meningkatkan mutu kehidupan masyarakat keseluruhnya. Upaya kesehatan usia lanjut adalah upaya kesehatan paripurna dasar dan di bidang kesehatan usia lanjut
yang meliputi peningkatan kesehatan, pencegahan, pengobatan dan pemulihan. Tempat pelayanan kesehatan tersebut bisa di laksanakan di puskesmas-
puskesmas ataupun rumah sakit serta di rumah dan institusi lainnya Darmono, 2009.
2. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah perawatan yang akan di berikan pada lansia dengan demensia oleh keluarga.
3. Tujuan Penelitian
Untuk mengidentifikasi perawatan lansia dengan demensia di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas.
4. Manfaat Penelitian
4.1 Praktek keperawatan Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk sebagai informasi dan masukan
dalam memberikan intervensi terhadap perawatan lansia dengan demensia yang di lakukan oleh keluarga.
4.2 Pendidikan keperawatan Hasil penelitian ini dapat menjadi base evidence yang diitegrasikan dalam
wahana pembelajaran keperawatan komunitas, khususnya keperawatan gerontik
Universitas Sumatera Utara
tentang materi pembelajaran perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga, sehingga informasi ini dapat di kembangkan.
4.3 Peneliti keperawatan Dapat mrnjadi sumber informasi dan data tambahan bagi peneliti
selanjutnya mengenai perawatan lansia dengan demensia 4.4 Penelitian untuk keluarga
Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi keluarga tentang perawatan lansia dengan demensia
Universitas Sumatera Utara
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Di dalam Bab ini akan dibahas tentang teori, konsep dan variabel dalam penelitian yang akan dilakukan yaitu perawatan lansia dengan demensia.
1. Lanjut Usia 1.1 Defenisi lanjut usia
1.2 Teori - Teori Penuaan 1.3 Batasan – batasan lanjut usia
1.4 Perubahan-perubahan pada lansia 1.5 Masalah - Masalah pada lanjut usia
2. Demensia
2.1 Tanda dan Gejala Demensia 2.2 Tahapanptahapan pada Demensia
2.3 Pencegahan 3. Keluarga
3.1 Peranan Keluarga 3.2 Fungsi Keluarga
4. Peran Perawatan Keluarga 4.1 Aktivias hidup sehari-hari pada lansia
4.2 Ciptakan Lingkungan yang aman dan nyaman.
Universitas Sumatera Utara
1. Lanjut Usia 1.1 Defenisi lanjut usia
Dari beberapa referensi yang ada menjelaskan bahwa pengertian lanjut usia menurut undang-undang No. 4 tahun 1965 adalah seseorang yang mencapai 55
tahun, tidak mempunyai atau tidak berdaya mencari nafkah untuk keperluan hidupnya sehari-hari Darmojo, 1999. Sedangkan menurut undang-undang No.
13 tahun 1998 adalah mereka yang telah mencapai usia 60 tahun keatas Nugroho, 1999.
Lanjut usia atau usia tua adalah suatu periode dalam tentang hidup seseorang, yaitu suatu periodedi mana seseorang ’’beranjak jauh’’ dari periode
terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh
bermanfaat Hurlock, 1999. 1.2 Teori - teori penuaan
Teori – teori penuaan ada 2 jenis yaitu teori biologis dan teori psikologis. Teori biologis meliputi teori seluler, sintesis protein, sintesis imun, teori
pelepasan, teori aktivitas, dan teori berkelanjutan. 1.2.1.
Teori Biologis Teori seluler mengemukakan bahwa sel di program hanya untuk membelah
pada waktu yang terbatas serta kemampuan sel yang hanya dapat membelah dalam jumlah yang tertentu dan kebanyakan diprogram membelah sekitar 50 kali.
Jika sebuah sel pada lanjut usia dilepas dari tubuh dan di biakkan dari laboratorium, lalu diobservasi, jumlah sel yang akan membelah akan terlihat
Universitas Sumatera Utara
sedikit, pembelahan sel lebih lanjut mungkin terjadi untuk pertumbuhan dan perbaikan jaringan sesuai dengan berkurangnya umur.
