Analisis Teks Pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal di Republika Online

a. Analisis berita 1: 0 4 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal 1” 1. Tematik Secara harfiah tema berarti gambaran umum dari suatu teks, gagasan inti, ringkasan atau yang utama dari suatu teks. Tema dalam berita ini adalah Kontroversi boleh tidaknya memberikan ucapan Natal 1. 2. Skematik Skematik adalah bangunan wacana yang disusun dan diurutkan dari pendahuluan sampai akhir sehingga membentuk kesatuan arti. Skema pemberitaan ini dimulai dengan judul berita itu sendiri yaitu Kontroversi Ucapan Natal 1. Pada bagian awal berita dimulai dengan Pada bagian awal dimulai dengan bagaimana polemik kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Dibagian tengah dilanjutkan dengan komentar dari Partai keaslian Salafi al­Ashalah as­Shalafi menolak ucapan Natal dikarenakan menhaturkan ucapan Natal bagi umat Naasrani yang memb udakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat, “katanya. Pada bagian akhir berita ditutup dengan pendapat dari Dar al­lfta yang mana memberikan ucapan selamat Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani. Ucapan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. 3. Semantik Latar Latar berita ini berawal dari Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Detil Berita ini cukup detil karena langsung menceritakan banyaknya perbedaan­perbedaan pendapat dari UlamaTokoh­tokoh di luar Indonesia yang dimana memberikan ucapan selamat Natal hukumnya haram atau tidak. Yakni terdapat pada teks berita : Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Partai keaslian Salafi al-Ashalah as- Shalafi menolak ucapan Natal. Beberapa hari menjelang Natal ketua pimpinan partai yang mendukung ideologi Salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah mengahaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat. Pernyataan ini memicu reaksi keras dari kembaga fatwa tertinggi di Negeri Piramida tersebut, Dar al- lfta’. Maksud Maksud yang ingin disampaikan berita ini adalah kita sebagai seorang Muslim tidak diajarkan untuk saling membenci kepada agama lain, kita dituntut harus saling menghargai perbedaan keyakinan. Hal ini didukung oleh Syekh Ali Jum‟ah pimpinan Dar­al­lfta‟ yang terdapat pada teks berita : Syekh Ali Jum’ah pimpinan Dar-al- lfta’ mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83. Pranggapan Pranggapan dalam berita ini terdapat pada teks berita : Tapi, ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam. 4. Sintaksis Koherensi Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat. Kalimat koherensi secara mudah dapat diamati di antaranya dari kata hubung konjungsi yang dipakai untuk menghubungkan fakta. Kata hubung yang dipakai dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun menyebabkan makna yang berlainan ketika hendak menghubungkan kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks berita, yaitu : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat adalah segi sintaksis yang berhubungan dengan cara berfikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Dalam teks berita ini dapat dilihat dalam kalimat­kalimat berikut : “Di Tanah Air, banyak respons menyikapi polemik ini, tapi agar lebih proposional, penting pula menelisik isu serupa di mancanegara. ” “Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.” Kalimat­kalimat ini menjelaskan prinsip kausalitas. Dimana logika kausalitas itu diterjemahkan ke dalam bahasa menjadi susunan subjek dan predikat. Kata Ganti Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukan dimana posisi seseorang dalam wacana. Dalam berita ini terdapat kata ganti orang ketiga tunggal, yaitu ia. Pada kalimat berikut : “Tapi ia memberikan catatan agar berhati-hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam”. 5. Stilistik Leksikon Leksikon adalah pemilihan kata atas berbagai kemungkinan kata tersedia yang dipakai oleh wartawan dalam teks berita. Pemilihan kata yang dilakukan oleh wartawan dalam teks berita ini, seperti pemilihan kata bola panas, membudakkan, aggressor, penjajah, dan menjilat. Pemilihan kata bola panas terdapat pada kalimat : “Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim ”. Maksud bola panas mengindikasikan terjadinya perang urat syaraf di kalangan para akademisi dengan cendikawan muslim. Selanjutnya kata membudakkan, aggressor, penjajah dan menjilat terdapat pada kalimat : Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat”, katanya. 6. Retoris Metafora Metafora dipakai wartawan secara strategis sebagai landasan berfikir, alasan pembenar atas gagasan atau pendapat tertentu kepada publik. Wartawan menggunakan kepercayaan masyarakat, ungkapan sehari­hari, peribahasa, pepatah, bahkan mungkin ungkapan yang diambil dari ayat­ayat suci yang semuanya dipakai untuk memperkuat pesan utama. Pada teks berita ini terdapat penggunaan metafora, seperti pada kalimat berikut : “Syekh Ali Jum’ah mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al-Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83 ” Tabel 4.1 Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal 1” STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN STRUKTUR MAKRO TEMATIK Topik Kontroversi Ucapan Natal 1 SUPRASTRUKTUR Skema  Pada bagian awal dimulai dengan bagaimanap olemik SKEMATIK kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik.  