Analisis penetapan harga pokok produksi pepaya (Carica Pepaya) dengan metode activity based costing pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat

(1)

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

PEPAYA (

Carica papaya

) DENGAN METODE

ACTIVITY

BASED COSTING

PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA

DI BOGOR JAWA BARAT

OLEH :

EDWIN HAPOSAN A14102671

POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

RINGKASAN

EDWIN HAPOSAN. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat Di bawah Bimbingan Harianto.

Pepaya eksotik merupakan pepaya yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pepaya lokal, antara lain yaitu bentuk yang unik, ukuran kecil sampai sedang (0.5 – 1.5 kg), kulit buah halus, warna daging buah jingga – merah, segar, rasa manis, tekstur buah lembut. Keunggulan yang dimiliki pepaya eksotik dapat dijadikan kekuatan bersaing dengan pepaya jenis lain. Karena umumnya pepaya-pepaya yang diekspor berukuran kecil. Hal ini disebabkan konsumen luar negeri mempunyai jumlah keluarga yang sedikit dan mereka kurang menyukai pepaya yang berukuran besar sehingga secara umum pepaya yang diperdagangkan di pasar Internasional berukuran kecil sampai sedang. Hal ini dapat membuka peluang pepaya eksotik baik untuk tujuan pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu dari segi budidaya, pepaya eksotik dibudidayakan secara intensif sehingga pepaya yang dihasilkan berkualitas.

Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap pepaya dan potensi pasar mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tingkat produksi pepaya khususnya pepaya eksotik ini Semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan budidaya pepaya eksotik membuat setiap perusahaan termasuk harus menetapkan harga jual yang tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana perusahaan dapat berkembang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manfaat yang dicapai melalui metode ABC dengan membandingkan dengan metode yang ada di perusahaan sehingga bisa direkomendasikan sebagai alternatif lain dari perhitungan harga pokok produksi.


(3)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi yang tepat.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Cipta Daya Agri Jaya, Bogor dimana pengambilan datanya dilakukan selama bulan November sampai Desember 2005, dengan pertimbangan bahwa PT Cipta Daya Agri Jaya memiliki diversifikasi produknya. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak menajemen, karyawan dan staf perusahaan. Data sekunder didapat dari laporan keuangan dan laporan produksi perusahaan. Selain itu diperoleh juga dari berbagai literatur dan tulisan yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan harga pokok produksinya adalah metode kompensional. Metode ini relatif mudah untuk diaplikasikan, akan tetapi kurang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk sehingga penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan kurang tepat. Perhitungan harga pokok produksi melalui pendekatan activity based costing mampu mengidentifikasi biaya dasar kosumsi aktivitas pembuatan produk yang sesungguhnya.

Berdasarkan perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi metode ABC diketahui bahwa metode ABC menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih tinggi untuk semua jenis pepaya tersebut yaitu Pepaya California, Hawaaii dan Jelita. Meskipun perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC lebih tinggi dari pada metode perusahaan, tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi pada setiap proses produksi. Hal ini dapat dipahami karena ABC melakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian


(4)

sumberdaya, biaya, aktifitas dan produk. Oleh karena itu, informasi ini sangat diperlukan oleh manajemen dalam usaha meningkatkan efisiensi produk. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahan yang menghasilkan nilai yang lebih rendah biasa terjadi karena salah dalam pembebanan overhead, yaitu jumlah produk yang tinggi dibebani biaya overhead yang tinggi, demikian pula sebaliknya

Jika perusahan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka upaya yang dapat dilakukan perusahaan dengan cara meningkatkan harga jual secara kontinu untuk semua jenis pepaya ini yaitu Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita dengan memperhatikan harga pokok menurut ABC. Faktor yang medukung untuk dilakukannya peningkatan harga jual ini juga dapat dilihat di tingkat swalayan seperti di Ada Swalayan harga Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita masih jauh lebih rendah dibanding pepaya pesaing yaitu pepaya Bogor B-1 dengan harga jual Rp. 9.100/Kg. Peningkatan harga ini disertai dengan adanya promosi serta pemberian label atau merek dari perusahaan, sehingga konsumen dapat lebih mengenal pepaya produksi PT Cipta Daya Agri Jaya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perhitungan harga pokok metode ABC, maka cara kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan volume produksi atau peningkatan hasil panen semua jenis pepaya yang diproduksi, meningkatkan pemeliharaaan tanaman pepaya dalam kegiatan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta dapat memenuhi jumlah pesanan yang cukup besar, sehingga dapat menurunkan biaya produksi.


