Kontroversi Ucapan Selamat Natal
“Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-
perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui saja dengan menjaga
kehormatan dirinya” Q.s. Al-Furqan [25]: 72
Tetapi ada juga yang bertolak belakang, contohnya Dr. Yusuf al Qaradhawi Seorang cendikiawan Islam dari Mesir yang terkenal. Beliau
merupakan ketua Majelis Fatwa dan Penyelidikan Eropa dan presiden Persatuan Ilmuan Islam Antar bangsa mengatakan, bahwa merayakan hari raya agama
adalah hak masingmasing agama, selama tidak merugikan agama lain. Termasuk hak tiap agama untuk memberikan ucapan selamat saat perayaan agama lain. Dia
mengatakan, “Sebagai pemeluk Islam, agama kami tidak melarang untuk memberikan ucapan selamat kepada nonMuslim warga Negara kami atau
tetangga kami dalam hari besar agama mereka. Bahkan perbuatan ini termasuk dalam kategori al-birr perbuatan yang baik.
“Allah tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil kepada orang-orang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak mengusir
kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
berlaku adil.”Q.s. Al-Mumtahanah: 8
Begitu, kata Dr. Yusuf alQaradhawi. Padahal, Q.s. alMumtahanah: 8 di atas, khususnya frasa
“Tabarrûhum wa tuqsithû ilaihim”berbuat baik dan berlaku adil kepada mereka tidak ada kaitannya dengan mengucapkan “Selamat
Hari Raya” kepada kaum Kafir yang tidak memerangi kita. Karena bersikap baik dan adil kepada mereka dalam hal ini terkait dengan
mu’amalah, bukan ibadah.
Sedangkan mengucapkan “Selamat Hari Raya” kepada mereka bagian dari ibadah. Konteks ayat ini terkait dengan Bani Khuza‟ah, dimana mereka menandatangani
perjanjian damai dengan Nabi untuk tidak memerangi dan menolong siapapun untuk mengalahkan baginda Nabi Muhammad SAW, maka Allah perintahkan
kepada baginda saw untuk berbuat baik, dan menepati janji kepada mereka hingga berakhirnya waktu perjanjian. AlQurthubi, al-
Jâmi’ li Ahkâm al-Qur’ân, Juz XVIII59.
46
Bila kita lihat, kekuatan umat Islam lebih besar dari pada umat Nasrani atau Yahudi. Namun, mengapa justru kita yang harus meniru kebiasaan mereka,
sementara mereka tidak pernah meniru kebiasaan kita? Jika demikian, bekal apa yamg akan kita bawa ketika bertemu dengan Nabi saw. Pada hari kiamat nanti,
padahal kita telah banyak melanggar dan menyepelekan sunnahnya? Lebih jauh lagi, Ibnu Taimiyyah mengatakan bahwa ayat Al
Qur‟an berikut mensyariatkan penyelenggaraan hari raya:
47
“Bagi tiap-tiap umat Telah kami tetapkan syariat tertentu yang mereka lakukan, Maka janganlah sekali-kali mereka membantah kamu dalam
urusan syariat Ini dan Serulah kepada agama Tuhanmu. Sesungguhnya kamu benar-benar berada pada jalan yang lurus
”. Al- Hajj: 67
Sementara, dalam hari raya yang diselenggarakan kaum kafir yang dominan adalah penyelenggaraan pesta hari raya itu sendiri dari pada syariatnya.
46
http:www.voaislam.com, dikutip 1 April 2013
47
Nashir Bin Ali Al Ghamidhi, Hari-Hari Nasrani, Jakarta, Gema Insani Press, 1995, hal. 26
Itulah yang menyimbolkan kekafiran mereka. Dengan demikian, betapa beraninya kita mengucapkan Merry Christmast atau Happy New Year padahal Allah telah
menjanjikan neraka jika kita melakukan hal itu. Dalam buku Ahkam Ahliz- Zimmah, Imam Ibnu alQayyim alJauziyyah menguraikan bahwa hukum
memberikan ucapan selamat kepada kaum kafir adalah haram, dan orangorang yang mengucapkannya dapat dikategforikan sebagai kafir. Di dalamnya tercakup
juga larangan mengucapkan selamat hari natal lewat kartukartu ucapan atau lewat media lainnya. Demikian juga, umat Islam tidak berhak menerima ucapan selamat
atau menerima kartu ketika Idul Fitri tiba.
48
Kesimpulannya ialah dalildalil yang menyatakan keharamannya jelas ada, contohnya dalam Al
Qur‟an surat AlFurqan ayat 72 dan AlHajj ayat 67. Sedangkan dalildalil yang digunakan untuk menyatakan kebolehannya sama
sekali tidak ada kaitannya, baik langsung maupun tidak. Karena itu, tidak layak dijadikan hujah dalam masalah ini.
48
Ibid. hal. 27
39