Pada bagian tengah Partai keaslian Salafi al­Ashalah as­ Shalafi menolak ucapan Natal.  Pada bagian akhir berita menyisipkan pendapat dari Dar al­ lfta yang mana memberikan ucapan selamat Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani. STRUKTUR MIKRO SEMANTIK Latar Teks pada paragraf 2 : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Detil Teks pada paragraf 3 : Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Partai keaslian Salafi al­Ashalah as­Shalafi menolak ucapan Natal. Teks pada paragraf 3 : Beberapa hari menjelang Natal ketua pimpinan partai yang mendukung ideologi Salafi itu, Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah mengahaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat. Teks pada paragraf 4 : Pernyataan ini memicu reaksi keras dari kembaga fatwa tertinggi di Negeri Piramida tersebut, Dar al­ lfta‟ Maksud Teks pada paragraf 4 : Tetapi Syekh Ali Jum‟ah pimpinan Dar­al­ lfta‟ mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­Quran seperti di surat Al­Baqarah ayat 83. Pranggap- an Teks pada paragraf 4 : Tapi, ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam. STRUKTUR MIKRO SINTAKSIS Koherensi Teks pada paragraf 2 : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Bentuk Kalimat Teks pada paragraf 2 : Di Tanah Air, banyak respons menyikapi polemik ini, tapi agar lebih proposional, penting pula menelisik isu serupa di mancanegara. Teks pada paragraf 3 : Di Mesir misalnya, polemik boleh atau tidaknya Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Kata Ganti Teks pada paragraf 4 : “Tapi ia memberikan catatan agar berhati­hati dalam pemberian selamat tersebut tetap dalam koridor dan tidak keluar dari akidah Islam”. STRUKTUR MIKRO STILISTIK Lesikon Teks pada paragraf 2 : Isu boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat Nasrani, tak hanya mengundang polemik di Tanah Air. Di sejumlah Negara, topik ini menggelinding menjadi bola panas, tidak sekedar di kalangan para akademisi dan cendikiawan Muslim. Teks pada paragraf 3 : Adil Abdul Maqshud, menegaskan tak akan pernah menghaturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada Barat. “Mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke Barat”, katanya. STRUKTUR MIKRO RETORIS Metafora Teks pada paragraf : 4 Syekh Ali Jum‟ah mengatakan ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut adalah merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­Quran seperti di surat Al-Baqarah ayat 83. Wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah polemik kontroversi ucapan Natal. Dimana banyak polemik diluar Indonesia juga membahas isu ini, salah satunya Negara Mesir. Republika Online merepresentasikan pada teks ini adanya isu kontroversi ucapan selamat Natal di Negara Mesir. Polemik boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal dijadikan sebagai komoditas partai politik. Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan Partai Keaslian Salafi al­Ashalah as­Salafi menolak ucapan Natal, hal ini sebagai mana yang dikatakan Adil Abdul Maqshud ketua pimpinan partai tersebut. Ia menegaskan “tak akan pernah mengahturkan ucapan Natal bagi umat Nasrani yang membudakkan diri kepada barat, mereka anggap kita aggressor dan penjajah untuk menjilat ke barat”. Namun, pernyataan ini memicu reaksi keras dari lembaga fatwa tertinggi di negeri piramida tersebut. Sebagaimana yang dikatakan Dar al­ lfta‟ mufti Mesir sekaligus pimpinan Dar al­lfta‟ Syekh Ali Jum‟ah men gatakan “ucapan Natal boleh ditujukan kepada kaum Nasrani, ucapan tersebut merupakan bentuk interaksi sosial dan hadiah”. Perlakuan baik terhadap sesama itu sangat ditekankan dalam Al­ Qur‟an seperti surat Al­Baqarah ayat 83, An­Nahl ayat 90, dan Al­Mumtahanah ayat 8. Teks berita ini secara umum menggambarkan bagaimana polemik kontroversi ucapan Natal yang terjadi di Negara Mesir yang saling bertentangan antara tokoh yang satu dengan yang lain. Selanjutnya, di tingkat kebahasaan Republika Online menggunakan gaya bahasa pertentangan ironi, satire, dan sarkasme. Seperti “Partai Keaslian Salafi al­Ashalah as­ Salafi menolak ucapan Natal”, dan temuan selanjutnya ada diparagraf terakhir “Pernyataan ini memicu reaksi keras dari lembaga fatwa tertinggi di Negeri p iramida tersebut… ”Selain itu, Republika Online dalam pemberitaannya menggunakan gaya bahasa perumpamaan yang cukup menyolok ketika sudah menjadi sebuah tulisan. Seperti “…Topik ini menggelinding menjadi bola panas”. Di dalam wacana ini tidak ada relasi yang dibangun, praktis hanya ada unsur pertentangannya saja. Bisa dilihat dari polemik antara partai politik al­ Ashalah as­Shalafi dengan lembaga fatwa tertinggi Mesir Dar al­ lfta‟ yang tidak sejalan pemikirannya. Dalam hal isu polemik di pemberitaan ini, sama sekali tidak ada unsur pendukungnya. Pada poin identitas, teks pemberitaan ini merepresentasikan menggambarkan bagaimana khalayakpembaca diletakkan pada posisi yang membingungkan antara boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal ini. Teks pemberitaan ini seolah­olah memposisikan khalayakpembaca untuk memikirkan sendiri melalui presepsi masing­masing tentang boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal ini tanpa ada rujukan yang jelas. b. Analisis berita 2 : 04 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal 2” 1. Tematik Tema utama wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah lanjutan dari berita Kontroversi Ucapan Natal 1, yaitu Kontroversi Ucapan Natal 2. 