(5)

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

PEPAYA (

Carica papaya

) DENGAN METODE

ACTIVITY

BASED COSTING

PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA

DI BOGOR JAWA BARAT

Oleh

EDWIN HAPOSAN A14102671

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(6)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Edwin Haposan

NRP : A14102671

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir Harianto, MS. NIP. 131 430 801

Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698


(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT ” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

BOGOR, JANUARI 2006

EDWIN HAPOSAN A14103511


(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 01 September 1981. Penulis

adalah anak ke lima dari lima bersaudara pasangan A Lubis (Alm) dan T Pakpahan .

Pada tahun 1993 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri No 97 Kota Jambi. penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14 Jambi, dan lulus tahun 1996

Pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Jambi. Tahun 1999 penulis diterima di Program Diploma Tiga Universitas Padjajaran melalui jalur umum pada Program Studi Kehutanan, dan selesai tahun 2002. Tahun 2003 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur umum.


(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karuniaNYA, sehingga Skripsi ini yang berjudul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Base Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat, dapat diselesaikan yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor..

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir. Haryanto MS. yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menulis proposal penelitian ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Administratur PT. Cipta Daya Agri Jaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini. Penulis berharap akan ada saran dan kritik yang dapat menyempurnakan proposal penelitian ini.

Bogor, Januari 2006


(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena berkat rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak (Alm), ibu dan kakak-kakak dan abangku atas doa,dorongan moril dan materi, kesabaran dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

3. Ir. Tanti Novianti, selaku dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan masukan pada penulis.

4. Pak Nano, pak Iwan serta karyawan lainnya di PT Cipta Daya Agri Jaya Cikarawang Bogor, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder.

5. Iwan, Titi, Siska lorentina, Reynold Tompul, Ronald Juntak yang selalu memberka inspirasi dan masukannya.

6. Iwan Siagian atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar. 7. Teman-teman Ekstensi atas dukungan dan bantuannya selama ini

8. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan memberikan rahmat dan kasih-Nya.


(11)

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

PEPAYA (

Carica papaya

) DENGAN METODE

ACTIVITY

BASED COSTING

PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA

DI BOGOR JAWA BARAT

OLEH :

EDWIN HAPOSAN A14102671

POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(12)

RINGKASAN

EDWIN HAPOSAN. Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat Di bawah Bimbingan Harianto.

Pepaya eksotik merupakan pepaya yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pepaya lokal, antara lain yaitu bentuk yang unik, ukuran kecil sampai sedang (0.5 – 1.5 kg), kulit buah halus, warna daging buah jingga – merah, segar, rasa manis, tekstur buah lembut. Keunggulan yang dimiliki pepaya eksotik dapat dijadikan kekuatan bersaing dengan pepaya jenis lain. Karena umumnya pepaya-pepaya yang diekspor berukuran kecil. Hal ini disebabkan konsumen luar negeri mempunyai jumlah keluarga yang sedikit dan mereka kurang menyukai pepaya yang berukuran besar sehingga secara umum pepaya yang diperdagangkan di pasar Internasional berukuran kecil sampai sedang. Hal ini dapat membuka peluang pepaya eksotik baik untuk tujuan pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu dari segi budidaya, pepaya eksotik dibudidayakan secara intensif sehingga pepaya yang dihasilkan berkualitas.

Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap pepaya dan potensi pasar mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tingkat produksi pepaya khususnya pepaya eksotik ini Semakin ketatnya persaingan diantara perusahaan budidaya pepaya eksotik membuat setiap perusahaan termasuk harus menetapkan harga jual yang tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana perusahaan dapat berkembang. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis manfaat yang dicapai melalui metode ABC dengan membandingkan dengan metode yang ada di perusahaan sehingga bisa direkomendasikan sebagai alternatif lain dari perhitungan harga pokok produksi.


(13)

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai pertimbangan bagi perusahaan dalam menentukan harga pokok produksi yang tepat.

