Pengertian Jus Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Jus

Dalam buku Pujimulyani 2009:117, sari buah dapat diartikan sebagai cairan yang diambil atau diperas dari bagian buah yang dapat dimakan edible portion dengan pengepresan atau cara mekanis yang lain. Sari buah keruh mengandung komponen sel dalam suspensi koloid dengan sejumlah hancuran jaringan.

2.2. Cara Pengolahan Jus atau Sari Buah

Pengolahan sari buah pada dasarnya merupakan suatu proses yang sederhana. Menurut Pujimulyani 2009:117, terdapat dua jenis pengolahan sari buah, yaitu sari buah jernih clarified juice dan sari buah keruh unclarified juice. Proses pengolahan sari buah yang harus dilakukan adalah: 1. Sortasi, pengupasan dan pencucian Buah disortasi dan dipilih yang matang dan bebas dari kerusakan biologis maupun mekanis. Setelah disortasi buah dikupas dan dicuci untuk menghilangkan kulit dan kotoran-kotoran, noda, debu serta kotoran lain yang tidak dikehendaki. 2. Pemotongan dan penghilangan biji Setelah bahan bersih, pemotongan bahan menjadi bagian yang lebih kecil dengan ukuran lima sentimeter, tujuannya adalah untuk meningkatkan efisiensi blanching. 5 3. Blanching Buah yang telah dibelah diberi perlakukan blanching perendaman pada air panas pada suhu kurang lebih 85 o C selama kurang lebih 10 menit. Pengukuran suhu dilakukan dengan mengukur suhu uap steam menggunakan thermometer. 4. Ekstraksi Ekstraksi buah dimaksudkan untuk mengeluarkan air dalam buah tersebut. Buah dihancurkan sampai menjadi bubur kemudian disaring. Untuk mendapatkan ekstrak lebih banyak, biasanya dilakukan dengan alat press. 5. Penyaringan Bubur buah hasil ekstraksi dilakukan penyaringan dengan kain saring yang menghasilkan sari buah segar. 6. Penjernihan Sari buah yang baru dipress mengandung hancuran sel dan bahan koloid, senyawa pektat, gum, protein serta komponen lain. Sistem tersebut distabilkan dengan hidrasi pertikel dan muatan listrik atau ion-ion yang terserap oleh adanya pektin yang larut. Penjernihan spontan terjadi akibat pembentukan kompleks protein-protein, pektat tidak larut atau perubahan- perubahan berganda yang menghasilkan endapan yang mengandung bahan tersuspensi dan komponen sari buah lainnya. Penjernihan spontan atau alami biasanya berjalan lambat sehingga jika diinginkan sari buah yang jernih maka proses penjernihan harus dipercepat. Cara penjernihan bisa dengan sentrifugasi atau filtrasi tetapi kurang efektif 6 karena adanya pektin maka sari buah viscous pengendapan dan penyaringan lambat. Proses penjernihan dapat dipercepat dengan menambah suatu senyawa yang dapat bereaksi dengan komponen sari buah. Penambahan senyawa tersebut merangsang pembentukan endapan dengan membawa bahan-bahan lain dalam suspensi. Bahan yang biasa ditambahkan yaitu gelatin yang akan dikombinasi dengan fenolat membentuk kompleks yang tidak larut, tetapi apabila jumlah berlebihan maka akan menstabilkan sistem koloidnya. Efektivitas penambahan bahan tersebut tergantung pada faktor suhu, pH dan konsentrasi ion-ion lain, misal oin ferri. 7. Stabilisasi Sari buah merupakan sistem dispersi, yaitu suatu sistem yang terdiri dari dua fase, fase satu sebagai pertikel yang harus tersebar merata dalam fase yang lain, jika fase terdispersi merupakan bahan padat dan medium pendispersinya cair maka disebut fase emulsi. Penampakan keruh pada sari buah keruh dipengaruhi oleh kestabilan suspensinya. Kestabilan suspensi merupakan suatu keadaan padatan terdispersi merata dalam medium pendispersinya dan tidak terjadi penggabungan pertikel manjadi berukuran besar yang mengakibatkan terjadinya pengendapan. Upaya untuk mempertahankan sistem dispersi tersebut dengan menambah zat penstabil yang bertujuan untuk mengurangi atau menghilangkan kecenderungan penggabungan pertikel dan pengendapan. Zat penstabil yang dapat ditambahkan yaitu hidrokoloid misalnya Carboxy Methyl Cellulose CMC. 7 Semakin tinggi konsentrasi CMC yang ditambahkan, maka stabilitas suspensi sari buah yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini karena gugus CMC yang bersifat hidrofilik akan menyerap air dan membentuk jaringan tiga dimensi, sehingga air yang sebelumnya berada di luar granula bergerak bebas, tidak dapat lagi bergerak bebas. Penambahan hidrokoloid bersifat melindungi koloid yang dapat melapisi seluruh pertikel padatan sehingga mencegah terjadinya penggabungan pertikel-partikel yang terdispersi, sehingga suspensinya stabil. Pada sari buah keruh perlu dilakukan pencegahan proses penjernihan secara spontan. Penyaringan pada sari buah keruh dilakukan apabila bahan-bahan tersuspensi dihilangkan dengan proses finning. Pada beberapa jenis sari buah penghilangan protein dengan penambahan bentonit lebih efektif. 8. Pasteurisasi Pamanasan sebagai tahap pengawetan dimaksudkan untuk mencegah terjadinya kerusakan pada sari buah. Seperti diketahui sari buah cukup baik untuk pertumbuhan mikroorganisme yang tidak dikehendaki terutama yeast dan masih memungkinkan adanya bau dan aroma khas dari buah. Pasteurisasi dilakukan pada suhu 80 o C selama 20 menit. 9. Pembotolan dan penghilangan udara exhausting Sari buah yang telah dipasteurisasi dimasukkan ke dalam botol yang telah disterilkan dengan kapasitas 250 ml. Air buah yang dimasukkan masih dalam keadaan panas, hal ini dimaksudkan untuk meminimalkan kontaminan yang terikut. Sebelum dilakukan penutupan botol, sisa udara yang terdapat 8 dalam botol dihilangkan dengan jalan pemanasan dalam air mendidih selama kurang lebih lima menit. 10. Penutupan Setelah exhausting maka tahap selanjutnya adalah penutupan yang merupakan proses finishing dari pembuatan sari buah. Diagram alir alir pengolahan sari buah menurut Pujimulyani dapat dilihat pada Gambar 1. 9 Buah matang Sortasi, pengupasan, pencucian keterangan: = bahan baku = hasil olahan sementara bahan penolong = proses = produk Pencampuran dengan stabilizer CMC, gum arab, bahan hirrokoloid Penjernihan sentrifugasi filtrasi gelatine Sari buah dalam botol Penutupan Exhausting Pembotolan Sari buah pasteurisasi Penyaringan Ekstraksi Blanching Pemotongan dan penghilangan biji Gambar 1.Diagram alir pengolahan sari buah Sumber: Pujimulyani, 2009:123. 10