2. Skematik Skema berita ini dimulai dengan judul Kontroversi Ucapan natal 2. Pada isi berita, bagian awal dimulai dengan dimulai dengan menceritakan Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­Muslim. Alur selanjutnya, pada bagian tengah adalah membahas mengenai banyaknya tokoh­tokoh atau ulama­ulama besar yang membolehkan memberikan ucapan selamat Natal, seperti Syekh as­Sarkhasi, dan Syekh Yusuf al­Qaradhawi. Pada bagian akhir berita ini ditutup dengan komentar dari Syekh Ibnu Abdus, yang mana beliau mengatakan haram hukumnya memberikan ucapan Natal. 3. Semantik Latar Latar berita ini muncul dari persitiwa ketika Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia. Detil Detil Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial. Seperti pada teks : Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim. Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya. Dan juga Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al-Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq. Dengan wacana seperti ini, yang tergambar dimata pembaca adalah agama Islam diajarkan untuk saling bertoleransi sesama agama lain. Maksud Maksud dalam berita ini yaitu seperti ditegaskan Surah al­Mumtahanah ayat 8. Hukum ucapan Natal boleh, alasannya masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial. Pranggapan Pranggapan dalam berita ini yaitu salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat Natal. 4. Sintaksis Koherensi Berita ini juga didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks yaitu : “Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non-Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi”. “Karena itu, Syekh as-Sarkhasi dalam “Syarh as-Siyar al-Kabir”, memberi hadiah kepada non-Muslim adalah pekerti yang m ulia”. Dan juga : “Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu kepada fikih kemudahan”. Bentuk Kalimat Bentuk kalimat pada teks berita ini terdapat pada kalimat : “Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non- Muslim”, “seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, Syekh Yusuf al-Qaradhawi menegaskan pula tentang hokum diperbolehkannya ucapan Natal”, dan yang tearkhir “Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh. Ini seperti ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus”. Kata Ganti Teks berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan, seperti saya, dia dan ia. Ia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti ini terdapat pada teks : “Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim”. 5. Stilistik Leksikon Teks berita ini juga diwarnai dengan pemakaian kosakata leksikon. Misalnya : “Ada pula riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram, makruh, ataupun boleh ketika ada maslahat ”. Maksud haram ialah perbuatan yang dilarang agama lalu, makruh ialah perbuatan yang seharusnya tidak dilakukan untuk kebaikan. 6. Retoris Metafora Pada teks berita ini terdapat juga metafora, yaitu pada teks : “Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan, hukum ucapan Natal boleh, karena bentuk interaksi sosial. Ini seperti ditegaskan Surah al- Mumtahanah ayat 8”. Tabel 4.2 Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal 2” STRUKTUR WACANA ELEMEN KETERANGAN STRUKTUR MAKRO TEMATIK Topik Kontroversi Ucapan Natal 2 SUPRASTRUKTUR SKEMATIK Skema  Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial.  Pada bagian awal dimulai dengan menceritakan Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim.  Selanjutnya pada bagian tengah membahas mengenai banyaknya tokoh­tokoh atau ulama­ulama besar yang membolehkan memberikan ucapan selamat Natal.  Pada bagian akhir berita menceritakan adanya tokoh atau ulama yang menyatakan haram memberikan ucapan Natal, yaitu Syekh Ibnu Abdus. STRUKTUR MIKRO SEMANTIK Latar Latar berita ini muncul ketika Syekh as­ Sarkhasi dalam “Syarh as­ Siyar al­ Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia. Detil Teks pada paragraf 2 : Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim. Teks pada paragraf 2 : Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya. Teks pada paragraf 3 : Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al­Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq . Maksud Teks pada paragraf 4 : Ini seperti ditegaskan Surah al­ Mumtahanah ayat 8. Menurut lembaga ini, tak sepenuhnya Mazhab Hanbali yang menjadi rujukan sejumlah kalangan mengharamkan ucapan Natal. Pranggapan Teks pada paragraf 5 : Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh. STRUKTUR MIKRO SINTAKTIS Koherensi Teks pada paragraf 1 : Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Teks pada paragraf 1 : Karena itu, Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah kepada non­ Muslim adalah pekerti yang mulia. Teks pada paragraf 3 : Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu kepada fikih kemudahan. Bentuk Kalimat Teks pada paragraf 1 : Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­ Muslim, seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi. Teks pada paragraf 2 : Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan pula tentang hokum