Penelitian ini dilaksanakan di PT Cipta Daya Agri Jaya, Bogor dimana pengambilan datanya dilakukan selama bulan November sampai Desember 2005, dengan pertimbangan bahwa PT Cipta Daya Agri Jaya memiliki diversifikasi produknya. Data primer diperoleh melalui wawancara dengan pihak menajemen, karyawan dan staf perusahaan. Data sekunder didapat dari laporan keuangan dan laporan produksi perusahaan. Selain itu diperoleh juga dari berbagai literatur dan tulisan yang dianggap relevan dengan penelitian ini.

Metode yang digunakan perusahaan untuk menentukan harga pokok produksinya adalah metode kompensional. Metode ini relatif mudah untuk diaplikasikan, akan tetapi kurang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk sehingga penentuan harga pokok produksi yang dihasilkan kurang tepat. Perhitungan harga pokok produksi melalui pendekatan activity based costing mampu mengidentifikasi biaya dasar kosumsi aktivitas pembuatan produk yang sesungguhnya.

Berdasarkan perbandingan antara perhitungan harga pokok produksi perusahaan dengan perhitungan harga pokok produksi metode ABC diketahui bahwa metode ABC menghasilkan perhitungan harga pokok yang lebih tinggi untuk semua jenis pepaya tersebut yaitu Pepaya California, Hawaaii dan Jelita. Meskipun perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC lebih tinggi dari pada metode perusahaan, tetapi metode ABC mencatat biaya produksi yang benar-benar terjadi pada setiap proses produksi. Hal ini dapat dipahami karena ABC melakukan usaha yang lebih besar untuk menyeimbangkan pemakaian


(14)

sumberdaya, biaya, aktifitas dan produk. Oleh karena itu, informasi ini sangat diperlukan oleh manajemen dalam usaha meningkatkan efisiensi produk. Perhitungan harga pokok produksi dengan metode perusahan yang menghasilkan nilai yang lebih rendah biasa terjadi karena salah dalam pembebanan overhead, yaitu jumlah produk yang tinggi dibebani biaya overhead yang tinggi, demikian pula sebaliknya

Jika perusahan ingin menetapkan metode ABC dan tetap memperoleh laba yang diinginkan, maka upaya yang dapat dilakukan perusahaan dengan cara meningkatkan harga jual secara kontinu untuk semua jenis pepaya ini yaitu Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita dengan memperhatikan harga pokok menurut ABC. Faktor yang medukung untuk dilakukannya peningkatan harga jual ini juga dapat dilihat di tingkat swalayan seperti di Ada Swalayan harga Pepaya California, Pepaya Hawaii dan Pepaya Jelita masih jauh lebih rendah dibanding pepaya pesaing yaitu pepaya Bogor B-1 dengan harga jual Rp. 9.100/Kg. Peningkatan harga ini disertai dengan adanya promosi serta pemberian label atau merek dari perusahaan, sehingga konsumen dapat lebih mengenal pepaya produksi PT Cipta Daya Agri Jaya. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari perhitungan harga pokok metode ABC, maka cara kedua yang dapat dilakukan yaitu dengan meningkatkan volume produksi atau peningkatan hasil panen semua jenis pepaya yang diproduksi, meningkatkan pemeliharaaan tanaman pepaya dalam kegiatan pemupukan, pemberantasan hama dan penyakit serta dapat memenuhi jumlah pesanan yang cukup besar, sehingga dapat menurunkan biaya produksi.


(15)

ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI

PEPAYA (

Carica papaya

) DENGAN METODE

ACTIVITY

BASED COSTING

PADA PT. CIPTA DAYA AGRI JAYA

DI BOGOR JAWA BARAT

Oleh

EDWIN HAPOSAN A14102671

SKRIPSI

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar SARJANA PERTANIAN

Pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

POGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(16)

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh: Nama : Edwin Haposan

NRP : A14102671

Program Studi : Ekstensi Manajemen Agribisnis

Judul Skripsi : Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Based Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat

Dapat diterima sebagai salah satu syarat kelulusan pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir Harianto, MS. NIP. 131 430 801

Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr. NIP. 130 422 698


(17)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “ANALISIS PENETAPAN HARGA POKOK PRODUKSI PEPAYA (Carica papaya) DENGAN METODE ACTIVITY BASED COSTING PADA PT CIPTA DAYA AGRI JAYA DI BOGOR JAWA BARAT ” BENAR-BENAR MERUPAKAN KARYA SAYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

BOGOR, JANUARI 2006

EDWIN HAPOSAN A14103511


(18)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jambi pada tanggal 01 September 1981. Penulis

adalah anak ke lima dari lima bersaudara pasangan A Lubis (Alm) dan T Pakpahan .

