terwujud apabila pihak rumah sakit sudah memberikan pelayanan yang tepat daya, tepat guna dan tepat waktu. Ketiga hal tersebut merupakan esensi dari
efisiensi dalam pemberian pelayanan kesehatan. Namun, hal ini tentu sulit tercapai apabila keterbatasan sumber daya manusia dan fasilitas belum dapat
ditanggulangi dengan baik oleh pihak rumah sakit. Sebagai bagian dari instansi daerah yang sumber pendanaannya berasal
dari anggaran pendapatan dan belanja daerah APBD Kabupaten Bogor, tentu pihak RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor tidak dapat dengan leluasa untuk
melakukan perubahan dalam rangka menanggulangi keterbatasan tersebut. Misalnya, untuk penambahan jumlah petugas administrasi yang
pelayanannya dikeluhkan oleh masyarakat atau pasien. Pihak RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor, harus terlebih dahulu mengajukan anggaran kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten Bogor, untuk kemudian dibahas bersama dengan DPRD Kabupaten Bogor. Begitu pun dalam hal penyelenggaraan pelatihan guna
peningkatan kualitas kompetensi petugas administrasi RSUD Leuwiliang Kabupaten Bogor. Dengan demikian, maka peranan DPRD Kabupaten Bogor