diperbolehkannya ucapan Natal. Teks pada paragraf 5 : Bahkan, salah satu riwayat dari Ahmad menyatakan hukumnya mutlak boleh. Ini seperti ditegaskan oleh Syekh Ibnu Abdus . Kata Ganti Teks pada paragraf 3 : Berdalih situasi dan kondisi kini telah berubah serta mengacu pada fikih kemudahan, maka ia memutuskan bersebarangan dengan pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibnu Qayyim. STRUKTUR MIKRO STILISTIK Leksikon Teks pada paragraf 5 : Ada pula riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram , makruh , ataupun boleh ketika ada maslahat. STRUKTUR MIKRO RETORIS Metafora RETORIS Teks pada paragraf 4 : Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan, hukum ucapan Natal boleh, karena bentuk interaksi sosial. Ini seperti ditegaskan Surah al-Mumtahanah ayat 8 . Pada pemberitaan ini masih membahas isu kontroversi ucapan selamat Natal lanjutan dari pemberitaan Kontroversi Ucapan Natal yang pertama 1. Isu kontroversi boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal menuai pro dan kontra dari berbagai kalangan tetapi tidak pada pemberitaan kali ini. Pada pemberitaan ini, banyak dari berbagai tokoh yang menyatakan hukumnya mutlak boleh memberikan ucapan selamat natal dengan alasan yang masih sama, ini adalah bentuk interaksi sosial. Pada tingkat isi, Republika Online mengkonstruksi pemberitaan ini mengenai tokoh ulama­ulama besar yang ada di luar Indonesia yang memperbolehkan mengucapkan selamat Natal seperti Syekh as­Sarkhasi dalam “Syarh as­Siyar al­Kabir”, memberi hadiah untuk non­Muslim termasuk pekerti yang mulia. Dua pekan sebelumnya, Syekh Yusuf al­Qaradhawi menegaskan pula tentang hukum diperbolehkannya ucapan Natal. Ini termasuk perbuatan yang baik kepada sesama, dengan catatan mereka tidak sedang memerangi Muslim. Ucapan itu boleh ditempuh, apalagi jika ada hubungan emosional dengan mereka, seperti kerabat, tetangga, rekan bisnis, atau teman sekolah imbuhnya. Selain nama di atas, ada juga para pemuka Islam di Mesir yang telah mengambil sikap terlebih dahulu tentang isu kontroversi ini seperti, almarhum Grand Syekh al­Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, dan mantan Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq. Bahkan komisi fatwa lembaga urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab memutuskan hukum ucapan Natal boleh. Secara keseluruhan, isi teks pada pemberitaan ini menggambarkan tokoh­ tokoh ulama besar yang ada di luar Indonesia yang memberikan pernyataan mutlak boleh mengucapkan selamat Natal dikarenakan bentuk dari interaksi sosial. Akan tetapi wacana yang dikembangkan berita ini seperti seolah­olah membenarkan pernyataan para Ulama tersebut tanpa ada kalimat pertentangan yang ada di dalamnya. Kalaupun ada, itu pun hanya ada pada kalimat di paragraf terakhir yaitu dalam Lembaga Kajian dan Fatwa Eropa muncul faksi ketidaksepakatan seperti yang ditunjukkan oleh salah satu anggota mereka Prof Muhammad Fuad al­Bazari. Seluruh teks ini seolah melimpahkan kebenaran pada tokoh­tokoh ulama yang ada di atas terkecuali Prof Muhammad Fuad al­Bazari yang tidak sepakat dengan pernyataan ulama­ulama tersebut. Teks kurang mempermasalahkan tokoh Prof. Muhammad Fuad al­Bazari yang berani menyatakan pertentangan atas pernyataan para ulama yang memperbolehkan memberikan ucapkan selamat Natal di dalam pembicaraan ini. Dalam pemberitaan kali ini Republika Online tidak mengkonstruksi teks pemberitaan yang utuh dan jelas, kendati demikian teks yang dikonstruksi oleh Republika Online ini cenderung timpang seolah­olah mendukung pernyataan ulama­ulama yang menghalalkan memberikan ucapan selamat Natal. Selanjutnya, dikebahasaan Republika Online menggunakan gaya bahasa perumpamaan seperti “Rasulullah SAW kerap menerima dan memberi hadiah kepada non­Muslim seperti disebutkan riwayat Ahmad dan Tirmidzi, memberi hadiah untuk non­ Muslim termasuk pekerti yang mulia”. Republika Online mencoba menggambarkan bagaimana Rasulullah SAW pernah memberi hadiah kepada non­Muslim dikarenakan menolong kepada sesama yang notabene bukan umat Muslim merupakan tindakan yang terpuji dan tidak dilarang oleh agama. Pada kalimat “Ada pun riwayat dari Ahmad yang menyatakan haram, makruh, ataupun boleh ketika ada maslahat”, dan “… lembaga Kajian dan Fatwa Eropa muncul faksi ketidaksepakatan…” tentu bahasa yang digunakan oleh Republika Online adalah bahasa pertentangan. Pada tingkat relasi, teks berita ini menyertakan delapan pihak yang saling berhubungan dan satu pihak yang saling bertentangan yakni, Syekh as­Sarkhasi, Syekh Yusuf al­Qaradhawi, almarhum Grand Syekh al­Azhar, Prof Muhammad Sayyid Thanthawi, Menteri Wakaf Prof Mahmud Hamdi Zaqzuq, Komisi Fatwa Lembaga Urusan Islam dan Wakaf Uni Emirat Arab dan Syekh Ibnu Abdus. Lalu pihak yang bertentangan pada teks pemberitaan yakni salah anggota dari Kajian dan Fatwa Eropa Prof Muhammad Fuad al­Bazari. Praktis di teks pemberitaan ini hanya diterangkan pihak­pihak yang secara jelas memperbolehkan memberikan ucapan selamat Natal dan hanya satu pihak yang memberikan perlawananpertentangan. Kedua pihak itu digambarkan secara berbeda dalam teks. Kedelapan tokoh ulama digambarkan sebagai tokoh yang menghalalkan memberikan ucapan tersebut sementara satu tokoh yang menentang presepsi tersebut sebagai tokoh kontradiktif. Ini dapat diamati dari bagaimana isu