Teori sintesis protein mengemukakan bahwa proses penuaan terjadi ketika protein tubuh terutama kolagen dan elastin menjadi kurang fleksibel dan kurang
elastis. Pada lanjut usia, beberapa protein di buat oleh tubuh dengan bentuk dan struktur yang berbeda dari pritein tubuh orang yang lebih muda. Banyak kolagen
pada kartilago dan elastin pada kulit yang kehilangan fleksibilitasnya serta menjadi tebal, seiring dengan bertambahnya usia.
Teori sistem imun mengemukakan bahwa kamampuan sistem imun mengalami kemunduran pada masa penuaan dan mengakibatkan terjadinya
peningkatan infeksi, penyakit autoimun, dan kanker. Terdapat juga perubahan yang progresif dalam kemampuan tubuh untuk berespon secara adaptif
Homeostasis, seiring dengan pengunduran fungsi dan penurunan kapasitas untuk beradaptasi terhadap stres biologis dehidrasi, hipotermi, dan proses
penyakit akut dan kronik.
Teori Pelepasan. Teori ini memberikan pandangan bahwa penyesuaian diri
lanjut usia merupakan suatu proses yang secara berangsur – angsur sengaja di lakukan mereka dengan mengurangi aktivitasnya untuk bersama – sama
melepaska diri atau menarik diri dari masyarakat. Teoti Aktivitas. Teori ini berlawanan dengan teori pelepasan dimana teori
ini berpandangan bahwa walaupun lanjut usia pasti terbebas dari aktivitas, tetapi mereka secara bertahap mengisi waktu luangnya dengan melakukan aktivitas lain
sebagai kompensasi dan penyesuaian. dengan kata lain sebagai orang yang telah
Universitas Sumatera Utara
berumur, mereka meninggalkan bentuk aktivitas yang pasti dan mengkompensasikan dengan melakukan banyak aktivitas yang baru untuk
mempertahankan hubungan antara sitem sosial dan individu daru usia pertengahan kelanjut usia.
Teori Berkelanjutan. Teori ini menjelaskan bahwa sebagaimana dengan
bertambahnya usia, masyarakat berupaya secara terus menerus mempertahankan kebiasaan, pernyataan, dan pilihan yang tepat sesuai dengan dnegan
kepribadiannya Darmojo, 1999 dalam Watson, 2003.
1.3 Batasan – batasan lanjut usia
Menurut organisasi kesehatan dunia, lanjut usia meliputi : usia pertangahan 45-59 tahun, lanjut usia 60-74 tahun, lanjut usia tua 75-90 dan usia sangat
tua di atas 90 tahun Hurlock, 2002, Menurut Muhammad 1996 dalam Mckenzie, 2007 masa lanjut usia adalah 65 tahun ke atas, sedangkan menurut
Masdani 1996 mengatakan usia lanjut adalah kelanjutan dari usia dewasa. Kedewasaan dapat dibagi menjadi empat bagian yaitu : pertama fase investus
yaiti antara 25-40 tahun ; kedua fase vertilitas yaitu antara 40-50 tahun ; ketiga fase praesenium yaitu antara 55-65 tahun dan keempat fase senuim yaitu antara
65 sampai tutup usia. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 13 tahun 1998 seorang dapat dikatakan lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai umur 60
tahun ke atas Nugroho, 2000.
Universitas Sumatera Utara
1.4 Perubahan-perubahan pada lanjut usia
Menua menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan- lahan kemampuan jaringan untuk memeperbaiki dirimengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan memeperbaiki kerusakan yang diderita constantinides, 1994. Proses
menua merupakan proses yang terus menerus berlanjut secara alamiah. Dimulai sejak lahir dan umumnya pada semua mahkluk hidup. Menua bukanlah suatu
penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh.
Bagi sebagian orang besar, proses manua adalah suatu proses perubahan klinikal yang didasarkan pada pengalaman dan observasi yang di defenisikan
dengan ; 1 penuaan pada kemikal dengan manifestasi perubahan struktur kristal atau pada makromolekular, 2 penuaan ekstraseluler dengan manifestasi
progresif pada jaringan kolagen dan jaringan elastis atau kekurangan amiloid, 3 penuaan intraseluler dengan menifestasi perubahan komponen sel normal atau
akumulasi substansi dan 4 penuaan pada organisme Nugroho, 1999. Pada lansia sering terjadi komplikasi penyakit atau multiple penyakit. Hal
ini di pengaruhi berbagai faktor, terutama oleh perubahan-perubahan dalam diri lansia tersebut secara fisiologis. Lansia akan lebih sensitive terhadap penyakit
seperti terhadap nyeri, temperature, dan penyakit berkemih Hodkinson, 1982.
