Konsep Berita LANDASAN TEORI

yang dipublikasikan kepada khalayak. Tidak ada pengertian khusus mengenai berita, namun ada beberapa pendapat yang mendefinisikan tentang apa itu berita. Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat membagi definisi berita berdasarkan wilayah kekuatan dunia, yakni berdasarkan pers Timur dan pers Barat. Dalam pers Timur, berita adalah suatu “proses”, proses yang ditentukan arahnya. Tidak didasarkan pada maksud untuk memuaskan nafsu „churiosity’ se gala sesuatu yang “luar biasa” dan “amazing”, melainkan pada keharusan ikut berusaha mengorganisasikan pembangunan dan pemeliharaan Negara sosial. Bahkan Lenin memberikan definisi berita sebagai “a collective organizer, a collective agitator, a collective propagandist”. 37 Sedangkan pers barat memandang berita itu sebagai “komoditi”, sebagai “barang dagangan” yang dapat diperjualbelikan. Oleh karena itu, sebagai barang dagangan ia harus “menarik”, seperti yang dikemukakan oleh Lord Nortchliffe bahwa “News is anything out of ordinary” berita adalah segala sesuatu yang tidak biasa. 38 Selain itu, banyak yang mendefinisikan tentang berita. Asep Saeful Muhtadi mengutip Bruce D. Itule dalam News Writing and Reporting mendefinisikan berita dengan mengungkapkan berita merupakan sesuatu yang memang belum pernah terjadi, atau belum pernah didengar sebelumnya. 39 37 Hikmat Kusumaningrat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik; Teori dan Praktek, Bandung: Rosda, 2005, hal. 32 38 Ibid, hal. 33 39 Asep Saeful Muhtadi, Jurnalistik : Pendekatan Teori dan Praktek, Jakarta: Logos, 1999, hal. 108 Sedangkan Sudirman Tebba menyatakan bahwa berita adalah jalan cerita tentang peristiwa. Ini berarti bahwa suatu berita setidaknya mengandung dua hal, yaitu peristiwa dan jalan cerita tanpa jalan cerita tidak dapat disebut berita. 40 Paul De Massener dalam buku Here’s The News: Unesco Associete yang dikutip oleh AS Haris Sumadira, menyatakan bahwa news atau berita adalah sebuah informasi yang penting dan menarik serta minat khalayak pendengar. Juga menurut Charnley dan James M. Neal menjabarkan bahwa berita adalah laporan tentang suatu peristiwa, opini, kecenderungan, situasi, kondisi, interpretasi yang penting, menarik, masih baru dan harus secepatnya disampaikan kepada khalayak. 41 2. Nilai Berita Menurut Zaenuddin HM, sesuatu bisa disebut sebagai berita jika memandang nilai­nilai beritajurnalistik, yakni: aktual, penting, berdampak, kedekatan, luarbiasa, konflik, ketegangandrama, tragis, ketokohan, seks, dan humor.  Aktual. Wartawan memilih sesuatu, baik peristiwa maupun pernyataan yang benar­benar baru terjadi sebagai berita.  Penting. Wartawan memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap penting terutama untuk diketahui khalayak pembaca dan pemirsa. 40 Sudirman Tebba, Jurnalistik Baru, Jakarta: Klam Indonesia, 2005, hal. 55 41 AS Haris Sumadira, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung: Remaja Rosdakarya, cet. Kedua, 2006, hal. 64  Berdampak. Wartawan juga memilih sesuatu atau peristiwa sebagai berita karena dianggap mempunyai dampak atau akibat yang ditimbulkannya bagi masyarakat, baik negatif maupun positif.  Kedekatan. Wartawan memilih sesuatu sebagai berita karena sesuatu itu secara geografis dekat dengan khalayak pembaca atau pemirsanya. Karena nilai kedekatannya, khalayak merasa tertarik untuk mengetahuinya.  Luar biasa. Wartawan juga memilih sesuatu sebagai berita karena itu luar biasa.  Konflik. Wartawan memilih peristiwa sebagai berita karena di dalamnya terdapat konflik, baik fisik maupun emosional.  KeteganganDrama. Wartawan juga memilih peristiwa yang mengandung ketegangan sebagai berita.  Tragis. Tragisme mengandung nilai jurnalistik yang tinggi karena melibatkan emosional dan nurani kemanusiaan.  Ketokohan. Wartawan juga memiliki sesuatu atau peristiwa karena terkait dengan tokoh atau orang terkenal.  Seks. Wartawan juga sangat tertarik memberitakan peristiwa yang mengandung seks karena nilai jurnalistiknya cukup tinggi.  Humor. Sesuatu atau peristiwa yang mengandung humor juga dianggap layak sebagai berita. 42 42 Zaenuddin HM, The Journalist: Bacaan Wajib Wartawan, Redaktur, Editor dan Para Mahasiswa Jurnalistik, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2011, hal. 155­158 3. Proses Pencarian dan Teknis Penulisan Berita Dalam menulis berita, struktur penulisan berita mengikuti pola yang disebut sebagai piramida terbalik. Piramida terbalik adalah pola gambaran yang memberikan gambaran bagaimana sebuah informasi yang terpenting berada di posisi paling atas dan semakin ke bawah informasi yang disajikan hanyalah penjelasan dari paragraph sebelumnya. Manfaat dari pola piramida terbalik ini antara lain: pertama, nilai sebuah berita dapat ditulis dengan langsung tanpa penjelasan yang lebih panjang atau detail sehingga public dapat memahami apa maksud dari isi berita tersebut; kedua, keterbatasan kolom atau ruang disurat kabar atau tabloid menyebabkan berita yang ditulis dalam pola piramida terbalik ini memudahkan redaktur atau editor untuk melakukan penyederhanaan panjang tulisan berita, dan biasanya pertama kali kalimat yang akan dihilangkandipendekkan adalah kalimat atau paragraf yang berada di kerucut bawah dalam pola piramida terbalik ini. 43 Gambar 2.2 Pola Piramida Dalam Penulisan Berita Oleh karena itu, dalam berita setiap jurnalis harus memikirkan bagaimana sebuah informasi yang termuat dalam who, what, where, why, when, dan how bisa disebut rumus 5W+1H dapat dimuat di paragraph­paragraf terdepan. Sedangkan 43 Suhaimi dan Rulli Nasrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009, hal. 30 Sangat Penting Penting Tidak Penting selanjutnya sampai akhir berita tulisan yang dimuat adalah penjelasan singkat dari salah satu atau beberapa poin dalam rumusan 5W+1H. 44 Selain kepandaian dalam membuat judul, dalam pola piramida terbalik ini jurnalis mempertaruhkan beritanya di dalam lead atau teras berita. Ini dianggap penting, karena lead merupakan paragraph pembuka yang mengantarkan khalayak pembaca untuk masuk kedalam penjelasan berita. Apabila lead tidak ditulis dengan menarik, maka jangan berharap jika berita tidak akan dibaca.