Pada tahun 1993 Penulis menyelesaikan Pendidikan Dasar di Sekolah Dasar Negeri No 97 Kota Jambi. penulis melanjutkan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama di SMP Negeri 14 Jambi, dan lulus tahun 1996

Pada tahun 1999 Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 Jambi. Tahun 1999 penulis diterima di Program Diploma Tiga Universitas Padjajaran melalui jalur umum pada Program Studi Kehutanan, dan selesai tahun 2002. Tahun 2003 penulis diterima di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis Institut Pertanian Bogor melalui jalur umum.


(19)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan karuniaNYA, sehingga Skripsi ini yang berjudul Analisis Penetapan Harga Pokok Produksi Pepaya (Carica Pepaya) Dengan metode Activity Base Costing Pada PT Cipta Daya Agri Jaya di Bogor Jawa Barat, dapat diselesaikan yang merupakan syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor..

Melalui kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir. Haryanto MS. yang telah memberikan bimbingan, saran dan kritik dalam menulis proposal penelitian ini. Selain itu, penulis mengucapkan terima kasih pula kepada Administratur PT. Cipta Daya Agri Jaya yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian di tempat tersebut.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan proposal penelitian ini. Penulis berharap akan ada saran dan kritik yang dapat menyempurnakan proposal penelitian ini.

Bogor, Januari 2006


(20)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat TUHAN YANG MAHA ESA karena berkat rahmat dan kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini ditulis dalam rangka memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Harianto, MS. selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan, masukan dan bantuannya dengan sabar dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.

2. Kedua orang tuaku yang tercinta bapak (Alm), ibu dan kakak-kakak dan abangku atas doa,dorongan moril dan materi, kesabaran dan kasih sayang yang tiada henti-hentinya.

3. Ir. Tanti Novianti, selaku dosen evaluator yang telah memberikan kritik dan masukan pada penulis.

4. Pak Nano, pak Iwan serta karyawan lainnya di PT Cipta Daya Agri Jaya Cikarawang Bogor, atas bantuannya dalam memperoleh data primer dan data sekunder.

5. Iwan, Titi, Siska lorentina, Reynold Tompul, Ronald Juntak yang selalu memberka inspirasi dan masukannya.

6. Iwan Siagian atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar. 7. Teman-teman Ekstensi atas dukungan dan bantuannya selama ini

8. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penyusunan skripsi semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas dan memberikan rahmat dan kasih-Nya.


(21)

Skripsi ini masih memiliki banyak kekurangan dan kelemahan untuk dianggap sempurna. Penulis mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan. Semoga skripsi ini bermanfaat untuk penulis dan pembaca

Bogor, Januari 2006


(22)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i DAFTAR ISI . ... ii DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR ... v BAB I. PENDAHULUAN ... 1 1.1. Latar Belakang ... 1 1.2. Perumusan Masalah ... 4 1.3. Tujuan Penelitian ... 7 1.4. Kegunaan Penelitian ... 8 1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 8 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Produk Agribisnis ... 9 2.2 Biaya dan Klasifikasinya ... 11 2.3 Penetapan Harga ... 14 2.4 Harga Pokok Produksi . ... 17 2.5 Metode Penentuan Harga Pokok Produksi ... 19 2.6 Pengertian dan Definisi Activity Based Costing System (ABC) 21 2.7 Sistem Penentuan Tarif ... 23 2.8 Perbedaan antara Sistem ABC dengan Sistem Kalkulasi

Biaya Tradisional Keunggulan dan Kelemahan Metode ABC 25 2.9 Keunggulan, Kelemahan dan Manfaat metode ABC ………… 27 2.10 Hasil Penelitian Terdahulu ……… 29 BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN... 31 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ... 31 3.2 Kerangka Pemikiran oprasional ... 35 BAB IV. METODE PENELITIAN ... 39 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 39 4.2 Metode Pengumpulan Data ... 39 4.3 Metode Pengolahan Data dan Analisis Data ... 40


(23)

4.4 Defenisi Operasional ... 42

BAB V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 44 5.1 Latar Belakang Perusahaan ... 44 5.2 Lokasi Dan Tata Letak Perusahaan ... 44 5.3 Organisasi Perusahaan ... 45 5.4 Sumber Daya Manusia ... 47 5.5 Aktivitas Perusahaan ... 47