Universitas Sumatera Utara
Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia a.
Perubahan – perubahan fisik meliputi perubahan sel, sistem pernafasan, sistem pendengaran, sistem penglihatan, sistem cardiovaskuler, sistem
pengaturan temperatur tubuh, sistem respirasi, sistem pencernaan, sistem genitourinaria, sistem endokrin, sistem kulit dan sistem muskuloskletal.
Perubahan yang terjadi pada bentuk dan fungsi masing – masing. b.
Perubahan –perubahan mental: perubahan- perubahan mental pada lansia berkaitan dengan 2 hal yaitu kenangan dan intelegensia. Lansia akan mengingat
kenangan masa terdahulu namun sering lupa pada masa yang baru, sedangkan intelegensia tidak berubah namun terjadi perubaha dalam gaya membayangkan
Nugroho, 2000. c.
Perubahan – perubahan psikososial: Pensiun dimana lansia mengalami kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman, dan kehilangan
pekerjaan , kemudian akan merasakan atau sadar terhadap kematian, perubahan cara hidup, penyakit kronik dan ketidakmampuan, gangguan gizi akibat
kehilangan jabatan dan hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik yaitu perubahan terdapat konsep diri dan gambaran diri Nugroho, 2000.
d. Perkembangan spiritual: Agama dan kepercayaan makin terintegrasi dalam
kehidupannya Maslow, 1970 dalam Nugroho, 2000. e.
Perubahan minat: Terdapat hubungan yang erat antar jumlah keinginan dan minat orang pada seluruh tingkat usia dan keberhasilan penyesuaian mereka.
Keinginan tertentu mungkin di anggap sebagai tipe keinginan dan minat pribadi,
Universitas Sumatera Utara
minat untuk berekreasi keinginan sosial, keinginan yang bersifat keagamaan dan keinginan untuk mati Hurlock, 1999.
1.5 Masalah - masalah pada lanjut usia
Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah fisik baik secara fisik-biologik, mental maupun sosial ekonomis. Dengan
semakin lanjut usia seseorang, mereka akan mengalami kemunduran terutama di bidang kemampuan fisik, yang dapat mengakibatkan penurunan pada peranan-
peranan sosialnya. Hal ini mengkibatkan pula timbulnya gangguan di dalam hal mencukupi kebutuhan hidupnya sehingga dapat meningkatkan ketergantunga
yang memerlukan bantuan orang lain. Lanjut usia tidak saja di tandai dengan kenunduran fisik, tetapi dapat pula
berpengaruh terhadap kondisi mental. Semakin lanjut seseorang, kesibukan sosialnya akan semakin berkurang hal mana akan dapat mengakibatkan
berkurangnya integrasi dengan lingkungannya. Hal ini dapat memberikan dampak pada kebahagiaan seseorang Stanley, 2007.
Pada usia mereka yang telah lanjut, sebagian diri mereka masih memfunyai kemanpuan untuk bekerja. Permasalahannya yang mungkin timbul
adalah bagaiman memfungsikan tenaga dan kemampunan mereka tersebut di dalam situasi keterbatasan kesempatan kerja.
Masalah – masalah pada lanjut usia di kategorikan ke dalam empat besar penderitaan lanjut usia yaitu imobilisasi, ketidakstabilan, gangguan mental, dan
inkontinensia.
Universitas Sumatera Utara
Imobilisasi dapat disebabkan karena alasan psikologis dan fisik. Alasan psikologis diantaranya apatis, depresi, dan kebingungan. Setelah faktor
psikologis, masalah fisik akan terjadi sehingga memperburuk kondisi imobilisasi tersebut dan menyebabkan komplikasi sekunder Watson, 2003.
Faktor fisik yang menyebabkan imobilisasi mencakup fraktur ekstremitas, nyeri pada pergerakan artrithis, paralis dan penyakit serebrovaskular, penyakit
kardiovaskular yang menimbulkan kelelahan yang ekstrim selama latihan, sehingga terjadi ketidakseimbangan. Selain itu penyakit seperti parkinson
dengan gejala tomor dan ketidakmampuan untuk berjalan merupakan penyebab imobilisasi.