kontroversi ucapan selamat Natal ini menjadi pembicaraan yang hangat di tengah masyarakat. Kedua pihak itu bukan hanya digambarkan secara bertolak belakang, tetapi juga relasi yang dibuat. Masih berkaitan dengan relasi, adalah identitas pihak­pihaktokoh­tokoh yang diberitakan dalam teks. Teks tersebut menggambarkan bagaimana pembaca diletakkan pada posisi tokoh ulama yang memperbolehkan memberikan ucapan Natal dan bukan pada posisi tokoh penentang. Teks itu misalnya, tidak mensugestikan kepada khalayak untuk mengikuti opini kepada si tokoh penentang Prof Muhammad Fuad al­Bazari. Teks justru memposisikan pembaca agar mengikuti persepsi yang di deskripsikan oleh kedelapan tokoh ulama tersebut. Oleh karena itu, dalam teks berita ini dari awal sampai akhir hampir semua berisikan tentang kesepakatan dalam membolehkan memberikan ucapan selamat Natal. c. Analisis Berita 3 : 0 4 Januari 2013 “Kontroversi Ucapan Natal 3­habis 1. Tematik Tema utama wacana yang dikembangkan dalam berita ini adalah Kontroversi Ucapan Natal 3­habis yang dimana teks berita ini akhir dari pada teks berita sebelumnya yang membahas kontroversi ucapan selamat Natal. 2. Skematik Skema berita ini dimulai dengan jdudul berita yaitu Kontroversi Ucapan Natal 3-habis. Pada isi berita, bagian awal dimulai dengan dengan informasi haramnya ucapan Natal. Ini bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat Natal. Pada bagian tengah adalah membahas pendapat dari tokohulama besar yang ada di luar Indonesia yang menyatakan keharaman memberikan ucapan Natal. Yang terakhir pada bagian akhir berisi tentang pendapat dari mufti Arab Saudi, diamana ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri prosesi Natal dengan syarat­syarat tertentu. 3. Semantik Latar Latar berita ini muncul dari keharaman mengucapkan selamat natal. Ini bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat Natal. Detil Detil berita ini terlihat pada bagian awal berita yang langsung menceritakan keharaman memberikan ucapan Natal. Yakni terdapat pada teks berita : “Polemik serupa mencuat di Arab Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil”. Maksud Maksud yang ingin disampaikan pada berita ini adalah bahwa pendapat yang sama juga disampaikan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi, yang mana memberikan ucapan Natal hukumnya haram. Hal ini bisa dilihat pada teks berita : “Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi”. Pranggapan Pranggapan pada berita ini yaitu peristiwa ini seharusnya boleh umat Muslim menghadiri prosesi Natal, tetapi dengan syarat­syarat tertentu. Tetapi tetap aja hukumnya haram memberikan ucapan selamat Natal. Hal ini terdapat pada kalimat berita sebagai berikut : “Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri proses Natal dengan syarat-syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya”. 4. Sintaksis Koherensi Berita ini didukung dengan pemakaian koherensi dalam kalimat. Koherensi yang ditemukan dalam teks, yaitu : “Polemik serupa mencuat di Arab Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil”. Bentuk Kalimat Bantuk kalimat dalam teks berita ini dapat dilihat pada kalimat : “Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil”. Dan juga : “Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepa kat dengan opsi ini secara penuh”. Kata Ganti Teks berita ini juga terdapat kata ganti yang digunakan, seperti saya, dia dan ia. Ia merupakan kata ganti orang ketiga tunggal. Kata ganti ini terdapat pada teks : “Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Basa-basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi, tapi soal sakralitas kematian”. 5. Stilistik Leksikon Teks berita ini juga diwarnai dengan pemakaian kosakata leksikon. Misalnya : “Di kitab “Ahkam ahl-Dizmmah”, Ibn Qayyim mengatakan, ucapan terhadap ritual kekufuran haram hukumnya. Seperti ucapan selamat atas hari raya dan puasa mereka”. Makna kekufuran berarti sesuatu hal yang buruk sesuatu hal yang tidak boleh dilakukan. 6. Retoris Metafora Pada teks berita ini terdapat juga metafora ayat suci Al­Quran, yaitu pada teks : “Ada beberapa dalil Al-Quran yang menyatakan haram mengucapkan selamat Natal, yaitu Surah az-Zumar ayat 7 dan Ali Imran ayat 85 ”. Tabel 4.3 Temuan Elemen Teks Berita “Kontroversi Ucapan Natal 3-habis HAL YANG DIAMATI ELEMEN KETERANGAN STRUKTUR MAKRO TEMATIK Topik Kontroversi Ucapan Natal 3­habis SUPRASTRUKTUR SKEMATIK Skema  Skema pada teks pemberitaan ini, teks lebih menonjolkan keharaman mengucapkan selamat natal. Ini bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat Natal.  Pada bagian awal dimulai dengan informasi haramnya ucapan Natal.  Pada bagian tengah membahas pendapat dari tokohulama besar yang ada di luar Indonesia yang menyatakan keharaman memberikan ucapan Natal.  