BAB VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 51 6.1 Produksi Perusahan ... 51 6.2 Perhitungan Harga Pokok Penjualan Metode Perusahaan .... 53 6.3 Perhitungan Harga Pokok Produksi Pepaya PT Cipta Daya

Agri Jaya dengan Metode ABC ... 57 6.3.1 Penggunaan Sumberdaya dan Biaya Langsung ... 57 6.3.2 Penggunaan Sumber Daya Tidak Langsung ... 58 6.3.3 Perhitungan Pemacu Biaya ... 61 6.3.4 Pengelompokkan Aktivitas ... 63 6.3.5 Menghitung Tarif Biaya ... 66 6.3.6 Pengalokasian Biaya ... 66 6.3.7 Perhitungan Harga Pokok Produksi ... 66 6.4 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode

Perusahaan Dengan Metode ABC ... 67 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN ... 71 7.1 Kesimpulan ... 71 7.2 Saran ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 74 DAFTAR LAMPIRAN ... 76


(24)

1 Konsumsi Per kapita Buah-buahan di Indonesia tahun 1999-2002 ... 1 2. Komposisi Zat Gizi Pepaya per 100 g Bahan... ... 3 3. Harga jual pepaya yang ditentukan oleh PT Cipta Daya Agri Jaya.

Tahun 2005 ... 5 4. Perbedaan antara Penetapan Harga Pokok Proses dan Penetapan

Harga Pokok Pesanan ... 20 5. Produksi pepaya PT. Cipta Daya Agri Jaya pada tahun 2005... 51 6. Tahap Proses Produksi Pepaya di PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun

2005 ... 52 7. Tenaga Kerja Langsung dan Tidak Langsung Pada Tiap-Tiap Tahap

Produksi PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 ... 53 8. Jenis Peralatan yang Digunakan pada Tiap-Tiap Tahap Produksi

PT.Cipta Daya Agri Jaya ... 53 9. Perhitungan Harga Pokok Produksi Tanaman Pepaya dengan Metode

Perusahaan PT. Cipta Daya Agri Jaya, Tahun 2005 ... 55 10. Biaya Tenaga Kerja Langsung PT. Cipta Daya Agri Jaya Tahun

2005 (Rupiah) ... 58 11. Penggunaan Biaya Bahan Penolong pada PT Cipta Daya Agri Jaya

tahun 2005 (Rupiah) ... 59 12. Biaya Penyusutan Mesin dan Alat pada PT. Cipta Daya Agri Jaya

Tahun 2005 (Rupiah) ... 60 13. Penggunaan Bangunan Pada PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 ... 60 14. Biaya Administrasi dan Umum Produksi PT. Cipta Daya Agri Jaya

Tahun 2005... 61 15. Konsumsi Pemacu Biaya Pada PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 62 16. Konsumsi Pemacu Biaya JKK dalam Tahun 2005 ... 62 17. Jumlah Produksi Kultur jaringan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun

2005 ... 63 18. Konsumsi Luas Bangunan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun 2005 ... 63 19. Penggunaan Sumberdaya Tidak langsung yang Timbul pada


(25)

20. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasar Pemacu Biaya Jam Peralatann (JPR) ... 65 21. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung Berdasar

Pemacu Biaya Jam Kerja Karyawan (JKK) ... 65 22. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak Langsung

Berdasarkan Pemacu Luas Bangunan ... 65 23. Perhitungan Tarif Biaya Kelompok Biaya Tidak langsung PT Cipta

Daya Agri Jaya ... 65 24 Perhitungan Harga Pokok Produksi per Kilogram (Rupiah/Kg)

dengan Metode ABC ... 67 25 Analisis Perbandingan Harga Pokok Produksi Metode Perusahaan


(26)

DAFTAR GAMBAR

1. Hubungan Alokasi Biaya Ke Produk ... 22 2. Pembandingan Metode Konvensional dengan ABC ... 26 3. Alur Kerangka Pemikiran Konseptual ... 38 4. Bagan Struktur Organisasi PT Cipta Daya Agri Jaya ... 46