D. Kontroversi Ucapan Selamat Natal

1. Pengertian Kontroversi Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi kontroversi ialah perdebatan, persengketaan atau pertentangan. 45 Jadi, disebut kontroversi karena ada dua definisi yang berbeda dan berlawanan. Tidak ada dari keduanya yang salah secara definitif, tetapi tidak akan biasa bertemu. 2. Hukum Mengucapkan Selamat Natal Menurut Islam Pada dasarnya, Natal ialah hari raya untuk memperingati kelahiran Isa Almasih Yesus Kristus tanggal 25 Desember. Kita sebagai umat muslim hukum mengucapkan selamat Natal adalah haram, karena ini merupakan bagian dari kegiatan khas keagamaan mereka yang batil. Kita pun dilarang meniru mereka dalam hari raya mereka. Keharaman itu dinyatakan dalam al­kitab, as­Sunnah dan Ijma‟ Sahabat. Dalam Al­ Qur‟an, Allah SWT berfirman : 44 Ibid. hal. 29 45 http:kamusbahasaindonesia.org, dikutip 1 April 2013           “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan- perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga kehormatan dirinya” Q.s. Al-Furqan [25]: 72 Tetapi ada juga yang bertolak belakang, contohnya Dr. Yusuf al­ Qaradhawi Seorang cendikiawan Islam dari Mesir yang terkenal. Beliau merupakan ketua Majelis Fatwa dan Penyelidikan Eropa dan presiden Persatuan Ilmuan Islam Antar bangsa mengatakan, bahwa merayakan hari raya agama adalah hak masing­masing agama, selama tidak merugikan agama lain. Termasuk hak tiap agama untuk memberikan ucapan selamat saat perayaan agama lain. Dia mengatakan, “Sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang untuk memberikan ucapan selamat kepada non­Muslim warga Negara kami atau tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk dalam kategori al-birr perbuatan yang baik.                                                                                “Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.”Q.s. Al-Mumtahanah: 8 Begitu, kata Dr. Yusuf al­Qaradhawi. Padahal, Q.s. al­Mumtahanah: 8 di atas, khususnya frasa “Tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim”berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka tidak ada kaitannya dengan mengucapkan “Selamat Hari Raya” kepada kaum Kafir yang tidak memerangi kita. Karena bersikap baik dan adil kepada mereka dalam hal ini terkait dengan mu’amalah, bukan ibadah.