Masalah yang nyata dari ketidakstabilan adalah jatuh karena kejadian ini sering dialami oleh lanjut usia dimana wanita yang jatuh, dua kali lebih sering
dibanding pria Watson, 2003. Jatuh adalah suatu kejadian yang dilaporkan penderita atau saksi mata
yang melihat kejadian, yang mengakibatkan seseorangmendadak terbaring dan terduduk di lantai atau tempat yang lebih rendah dengan atau tanpa kehilangan
kesadaran atau luka yang akibat jatuh dapat menyebabkan imobilisasi Reuben, 1996 dalam Darmojo, 1995.
Gangguan mental merupakan yang sering terjadi sehubungan dengan terjadinya kemerosotan daya ingat. Beberapa kasus ini berhubungan dengan
penyakit – penyakit yang merusak jaringan otak, sehingga kebanyakan masalah turunnya daya ingat lanjut usia bukanlah sebagai akibat langsung proses
penuaan tetapi karena penyakit.
Universitas Sumatera Utara
Sebagian besar lanjut usia memerlukan perawatan karena menderita gangguan mental. Konfusi kebingungan adalah masalah utama yang
memfunyai konsekuensi untuk semua aktivitas sehari – hari. Lanjut usia yang mengalami konfusi tidak akan mampu untuk makan, tidak mampumengontrol
diri, bahkan menunjukkan perilaku yang agresif sehingga lanjut usia memerlukan perawatan lanjutan untuk mengatasi ketidakmampuan dan
keamanan lingkungan tempat tinggal lanjut usia secara umum. Bantuan yang di berikan adalah melalui petugas panti dan dukungan keluarga.
Insiden inkontinensia biasanya meningkat pada lanjut usia yang
kehilangan kontrol berkemih dan defekasi. Hal ini berhubungan dengan faktor akibat penuaan dan faktor nutrisi seperti yang telah di jelaskan diatas adalah
efek dari imobilisasi Darmojo, 2000. Inkontinensia lebih banyak diderita oleh perempuan dari pada laki-laki.
Wanita yang melahirkan anak dengan otot dasar panggul yang lemas, menjadi penyebab inkontinensia. Pada laki-laki, penyebab umumnya adalah pembesaran
kelenjar prostat dan diperlukan prosedur bedah untuk menangani kondisi tersebut Watson, 2003.
2. Demensia adalah suatu kondisi konfusi kronik dan kehilangan
kemempuan kognitif secara global dan progresif yang dihubungkan dengan masalah fisik Watson, 2003.
Demensia adalah penurunan kemanpuan mental yang biasanya berkembang secara berlahan, dimana menjadi gangguan ingatan, fikiran, penilaian dan
Universitas Sumatera Utara
kemampuaan untuk memusatkan perhatian, dan bisa terjadi kemunduran kepribadian Akperketapang, 2008.
2.1 Tanda dan Gejala Demensia
a. Menurunnya daya ingat yang terus terjadi. Pada penderita demensia, ”lupa” menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas. b. Gangguan orientasi waktu
dan tempat, misalnya: lupa hari, minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.c. Penurunan dan ketidakmampuan menyusun kata menjadi
kalimat yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah kondisi, mangulang kata atau cerita yang sama berkali- kali. d. Ekspresi yang berlebihan,
misalnya menangis yang berlebihan saat melihat sebuah drama televisi, marah besar pada kesalahan kecil yang di lakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang
tak beralasan. Penderita demensia kadang tidak mengerti mengapa perasaan- perasaan tersebut muncul. e. Adanya perubahan tingkah laku seperti : acuh tak
acuh, menarik diri dan gelisah Hurley, 1998.
2.2 Tahapan-tahapan pada Demensia
Stadium I awal : Berlangsung 2-4 tahun dan di sebut stadium amnestik dengan gejala gangguan memori, berhitung dan aktifitas spontan menurun.”
Fungsi memori yang terganggu adalah memori baru atau lupa hal baru yang di
alami,” dan tidak menggangu aktivitas rutin dalam keluarga.