(27)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Metode Perusahaan PT Cipta Daya Agri Jaya Tahun 20005 ... 76 1.a. Perhitungan Harga Pokok Pepaya California ... 76 1.b. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Hawaii ... 77 1.c. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Jelita ... 78 1.d. Akumulasi Total Perhitungan Harga Pokok Perusahaan ... 79 2. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada PT Cipta Daya Agri Jaya

tahun 2005 (Rupiah) ... 79 3. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak langsung Berdasar

Pemacu Biaya Unit yang Diproduksi Tahun 2005 ... 80 4. Konsumsi Jam Peralatan Sarana Produksi PT Cipta Daya Agri Jaya 80 5. Perhitungan Alokasi Biaya Tidak Langsung ke Masing-masing Jenis

Pepaya ... 81 6. Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Peralatan (JPR) ... 82 7. Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Kerja Karyawan

(JKK) ... 82 8. Peta Lahan Bawah Pepaya ... 83 9. Peta Lahan Atas Pepaya ... 84


(28)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Sebagai salah satu negara tropis yang iklimnya menunjang bagi pertumbuhan buah-buahan terutama buah-buahan tropika, potensi yang dimiliki Indonesia adalah beragam buah-buahan khas tropika yang mempunyai cita rasa yang khas (exotic fruits). Peluang pengembangan buah-buahan segar Indonesia didukung oleh tingkat konsumsi sebagian besar buah-buahan segar yang selalu meningkat secara fluktuatif. Peningkatan konsumsi buah-buahan segar ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Konsumsi Per Kapita Buah-buahan di Indonesia Tahun 1990 - 2002

No Komoditi 1990 1993 1996 1999 2002

1 Jeruk 0.88 0.94 1.30 1.18 1.95 2 Mangga 0.42 0.52 2.13 0.26 0.30 3 Apel 0.10 0.21 0.68 0.15 0.61 4 Alpukat 0.26 0.16 0.21 0.26 0.25 5 Rambutan 4.78 3.48 2.44 1.95 7.35 6 Duku 1.14 0.16 0.16 0.05 1.80 7 Durian 1.25 0.52 0.52 0.15 0.92 8 Salak 0.42 0.62 0.94 0.72 0.92 9 Nenas 1.09 1.04 0.94 0.66 0.46 10 Pisang 13.83 12.58 9.05 1.23 2.36 11 Pepaya 3.12 3.02 2.86 4.37 1.33

Jumlah 27.29 23.25 21.49 10.98 18.25

Rata-rata perkembangan (%) 11.16 (14.80) (7.57) 48.9 66.21 Sumber : BPS, 2002

Berdasarkan Tabel diatas terlihat konsumsi buah-buahan di Indonesia mulai tahun 1990-2002 mengalami banyak pergeseran tingkat konsumsi per kapita pertahun. Pada tahun 1990 jumlah rata-rata konsumsi buah di Indonesia


(29)

27.29 kg/perkapita/tahun, kemudian menurun menjadi 23.25 kg/kapita/tahun pada tahun 1993 yaitu 21.49 kg/kapita/tahun pada tahun 1996, Kemudian disusul penurunan yang cukup drastis yaitu 10.98 kg/kapita/tahun pada tahun 1999, hal ini disebabkan karena terjadinya krisis moneter di Indonsia yang berdampak pada menurunnya daya beli masyarakat akibat inflasi. Sementara tingkat konsumsi buah-buahan yang dianjurkan FAO yaitu 60 kg/kapita/tahun untuk negara-negara berkembang. Pada tahun 2002, tingkat konsumsi kembali meningkat hampir 90 persen dari tahun 1999 yaitu 18.25 kg/kapita/tahun. Tingkat konsumsi buah-buahan untuk tahun-tahun mendatang tingkat konsumsi buah-buah-buahan akan semakin meningkat seiring dengan membaiknya kondisi perekonomian nasional.

Buah-buahan merupakan produk hortikultura yang memiliki karakteristik cepat rusak (perishable). Karena masih berjalannya proses-proses kehidupan, baik itu penyerapan unsur-unsur hara dan tingkat kematangan dan kualitas yang beragam, penanganan produk hortikultura termasuk buah pepaya perlu dilakukan secara baik agar mutu dan kualitas tetap terjaga dapat memenuhi selera konsumen.