2.3. Harga

Dokumen yang terkait

Analisis Harga Jual Bibit Melalui Penetapan Harga Pokok Produksi Bibit Kol (Brassica Oleracea Cv. Capitata) (Studi Kasus : Pt. Horti Jaya Lestari Kebun Smik Kabupaten Karo)

11 113 94

Analisis kelayakan finansial usaha pengolahan buah (studi kasus: Cv. Winner Perkasa Indonesia Unggul, Sawangan, Depok, Jawa Barat)

2 7 116

Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus di Pabrik Moulding & Parket KIPKJ Cepu Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah)

0 10 219

Penetapan Harga Pokok Produksi dengan Pendekatan Activity Based Costing (Studi Kasus Pabrik Kayu Lapis PT. Wana Rimba Kencana, Samarinda Kal-Tim)

0 10 222

Analisis penetapan harga pokok produksi pepaya (Carica Pepaya) dengan metode activity based costing pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat

5 44 109

Analisis kelayakan usaha pembuatan jus dan sirup belimbing manis dan jambu biji merah (Studi kasus CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat)

6 42 126

Strategi Pegembangan Usaha Jus Buah Pada CV Winner Perkasa Indonesia Unggul, Kota Depok, Jawa Barat

15 119 162

ANALISIS HARGA POKOK PRODUKSI DENGAN PENDEKATAN ACTIVITY BASED COSTING (ABC) SYSTEM PADA PT. MEBEL MARIE ALBERT INDONESIA SEMARANG.

0 2 18

Analisis Perbandingan Penetapan Harga Jual Melalui Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Konvensional dan Activity Based Costing.

0 3 19

Penentuan Harga Pokok Produksi (Seed Selecta Machine) Di CV. Pijar Kanaan Dengan Pendekatan Konsep Activity Based Costing.

0 10 28