Pada bagian akhir menyisipkan pendapat dari mufti Arab Saudi, diamana ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri prosesi Natal dengan syarat­syarat tertentu. STRUKTUR MIKRO SEMANTIK Latar Teks pada paragraf 1 : Pakar fikih terkemuka, Prof Mustafa az­Zuqra. Beliau mengatakan, “Islam tidak melarang ucapan semacam ini apalagi Isa dalam akidah Islam termasuk rasul yang dihormati”, ujarnya. Detil Teks pada paragraf 2 : Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Basa­basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi, tapi soal sakralitas kematian. Teks pada paragraf 3 : Polemik serupa mencuat di Arab Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil. Maksud Teks pada paragraf 5 : Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh. Diantaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as­ Syekh. Pranggapan Teks pada paragraf 5 : Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri proses Natal dengan syarat­syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya. STRUKTUR MIKRO SINTAKSIS Koherensi Teks pada paragraf 1 : Ucapan sekamat Natal adalah bagaian dari basa­basi dan interaksi sosial yang baik. Teks pada paragraf 2 : Polemik serupa mencuat di Arab Saudi. Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil. Bentuk Kalimat Teks pada paragraf 1 : Demikian dikatakan pakar fikih terkemuka, Prof Musthafa az­Zuqra. Teks pada paragraf 2 : Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Teks pada paragraf 3 : Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil. Teks pada paragraf 5 : Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh. Kata Ganti Teks pada paragraf 2 : Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Basa­basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi, tapi soal sakralitas kematian. Teks pada paragraf 5 : Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh. Diantaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as­ Syekh. Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri proses Natal dengan syarat­syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya. STRUKTUR MIKRO STILISTIK Leksikon Teks pada paragraf 4 : Di kitab “Ahkam ahl­Dizmmah”, Ibn Qayyim mengatakan, ucapan terhadap ritual kekufuran haram hukumnya. Seperti ucapan selamat atas hari raya dan puasa mereka. Teks pada paragraf 5 : Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh. Diantaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as­ Syekh. Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri proses Natal dengan syarat­syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya. STRUKTUR MIKRO RETORIS Metafora Teks pada paragraf 4 : Ada beberapa dalil Al­Quran yang menyatakan haram mengucapkan selamat Natal, yaitu Surah az- Zumar ayat 7 dan Ali Imran ayat 85 . Pada judul pemberitaan yang terakhir ini, Republika Online menggunakan pilihan kata yang cukup lugas dan jelas. Pemilihan kata Kontroversi Ucapan Natal dimaksudkan untuk khalayak pembaca yang memang benar­benar dibuat bingung atas isu ini. Begitupun dengan kata berikutnya yang menyertai, kata „3­habis‟ yang menggambarkan akhir cerita dari isu pemberitaan yang kontroversial ini, walaupun isu pemberitaan ini tidak ada habisnya untuk kita bahas karena banyaknya polemik­polemikpresepsi­presepsi yang berkembang di masyarakat. Dalam pemberitaan yang dikonstruksi oleh Republika Online kali ini, wacana yang coba diapungkan adalah masih mengenai isu kontroversi ucapan selamat Natal yang dimana masih banyaknya isu polemik­polemik yang timbul dari berbagai pihak tentang isu ini. Salah satunya yang dikatakan oleh pakar fiqih terkemuka Prof Mustafa az­ Zuqra. Beliau mengatakan, “Islam tidak melarang ucapan semacam ini apalagi Isa dalam akidah Islam termasuk rasul yang dihormati”, ujarnya. Menurutnya, siapa yang menyangka bahwa ini akan merusak akidah, ia telah salah besar. Basa­basi ini tak berkaitan dengan akidah. Rasulullah SAW pernah berdiri menghormati jenazah Yahudi. Ini bukan soal akidah si Yahudi, tapi soal sakralitas. Tetapi, pernyataan Prof Mustafa az­Zuqra ditentang hebat oleh Komite tetap Kajian dan Fatwa di Arab Saudi. Mereka berpendapat hukum ucapan Natal haram apalagi hukum mengikuti prosesi ibadahnya sangat diharamkan. Mereka mengutip pendapat Ibnu Taimiyyah dan Ibn Qayyim. Menurut Ibnu taimiyyah, tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani termasuk perbuatan batil. Pendapat yang sama juga disuarakan oleh Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Tetapi, sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh. Diantaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as­Syekh. Ia termasuk salah satu mufti Arab Saudi, ia membolehkan para pelajar Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri proses Natal dengan syarat­syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya. Pada tingkat isi, teks pemberitaan yang di konstruksi oleh Republika Online lebih menonjolkan keharaman mengucapkan selamat natal. Ini bisa dilihat dari teks pemberitaan di atas, walaupun hanya ada satu pihak yang menentangnya tetapi bisa disimpulkan keseluruhan teks pemberitaan diatas lebih mendukung kepada haramnya mengucapkan selamat Natal. Di teks ini juga jelas terbaca adanya pihak­pihak yang yang mendukung keharaman isu tersebut yakni Komite Tetap Kajian dan Fatwa Arab Saudi, Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi dan salah satu mufti Arab Saudi. Situasi ini jelas menggambarkan hubungan yang sudah saling sepakat antara Komite, Asosiasi dan Mufti yang berada di Arab Saudi yang menegaskan hukum memberikan ucapan selamat Natal adalah haram. Sehingga publik dibuat setuju dengan adanya pernyataan dari tokoh­tokoh Arab Saudi yang ada di atas. Dalam teks berita ini, tidak dijelaskan terlebih dahulu siapa saja tokoh­ tokoh ulama besar maupun institusi yang ada di Indonesia yang memberikan pernyataan mengucapkan selamat