Bagaimana cara menentukan berita layak atau tidak layak untuk

kebijakannya cuma itu saja dan standarnya itu sesuai dengan standar jurnalistik apakah ini tulisan layak diterbitkan atau tidak. Itu semua sesuai dengan standar jurnalistik. Kalau tidak layak, ya kami akan cabut berita tersebut.

9. Apa yang membuat Republika Online tertarik mengangkat isu

pemberitaan kontroversi ucapan selamat Natal ini? Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam melainkan Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami mendukung toleransi umat beragama.

10. Adakah masalah yang anda hadapi terkait pengangkatan isu

pemberitaan yang kontroversial ini? Biasa saja, sama sekali tidak ada masalah.

11. Apa yang menjadi prioritas Republika Online mengangkat isu

pemberitaan ini? Ya, karena berkaitan ramai­ramainya isu­isu yang tadi.

12. Bagaimana Republika Online mengkonstruksi berita ini hingga

menjadi suatu pemberitaan? Kita menugaskan reporter ke lapangan terus kita buat cerita­cerita apa sih perbedaan antara Kristen yang dulu dengan yang sekarang dan juga bagaimana sih sikap kita sebagai umat muslim terhadap umat Kristen? Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami semata­mata hanya ingin mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama Kristen romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal, melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh khalayak umat muslim di Indonesia.

13. Bagaimanakah anda melihat pandangan MUI dan Mentri Agama RI

yang saling bertentangan dengan isu ini? Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilih­milih artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang susah untuk diserasikan. Maka dari itu kontroversi ini masih terus berlanjut sampai saat ini.

14. Apakah anda lebih setuju kepada fatwa MUI atau mungkin lebih

mendukung presepsi Mentri Agama RI terkaitnya isu ini?