Stadium II pertengahan : Berlangsung 2-10 tahun dan di sebut pase demensia. Gejalanya antara lain, disorientasi, gangguan bahasa afasia. Penderita mudah
bingung, penurunan fungsi memori lebih berat sehingga penderita tak dapat
Universitas Sumatera Utara
melakukan kegiatan sampai selesai, Gangguan kemampuan merawat diri yang sangat besar, Gangguan siklus tidur ganguan, Mulai terjadi inkontensia, tidak
mengenal anggota keluarganya, tidak ingat sudah melakukan suatu tindakan sehingga mengulanginya lagi ” Dan ada gangguan visuospasial, menyebabkan
penderita mudah tersesat di lingkungan ”. Stadium III akhir : Berlangsung 6-12 tahun. ” Penderita menjadi vegetatif,
tidak bergerak dangangguan komunikasi yang parah membisu, ketidakmampuan untuk mengenali keluarga dan teman-teman, gangguan
mobilisasi dengan hilangnya kemampuan untuk berjalan, kaku otot, gangguan siklus tidur-bangun, dengan peningkatan waktu tidur, tidak bisa mengendalikan
buang air besar kecil. Kegiatan sehari-hari membutuhkan bantuan orang lain dan kematian terjadi akibat infeksi atau trauma Stanley, 2007.
2.3 Pencegahan
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko terjadinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajamman daya ingat dan senantiasa
mengoptimalkan fungsi otak seperti ; a. Mencegah masuknya zat-zat yang dapat merusak sel-sel otak seperti alkohol dan zat adiktif yang berlebihan. b. Membaca
buku yang merangsang otak untuk berpikir hendaknya dilakukan setiap hari. c. Melakukan kegiatan yang dapat membuat mental kita sehat dan aktif. Seperti
kegiatan rohani memperdalam ilmu agama.tetap berintraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan teman yang memiliki persamaan minat atau hobi.
Universitas Sumatera Utara
d. Mengurangi stres dalam pekerjaan dan berusaha untuk tetap relaks dalam
kehidupan sehari-hari dapat membuat otak kita tetap sehat Hurley, 1998. 1. Beri makan otak
Anda adalah yang anda makan. Kalau banyak makan junk food, maka otak kita jadi sampah juga. Lemak dalam makanan berkadar lemak tinggi bisa
berimbas buruk pada sinaps otak. Sinaps adalah bagian yang menghubungkan neuron otak dan penting untuk belajar serta mengingat. Untuk menyehatkan
bagian ini, makan makanan yang mengandung aga bisa meningkatkan daya ingat, berfikir lebih jernih dan mengurangi resiko penyakit kognitif. Sebab olah
raga akan mengurangi tekanan pada tubuh, memompa energi lebih banyak ke otak. Aktifitas ini juga memicu pelepasan bahan kimia yang menguatkan neuron.
Cukup setengah saja setiap hari, jangan lupa lakukan peregangan otot. 2. Olah Otak
Mengisi TTS, main games memori, ternyata juga olah otak yang mencegah kepikunan.aktivitas ini menstimulasi otak sehingga otak kita terlatih
untuk mengingat-ingat selalu alias tidak malas berfikir. Semua itu membuat sistem otak kita selalu siap bekerja kapan saja, tidak mogok.
3. Trik Memori Kegiatan ini membiasakan kita mengingat-ingat dan mengontrol daya
ingat. Membuat prediksi juga bisa membantu proses daya ingat. Latihan ini
Universitas Sumatera Utara
berguna sebab kadang saat kita punya suatu ide, kita lupa data-data lain yang bisa mendukung ide tersebut.
4. Istirahatkan Walau otak kita jenius, kalau di pakai terus juga akan lemah. Maka beri
istirahat agar kelak bisa bekerja lebih baik lagi. Sebuah studi mengatakan, tidur 90 menit di siang hari bisa membantu kinerja otak Hurley, 1998.
3. Keluarga
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang tergabung karena hubungan darah, perkawinan atau adopsi yang hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi
satu sama lain dalam perannya untuk menciptakan dan mempertahankan suatu budaya Friedman, 1986.
3.1 Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu, dalam posisi dan situasi
tertentu. Peranan individu dalam keluarga di dasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang
terdapat di dalam keluarga, sebagai berikut : 1. Peranan ayah, ayah sebagai suami dari istri dan ayah bagi anak-anak, berperana sebagai mencari nafkah,
pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota mesyarakat dari
lingkungannya. 2. Peranan ibu, sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
Universitas Sumatera Utara
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai anggota masyarakat dari
lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya. 3. Peranan anak, anak-anak melaksanakan
peranannya psikososial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan spiritual Effendy 1998.
