Produksi Teks Analisis Discourse Practice
mengucapkan selamat Natal. Seperti yang dituturkan oleh Redaktur Pelaksana Republika Online, M. Irwan Ariefyanto
“Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang
menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat tema berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan
tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam melainkan Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non
muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka.
Intinya kami mendukung toleransi umat beragama”.
3
Pemberitaan Republika Online tentang kontroversi ini, ditulis berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan
“Kita menugaskan reporter ke lapangan terus kita buat ceritacerita apa sih perbedaan antara Kristen yang dulu dengan yang sekarang dan juga
bagaimana sih sikap kita sebagai umat muslim terhadap umat Kristen? Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami sematamata hanya ingin
mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama
Kristen Romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal,
melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh
khalayak umat muslim di Indonesia”.
4
Republika Online sebagai institusi pers berideologikan Islam. Dalam menyikapi isu kontroversi ini yang terjadi di Indonesia, terlebih terjadinya
perbedaan pendapat antara MUI dan Mentri Agama RI yang sampai saat ini masih menimbulkan konflik
“Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilihmilih artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan
yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang
3
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
4
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
susah untuk diserasikan. Maka dari itu kontroversi ini masih terus berlanjut sampai saat ini”.
5
Namun, tanpa bermaksud mengabaikan presepsi Mentri Agama RI, secara pribadi Redaktur Pelaksana Republika Online lebih menerima fatwa MUI.
Ini dibuktikan melalui ucapan dari M. Irwan Ariefyanto “Saya lebih mendukung fatwa MUI, karena memang sudah ada di
dalam Al Qur‟an tentang laranganlarangan mengucapkan selamat Natal
kepada yang sedang merayakannya”.
6
Sehingga, di dalam menyikapi polemik ini, sikap masyarakat muslim di Indonesia harus kembali kepada keyakinan masingmasing pribadinya.
“Saya rasa tidak ada masalah, intinya kembali kepada diri kita masing
masing saja meyakininya seperti apa.”
7
Analisis Produksi Teks
Sejarah hadirnya Republika Online yang biasa disebut ROL muncul pertama kali di internet pada awal 1995 atau sekitar dua tahun setelah surat kabar
Republika terbit. Sebagai situs berita, pada saat itu, muatan ROL hanya menduplikasi materi beritaberita koran Republika secara lengkap. Tujuan utama
penerbitan versi internet adalah untuk melayani pembaca yang tidak terjangkau distribusi koran cetak dan untuk pembaca yang berada diluar negeri. Pada fase
berikutnya ROL secara bertahap mulai berkembang sesuai dengan kemajuan teknologi, khususnya teknologi informasi. Desain dan berbagai layanan web dan
materi beritanya pun lebih diperkaya. Sama seperti Harian Umum Republika, Republika Online lebih banyak
mengemas berita tentang keislaman tetapi hanya berbeda versi saja, Harian Umum
5
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
6
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
7
Ibid., M. Irwan Ariefyanto.
Republika lebih ke media cetak hanya saja Republika Online adalah institusi pers online berbasis Islam. Ini bisa dilihat dari pemberitaan yang dikosntruksi oleh
Republika Online tentang Kontroversi Ucapan Natal pada edisi 4 Januari 2013. Proses pemilihan tema pemberitaan kali ini memang melalui beberapa
tahapan dimulai dari terjadinya isuisu yang berkembang luas di masyarakat khususnya masyarakat Indonesia hingga ke mancanegara lalu Republika Online
berusaha meredamkan isu polemik yang terjadi di Indonesia ini dengan cara beropini sebagai warga Negara Indonesia dan Indonesia bukan Negara Islam
melainkan Negara demokrasi, maka kita muslim Indonesia harus bertoleransi kepada umat nonMuslim apalagi umat yang sedang merayakan hari raya
besarnya. Fakta bahwa Republika Online adalah institusi pers online bisa dilihat
pada proses produksi pengemasan pemberitaannya dengan cepat. Ini dilihat ketika reporter mencari berita di lapangan dan dengan mudah berita tersebut di upload
melalui newsroom, yang dimana newsroom tersebut memiliki fungsi penghubung antara reporter dengan redaktur. Jadinya, kecepatan berita itu tergantung dari
bagaimana si reporter itu sendiri menulis berita lalu mengirimkannya ke software yang bernama newsroom. Aktifitas redaksional yang ada di kantor Republika
Online hanya menerima berita yang telah di kirimkan oleh reporter tadi lalu di edit dan di upload ke website Republika Online sehingga khalayak pembaca dengan
mudah membaca dan menerima informasi baru yang bisa di akses kapan saja dan dimana saja khalayak berada dengan rana kecepatan pergantian headlinenya
perdetik.
Merujuk hasil wawancara dengan salah satu Redaksional Republika Online tentang terkaitnya berita kontroversi ucapan Natal, terkaitnya isu ini
Republika Online menegaskan bahwa tidak ada unsur memprovokasikan umat Nasrani melainkan hanya mendeskripsikan bahwa memberikan ucapan selamat
Natal kepada umat Nasrani itu tidak dilarang, tetapi hanya saja dalam memberikan ucapan tersebut, umat Muslim dianjurkan berhatihati dan harus ingat pada ajaran
Al Qur‟an dan Hadist.
Untuk itu, Republika Online harus dituntut untuk tampil adil dalam pengemasan pemberitaannya. Meskipun Republika Online adalah pers berbasis
Islam namun karena Republika Online instiusi yang terlahir di Indonesia, yang dimana Indonesia sekali lagi bukan merupakan Negara Islam yang mempunyai
keanekaragaman suku, budaya, agama dan bahasa maka dalam pemberitaan kontroversi ucapan Natal ini, Republika Online cenderung setuju atas
diperbolehkannya memberikan ucapan Natal dikarenakan bagian dari toleransi umat beragama khususnya menghargai pluralisme yang ada di Indonesia.
Namun bukan
berarti Republika
Online mendukung
penuh diperbolehkannya memberikan ucapan Natal. Ini dibuktikan melalui wawancara
dengan Redaktur Pelaksana di Republika Online yang dimana beliau tidak setuju umat muslim memberikan ucapan Natal karena ketatapan larangan itu sudah
tertera di Al Qur‟an dan Hadist. Bisa disimpulkan pada level makro Republika
Online sematamata tidak ingin memprovokasikan umat agama lain dan ingin lebih menjaga keharmonisan umat beragama tetapi pada level mikro Redaktur
Pelaksana tidak setuju dengan membolehkannya umat muslim memberikan
ucapan Natal karena larangan itu sudah tertera di Al Qur‟an dan Hadist. Untuk
itu, media massa bukanlah segalagalanya, dia tidak memiliki kebenaran mutlak dalam menyajikan suatu informasi yang dibungkus menjadi lebih menarik untuk
diminati publik. Sehingga segala bentuk pemberitaan dan penulisannya, baik secara personal maupun institusional, wajib dipertanggung jawabkan kepada
publik.