Pepaya merupakan buah yang dikenal dan cukup digemari masyarakat, buah pepaya mengandung zat pembangun tubuh serta pengatur proses dalam tubuh berupa air mineral dan vitamin. Selain itu buah pepaya mempunyai banyak manfaat yaitu untuk terapi memperlancar pencernaan, menghaluskan kulit, mengobati lambung (sakit maag), sariawan, sembelit dan mengurangi panas tubuh, serta membantu membuang lemak dalam tubuh. Bagian tanaman pepaya yang mengandung enzim papain yang digunakan dalam berbagai industri. Nilai gizi buah pepaya dapat dilihat pada Tabel 2.


(30)

Tabel 2. Komposisi Zat Gizi Pepaya per 100 g Bahan

Zat Gizi Pepaya Per 100 g Zat Gizi Pepaya Per 100 g Karbohidrat (g)

Lemak (g) Protein (g) Vitamin B1 (g) Vitamin B2 (g)

12.1 0.30 0.50 0.03 0,04

Vitamin C (mg) Kalsium (mg) Fosfor (mg) Zat Besi (mg) Serat (mg) 74.00 34.00 11.00 1.00 0.70 Sumber : Ditjen BPPHP Departemen Pertanian, 2003

Kecenderungan pola makan yang tidak seimbang menyebabkan ketersediaan buah pepaya semakin dibutuhkan sebagai sumber serat dengan harga relatif lebih murah. Budidaya pepaya umumnya ditunjukkan untuk dijual dalam bentuk buah segar. Daya serap pasar cenderung masih terbuka lebar. Ini ditunjukkan oleh konsumsi per kapita sebesar 2.86 kg pepaya pertahun. Prediksi angka tersebut terus bertambah, tetapi konsumsi pepaya per kapita sebesar 6 kg pepaya per tahun (PT. Cakrawala Pengembangan Agro Sejahtera, 2003).

Proyeksi permintaan pasar terhadap pepaya mencapai 0,77 juta ton pada tahun 2010, sementara itu data produksi pepaya di Indonesia tecatat di Biro Pusat Statistik (BPS) menunjukkan produk rata-rata pada tahun 1992-1998 baru mencapai 0,43 juta ton sehingga Indonesia masih berpeluang untuk meningkatkan produksi pepaya sekitar 0.34 juta ton (79%) untuk memenuhi proyeksi permintaan pada tahun 2010 (Sawit et al,1997).

Pepaya eksotik merupakan pepaya yang memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan jenis pepaya lokal, antara lain yaitu bentuk yang unik, ukuran kecil sampai sedang (0,5 – 1,5 kg), kulit buah halus, warna daging buah jingga – merah, segar, rasa manis, tekstur buah lembut. Keunggulan yang dimiliki pepaya eksotik dapat dijadikan kekuatan bersaing dengan pepaya lokal. Pepaya


(31)

eksotik ini banyak dikonsumsi oleh konsumen luar negeri, Hal ini disebabkan konsumen luar negeri mempunyai jumlah keluarga yang sedikit dan mereka kurang menyukai pepaya yang berukuran besar sehingga secara umum pepaya yang diperdagangkan di pasar Internasional berukuran kecil sampai sedang. Hal ini dapat membuka peluang pepaya eksotik baik untuk tujuan pasar domestik maupun pasar ekspor. Selain itu dari segi budidaya, pepaya eksotik dibudidayakan secara intensif sehingga pepaya yang dihasilkan berkualitas.

1.2. Perumusan Masalah

Buah pepaya yang dibudidayakan petani dan dinikmati oleh konsumen terdiri dari jenis pepaya eksotik dan jenis pepaya lokal. Jenis pepaya eksotik terdiri dari Pepaya California, Pepaya Hawaii (Solo, Honolulu, Pontianak, Medan, Taiwan, Jumbo) yang mempunyai ukuran relatif lebih kecil sampai sedang yaitu 0,5 - 1,5 kg, sedangkan untuk pepaya lokal yang terdiri dari Pepaya Bangkok, Pepaya Malang, Pepaya Bangkok Bogor, Pepaya Paris, Pepaya Jinggo, merupakan pepaya yang memiliki ukuran relatif besar.