3.2 Fungsi Keluarga
Adapun fungsi yang dapat di jalankan keluarga sebagai berikut : 1 Fungsi biologis : a. Untuk meneruskan keturunan. b. memelihara dan
membesarkan anak. c. memenuhi kebutuhan gizi keluarga. d. memelihara dan merawat keluarga. 2. Fungsi psikologis : a. Memberikan kasih sayang dan rasa
aman. b. memberikan perhatian diantara anggota keluarga. c. membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga. d. memberikan identitas keluarga.
3. Fungsi sosialisasi : a. Membina sosialisasi pada anak. b. membentuk norma- norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan anak. c. meneruskan
nilai-nilai budaya keluarga. 4. Fungsi ekonomi : a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. b. pengaturan penggunan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga. c. menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di masa yang akan datang misalnya
pendidikan anak-anak. 5. Fungsi pendidikan : a. Mensekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan, keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai
denganbakat dan minat yang di milikinya. b. mempersiapkan anak untuk
Universitas Sumatera Utara
kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa. c. mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat perkembangannya
Effendy, 1998.
3.3 Tugas-tugas Keluarga
Ada delapan tugas pokok keluarga sebagai berikut : 1. Pemelihara fisik keluarga dan para anggotanya. 2. Pemelihara sumber-sumber daya yang
adadalam keluarga. 3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan kedudukannya masing-masing. 4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota keluarga. 6. Pemelihara ketertiban anggota keluarga. 7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas. 8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga Effendy, 1998.
4. Peran perawatan Keluarga
Keluarga mempunyai peran yang sangat penting dalam perawatan lansia dengan demensia yang tinggal di rumah, keluarga dapat membantu mereka
dalam melakukan aktivitas sehari-hari yang lambat laun akan mengalami penurunan.
4.1 Aktivitas hidup sehari-hari pada lanjut usia
Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas, seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas
seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persyarafan dan muskuloskeletal
Universitas Sumatera Utara
diantaranya dalam sistem saraf, lansia mengalami penurunan koordinasi dan
kemampuan dalam melakukan aktivitas sehari-hari.
Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidup. Pergerakan itu
sendiri merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan sistem persarafan. Pergerakan ini di pengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya
1. Tingkat perkembangan tubuh dimana peningkatan usia akan mempengaruhi tingkat perkembangan neuromuskuler dan tubuh, 2. Kesehatan fisik, dijelaskan
bahwa penyakit, cacat tubuh dan immobilisasi akan mempengaruhi pergerakan tubuh, 3. Keadaan nutrisi, yang umum terjadi pada lansia adalah kurangnya
nutrisi yang dapat menyebabkan kelemahan otot dan obesitas sehingga menyebabkan pergerakan muskuloskeletal menjadi kurang bebas, 4. Kelemahan
neuromuskuler dan skletal, yang dapat dilihat dengan adanya abnormal postur seperti skolosis, lordosis, dan kiposis sehingga klien lanjut usia akan mengalami
keterbatasan Tarwotoh, 2004. Aktivitas kegiatan sehari-hari adalah hal –hal yang dilakukan seseorang
dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan, dan kesejahteraan. Aktivitas ini meliputi kebersihan diri, mandi, berpakaian, makan,
buang air kecil dan air besar dan berpindah. Indeks ketidaktergantungan dalam aktivitas kehidupan sehari- hari tergantung pada evaluasi fungsional
ketidaktergantungan dan ketergantungan pasien dalam mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, kontinensia dan makan.
Universitas Sumatera Utara
Mandi Sponge, shower, atau tub meliputi aspek ketidaktergantungan berupa bantuan yang hanya dalam mandi satu bagian seperti mandi punggung
atau ketidakmampuan ekstremitas atau mandi sendiri dengan lengkap. Ketergantungan akan bantuan saat mandi lebih dari satu bagian tubuh merupakan
bantuan saat masuk dan keluar tub atau tidak mandi sendiri. Berpakaian meliputi aspek ketidaktergantungan berupa mengambil
pakaian dari lemari dan laci, mengenakan pakaian luar, kutang, menangani pengikat ; melakukan pengikat tali sepatu adalah pengecualian. Ketergantungan
yaitu tidak mengenakan pakaian sendiri atau tetap tidak berpakaian sebagian. Pergi ke toilet meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi pergi ke
toilet; masuk dan keluar dari toilet, mengatur pakaian, membersihkan organ ekresi. mungkin menangani bedpan sendiri yang di gunakan pada malam hari
dan mungkin atau juga tidak menggunakan bantuan mekanis. Berpindah meliputi ketidaktergantungan berupa bergerak masuk dan
keluar dari tempat tidur secara mandiri dan pindah kedalam dan keluar dari kursi secara mandiri mungkin atau mungkin juga tidak menggunakan bantuan
mekanik. Ketergantungan meliputi bantuan dalam bergerak masuk dan keluar tempat tidur dan atua kursi ; melakukan satu atau dua perpindahan.