natal adalah haram hukumnya, tetapi dalam teks pemberitaan kali ini langsung tertuju ke Negara Arab Saudi yang dimana banyaknya tokoh besar, Asosiasi Ulama Senior dan juga Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat yang berpendapat bahwa memberikan ucapan selamat Natal hukumnya adalah haram. Dalam mengkonstruksi pemberitaannya Republika Online semata­mata menegaskan kepada khalayak bahwa Arab Saudi melarang keras untuk memberikan ucapan Natal dikarenakan Arab Saudi hampir semua penduduknya beragama Islam dan juga mempunyai ulama­ulama besar yang faham betul dengan ajaran Islam . Jadi kita khalayak muslim yang ada Indonesia sudah mempunyai rujukan yang jelas bahwa memberikan ucapan selamat Natal itu hukumnya haram. Secara bahasa, pada paragraf pertama menuju paragraf kedua dikemas dengan kalima t perbandingan. Bisa dilihat pada kalimat “Ucapan selamat Natal adalah bagian dari basa­ basi dan interaksi sosial yang baik”. Namun di Arab Saudi, “Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara setempat berpendapat, hukum ucapan Natal haram apalagi hukum mengikuti proses ibadahnya, sangat diharamkan”. Tetapi ada juga gaya bahasa pertentangan yang terjadi di teks ini, yaitu pada paragraf terakhir yang berbunyi “… sebagian ulama tak sepakat dengan opsi ini secara penuh, di antaranya Syekh Abdul Aziz bin Abdullah Alu as­Syekh. Ia membolehkan para pelajar di Arab Saudi yang studi di luar negeri menghadiri prosesi Natal dengan syarat­syarat tertentu. Kendati pun, ia sepakat ucapan Natal tetap haram hukumnya”. Masih pada poin bahasa. Pada paragraf kedua, Republika Online menggunakan gaya bahasa perumpamaan yaitu, “…tindakan apa pun yang menyerupai dan membuat senang hati Nasrani, termasuk perb uatan batil”.dan ada juga bahasa perumpamaan yang di konstruksi oleh Republika Online di akhir paragraf kedua yaitu, “…Ibn Qayyim mengatakan, ucapan terhadap ritual kekufuran haram hukumnya, seperti ucapan selamat atas hari raya dan puasa mereka. Pada tingkat relasi, menyertakan tiga pihak yang paling berhubungan, yakni Prof Musthafa az­Zurqa, Komite Tetap Kajian dan Fatwa Negara Arab Saudi dan yang terakhir Asosiasi Ulama Senior Arab Saudi. Dalam teks ini, Prof. Musthafa az­Zuqra selaku tokoh yang tidak sepakat dengan haramnya memberikan ucapan Natal, tidak mempunyai pihak pendukung yang serasi dengan presepsi beliau pada pemberitaan isu ini. Teks ini sama sekali tidak memberikan pembahasan lebih lanjut siapa saja tokoh selain Prof Musthafa az­Zuqra yang setuju yang memberikan pernyataan ketidaksepakatan hukum haramnya memberikan ucapan Natal melainkan lebih mengedepankan relasi yang dibangun pada tokoh­tokoh Arab Saudi yang menyatakan memberikan ucapan Natal haram hukumnya. Praktis dalam teks berita ini yang diterangkan secara jelas ada dua: Prof. Musthafa az­Zuqra dan tokoh­tokoh ulama Arab Saudi. Prof Musthafa az­Zuqra digambarkan sebagai tokoh yang salah, sementara tokoh­tokoh ulama Arab Saudi digambarkan sebagai komunitas yang benar yang memegang teguh ajaran­ajaran Islam. Relasi yang dibuat pada pemberitaan ini sangat bertolak belakang. Tokoh­ tokoh ulama Arab Saudi berusaha memediasi umat Muslim diseluruh dunia bahwa memberikan ucapan Natal haram hukumnya, sementara Prof. Musthafa az­Zuqra adalah tokoh yang tidak harus diikuti melalui presepsinyaucapannya yang salah. Pada poin identitas, teks tersebut menempatkan posisi pembaca diletakkan pada posisi tokoh­tokoh ulama Arab Saudi. Teks itu, sepertinya tidak membahas lebih lanjut siapa saja tokoh yang mendukung presepsi Prof. Musthafa az­Zuqra. Tetapi teks lebih memposisikan pembaca agar lebih mengikuti presepsi dari tokoh­tokoh ulama Arab Saudi, dikarenakan banyaknya pembahasan haram hukumnya memberikan ucapan Natal pada pemberitaan ini. Dari keseluruhan analisis teks ketiga pemberitaan Kontroversi Ucapan Selamat Natal yang dikonstruksi oleh Republika Online, peneliti menemukan beberapa fakta tertulis yang dikemas dalam pemberitaan. Temuan tersebut lebih kepada penelusuran isi teks dan gaya bahasa yang digunakan pada pemberitaan isu kontroversial ini yang dikonstruksi oleh Republika Online. Ternyata dari ketiga teks pemberitaan tersebut, Republika Online sebagai institusi pers yang membuat pemberitaan ini tidak bisa menjadi penengah antara pihak yang satu dengan pihak yang lain. Pada ketiga isi teks pemberitaan ini banyak diwarnai ketegangan antara berbagai pihak. Republika Online tidak bisa memberikan solusi bagaimana sikap kita sebagai seorang muslim menyikapi polemik isu kontroversial ini yang tak kunjung usai. Hanya saja isi teks yang dikonstruksi oleh Republika Online kali ini lebih membahas polemik isu kontroversi ucapan Natal yang konteksnya berada di luar Indonesia, seperti Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Ini mengisyaratkan kepada Muslim di Indonesia, tidak hanya di Indonesia saja yang terjadi polemik atas isu pemberitaan ini tetapi hal serupa juga terjadi di Negara­negara Islam seperti Mesir, Uni Emirat Arab dan Arab Saudi. Fakta yang tidak bisa dipungkiri, bahwa Republika Online memberlakukan penggunaan gaya bahasa yaitu perbandingan, pertentangan. Gaya bahasa perbandingan di antaranya ada perumpamaan, metafora, dan personifikasi. Sedangkan gaya bahasa pertentangan yaitu ada hiperbola, ironi, satire, antifrasis, sinisme, dan sarkasme.