Kontinensia meliputi aspek ketidaktergantuan berupa berkemih dan defekasi secara keseluruhan terkontrol oleh tubuh. Ketergantungan akan
inkontinensia parsial atau total dalam berkemih atau defekasi; dikontrol parsial
Universitas Sumatera Utara
atau total dengan enema, kateter, atau penggunaan urinal dan atau bedpan secara teratur.
Makan meliputi aspek ketidaktergantungan meliputi bantuan mengambil makanan atau memasukan makanannya kedalam mulut; memotong-motong
daging terlebih dahulu dan menyiapkan makanan, seperti mengoleskan mentega ke dalam roti. Ketergantungan berupa bantuan dalam tindakan makan ;tidak
makan sama sekali atau makan secara parenteral. Berbagai kemunduran fisik mengakibatkan kemunduran gerak fungsional
baik kemampuan mobilitas dan perawatan diri. Kemunduran fungsi mobilitas meliputi penurunan kemampuan mobilitas ditempat tidur, berpindah,
jalanambulasi, dan mobilitas dengan alat adaptasi. Kemunduran kemampuan perawatan diri meliputi penurunan kemampuan aktivitas makan, mandi,
berpakaian, defekasi, dan berkemih, merawat rambut, gigi, serta kumis dan kuku. Kemunduran gerak fungsional dapat di kelompokan menjadi tiga bagian
diantaranya : 1 mandiri, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas tanpa bantuan orang lain. bisa saja lansia membutuhkan bantuan alat adaptasi seperti alat bantu
jalan, alat kerja, dan lain-lain, 2 di bantu sebagian, yaitu lansia mampu melaksanakan tugas dengan beberapa bagian memerlukan bantuan orang lain, 3
dibantu total, yaitu aktivitas di lakukan sepenuhnya dengan pengawasan dan bantuan orang lain karena lansia tidak dapat melakukan aktivitasnya Shmitz,
1994.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa sistem penilaian yang dikembangkan dalam kemampuan fungsional menurut indeks Katz yang mengukur aktivitas fungsional mencakup
kemampuan aktivitas mandi, berpakaian, pergi ke toilet, berpindah, mengontrol defekasi dan berkemih, dan makan.
Menurut Katz Aktivitas sehari-hari pada lansia dapat diklasifikasikan menjadi : 1. Kebutuhan primer aktivitas sehari-hari adalah hal-hal yang
dilakukan seseorang dengan dirinya sendiri dalam mempertahankan hidup, kesehatan dan kesejahteraan, meliputi makan, mandi, berpakaian, pergi ke toilet,
berpindah buang air kecil dan air besar. 2. Aktivitas rumah tangga instrumental meliputi kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci menyiapkan
makanan, merapikan pakaian dan berbelanja. 3. Aktivitas waktu luang. Meliputi saling bercerita, bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun
dan berternak, mengerjakan keterampilan tangan seperti menyulam, menjahit dan lain-lain Darmojo, 1995.
4.2 Ciptakan lingkungan yang aman dan nyaman.
Penderita demensia mudah menjadi binggung oleh suara atau warna yang berlaianan atau dalam lingkungan yang asing dan menakutkan, seperti langkah-
langkah berikut ini : Fokus pada konsistensi : a. Jagalah konsistensi dengan tetap meletakkan
furnitur pada tempat yang sama, b. Bantu penderita menjalin hubungan dengan masa lalu dengan objek yang dikenali, seperti foto-foto lama, kursi kesayangan,
lemari atau pakaian, topi, atau pajangan.