B. Analisis Discourse Practice

1. Produksi Teks

Dalam memproses produksi beritanya, Republika Online mempunyai lembaga newsroom “Kami mempunyai lembaga news room, jadi semua reporter yang ada disini tidak di bawah arahan redaktur tetapi langsung masuk ke news room. Mereka reporter yang mendistribusikan permintaan­permintaan dari kami. Kecepatannya tergantung bagaimana reporter itu sendiri menulis berita lalu mengirimkannya ke software yang namanya news room itu. Kami redaktur di kantor hanya mengambil dan meng­upload lalu kami menggunakan tulisan atau teks yang dikirimkan oleh reporter dan kami meng­editnya kembali serta mempublikasikan kepada khalayak. Dan reporter juga pada waktu menulis kejadian dan mengirimkan beritanya harus cepat. Setelah menjadi sebuah laporan pemberitaan, reporter mengirimkan berita tersebut ke folder atau software yang bernama newsroom. Maka itulah proses produk si yang terjadi di kantor kami”. 1 Pada saat menyiapkan suatu berita yang akan di upload, Republika Online tidak mempunyai persiapan secara khusus “Tidak ada, paling kita hanya melihat berita yang terjadi di lapangan kemudian kita foto dan kita edit sedikit lalu kita publish melalui website kita. Ya, apa yang saya katakan sebelumnya kami adalah kantor berita online beda dengan Koran”. 2 Proses pemilihan tema Kontroversi Ucapan Natal di Republika Online muncul berdasarkan banyaknya polemik boleh tidaknya umat muslim 1 Wawancara M. Irwan Ariefyanto Redaktur Pelaksana Republika Online, 16 Mei 2013 2 Ibid., M. Irwan Ariefyanto. mengucapkan selamat Natal. Seperti yang dituturkan oleh Redaktur Pelaksana Republika Online, M. Irwan Ariefyanto “Sebelumnya, polemik ini tidak ada habisnya untuk dibahas apakah boleh tidaknya umat muslim mengucapkan selamat Natal, ini yang menjadi daya tarik kami untuk menangkat isu pemberitaan tersebut. Kami membuat tema berita ini dan mempublikasikannya kepada khalyak dengan tujuan kita adalah orang Indonesia dan Indonesia bukan Negara islam melainkan Negara demokrasi dan kita harus bertolelir kepada umat non muslim yang sedang merayakan hari besarnya itu dan juga kita harus membenarkan ibadah mereka tanpa harus mengikuti proses ibadah mereka. Intinya kami mendukung toleransi umat beragama”. 3 Pemberitaan Republika Online tentang kontroversi ini, ditulis berdasarkan fakta yang terjadi di lapangan “Kita menugaskan reporter ke lapangan terus kita buat cerita­cerita apa sih perbedaan antara Kristen yang dulu dengan yang sekarang dan juga bagaimana sih sikap kita sebagai umat muslim terhadap umat Kristen? Intinya, kami tidak memprovokasi dan kami semata­mata hanya ingin mendeskripskikan bahwa ada perbedaan antara umat Kristen yang dulu dengan yang sekarang bahwa agama Kristen sekarang adalah agama Kristen Romawi dan yang dulu adalah agama Kristen nabi Isa. Tapi bukan berarti kita memberi selamat Natal kepada mereka secara verbal, melainkan kurang lebih hanya untuk menghargai. Itulah pesan pemberitaan yang kami konstruksi terkait isu ini untuk di konsumsi oleh khalayak umat muslim di Indonesia”. 4 Republika Online sebagai institusi pers berideologikan Islam. Dalam menyikapi isu kontroversi ini yang terjadi di Indonesia, terlebih terjadinya perbedaan pendapat antara MUI dan Mentri Agama RI yang sampai saat ini masih menimbulkan konflik “Kalau Mentri Agama kan harus netral, dia tidak boleh memilih­milih artinya dia punya agenda politik dan dia juga mempunyai kepentingan yang lain. Kalau MUI memang sudah mengikuti secara akidah islam dan ajaran fiqih. Perbedaan tersebut memang harus kita hargai dan memang 3 Ibid., M. Irwan Ariefyanto. 4 Ibid., M. Irwan Ariefyanto.