Universitas Sumatera Utara
Gunakan warna dan kontras : a. Gunakan warna untuk mendapatkan efek menenangkan. Dari pada menggunakan warna-warna terang seperti putih,kuning,
oranye, atau merah, gunakan warna pastel yang lebih lembut, seperti pink, biru muda, kuning gading, kream, hijau, ungu muda, dan cokelat muda . jangan
gunakan cat yang berkilau atau menyolok supaya tidak silau, b. Buatlah warna lebih kontras. Pengidap demensia tidak bisa membedakan warna dinding yang
putih dengan warna pintu abu-abu atau gagang pintu. Itu sebabnya sebaiknya anda mengecat dinding dengan warna pintu atau gagang pintu yang lebih gelap.
Perhatikan lantai : a. Jaga permukaan lantai tetap bersih dan kosong, b. Gunakan keramik lantai yang tidak licin supaya tidak terpeleset serta perlu
banyak tekstur, c. Gunakan karpet untuk mencegah terpeleset. Namun, jika anda takut pengidap demensia buang air kecil sembarangan sebaiknya gunakan lantai
yang sedikit bergelombangbergirigi atau tidak terlalu berkilau dan gelap supaya tidak tersandung.
Batasin gangguan : a. Kurangi gangguan suara dan tumpukan barang, setel musik latar yang menenangkan atau musik favorit. Kontrollah penggunaan
remote kontrol televisi dan sebaiknya dering telepon juga dikurangi, b. Hindari pencahayaan yang redup dan suram, jika bisa gunakan cahaya alami dari
matahari atau lampu yang terang. Sebaiknya miliki furnitur yang nyaman : a. Cari bahan yang tidak
menyerap cairan untuk menutup furnitur atau belilah tempat berbaring yang
Universitas Sumatera Utara
nyaman. Untuk memilih kursi, sebaiknya yang punya sandaran atau tempat untuk menaruh lengan.
Beri arah atau tanda : a. Bereksperimenlah dengan label, gambar, dan angka yang membantu orientasi pengidap demensia dan ia jadi mengerti
keberadaannya, b. Bertanggung jawablah akan keamanan. Jaga ruangan atau jalan bersih dan waspadai furnitur yang runcing dan menonjol. Sebaiknya taruh
kunci di pintu dan lemari. Sembunyikan tombol atau pengontrol kompor, pemanas air, dan barang-barang berbahaya lainnya.
Hias dinding untuk membuat perbedaan : a. Pasang gorden dengan bahan
kain yang bervariasi umumnya penderita demensia menyukai tekstur kain seperti wol atau sutera, dan dekorasiseperti ini tidak membuat bingung di banding
pemisah ruangan dari kaca atau cermin. Cegahlah lansia jatuh : Jatuh dapat menimbulkan cedera yang dapat
mengancam nyawa orang lanjut usia, adapun langkah-langkah pencegahanya : a. Jaga agar rumah selalu terang dengan menggunakan lampu yang terangdan
lampu di atas kepala, nyalakan lampu khusus untuk malam hari di seluruh rumah. b. kencangkan karpet dan area di lantai. Gunakan karpet yang tidak licin. c. jaga
kabel listrik dalam keadaan rapi dan tidak malang melintang di tempat orang lalu lalang. d. pasang pegangan tangan di kamar mandi dan di tangga. di dapur,
simpan barang-barang agar mudah di ambil jangan gunakan lemari atau rak yang terlalu tinggi sehingga perlu tangga untuk menjangkaunya Hurley, 1998.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3
KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka konseptual
Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di kelurahan timbang deli medan.
Diklasifikasikan menjadi kebutuhan primer meliputi makan, mandi, perpakaian, pergi ketoilet, buang air kecil dan air besar. Aktivitas rumah tangga meliputi
kebersihan kamar, tempat tidur, mencuci, menyiapkan makanan, merapikan pakaian dan berbelanja, dan Aktivitas waktu luang meliputi saling bercerita,
bermain kartu, mendengarkan radio, menonton TV, berkebun dan berternak, mengerjakan keterampilan tangan seperti menyulam, dan lain-lain Darmojo,
1995.
Skema 1 : Kerangka penelitian perawatan lansia dengan demensia oleh keluarga di Kelurahan Timbang Deli Kecamatan Medan Amplas
Keluarga dengan Lanjut Usia Demensia
Perawatan Lanjut Usia dengan Demensia
1. Aktivitas Primer
2. Aktivitas
Rumah Tangga
3. Aktivitas
Waktu Luang
Universitas Sumatera Utara
2. Defenisi Operasional