Peningkatan pola konsumsi masyarakat terhadap pepaya dan potensi pasar mempunyai prospek yang cukup cerah untuk pengembangan tingkat produksi pepaya khususnya pepaya eksotik. PT Cipta Daya Agri Jaya merupakan salah satu perusahaan pertanian yang membudidayakan jenis pepaya eksotik. Jenis pepaya eksotik yang terdapat pada PT Cipta Daya Agri Jaya yaitu Pepaya California, Pepaya Hawaii, Pepaya Jelita (IPB 9) yang merupakan hasil persilangan. Konsumsi biaya yang cukup besar, dan keinginan untuk produksi pepaya yang terus dapat ditingkatkan penjualannya, serta keinginan agar produk


(32)

yang dihasilkan te tap dikonsumsi oleh konsumen tanpa beralih kepada produk lain, produk subsitusi atau pun produk ko mplementer maka setiap perusahaan termasuk PT Cipta Daya Agri Jaya harus menetapkan harga jual yang tepat untuk menghindari kerugian dan sekaligus mengukur sampai dimana perusahaan dapat berkembang serta upaya efisiensi yang bagaimana yang dapat dilakukan oleh perusahan sehingga mampu meminimalisasi jumlah biaya yang akan dikeluarkan pada periode berikutnya.

Perusahaan pada saat ini masih belum efektif dalam menetapkan harga jualnya, sementara itu setiap volume penjualan pepaya yang dipasok oleh perusahaan baik itu ke supermarket atau toko-toko buah produksi pepaya PT Cipta Daya Agri Jaya berapa pun jumlah pasokannya selalu habis, ini dimungkinkan karena harga yang ditetapkan oleh perusahaan masih relatif murah yaitu bervariasi berkisar antara Rp 3.500,- sampai Rp 5.500,- harga jual masing-masing jenis pepaya yang ditetapkan dapt dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Harga jual pepaya yang ditentukan oleh PT Cipta Daya Agri Jaya. Tahun 2005

Jenis Pepaya Harga Jual Per kilogram (Rupiah)

California 4.095,00

Hawaii 4.680,00

Jelita 3.375,00

Dari Tabel 3 diatas terlihat bahwa harga jual tertinggi yang ditetapkan persahaan pada jenis Pepaya California, sedangkan harga terendah ditetapkan untuk jenis Pepaya Jelita. Harga Pepaya California ditetapkan lebih tinggi ini dikarenakan Pepaya California secara fisik lebih baik penampakannya, dalam


(33)

tekstur kulit luar, warna kulit serta bentuknya yang lonjong. Jadi secara fisik karakteristik fisik Pepaya California ini akan me narik konsumen untuk membelinya. Pepaya Jelita ditetapkan dengan harga jual yang paling rendah, karena jenis pepaya ini merupakan jenis pepaya eksotik yang masih baru, sehingga perusahaan menetapkan dengan harga yang lebih rendah. Secara fisik dan juga rasa manisnya, Pepaya Jelita juga memiliki rasa manis yang sama dengan kedua jenis pepaya lainnya.

Penentuan harga jual ini ditetapkan perusahaan masih menggunakan rumusan tersendiri dan tidak sepenuhnya didasarkan pada harga pokok produksinya. Rumusan tersendiri yang dimaksud yaitu pada saat pemasaran pepaya harga ditentukan dengan memperhitungkan berapa jumlah biaya ya ng telah dikeluarkan, ditambah biaya pemasaran serta porsentase keuntungan, kemudian dibagi dengan jumlah kilogram pepaya yaangdihasilkan Meskipun harga jual telah dirumuskan, tetapi harga yang tersebut harus distujui oleh pemasok, sehingga didapat berapa harga kesepakan yang yang diinginkan,. Kondisi di pasar belum terlihat banyaknya pesaing, jadi perusahaan berperan sebagai penentu harga ( price maker ).

Salah satu penyebab kurang efektifnya harga jual yang ditetapkan perusahaan karena diperkirakan perusahaan masih belum tepat dalam melakukan perhitungan harga pokok produksinya, terutama dalam mengidentifikasi dan mengelompokkan biaya-biaya yang dikeluarkan. Biaya administrasi dan umum (biaya telepon dan biaya pembelian perlengkapan dan tulis) dan biaya penyusutan aktiva (mesin dan bangunan) tidak dimasukkan perusahaan dalam perhitungan harga pokok produksinya. Salah satu akibat dari perhitungan harga pokok


(34)

produksi tersebut adalah terjadinya penurunan produksi yang mengakibatkan menurunnya tingkat keuntungan perusahaan.

Hal ini menyebabkan PT Cipta Daya Agri Jaya perlu melakukan perhitungan harga pokok produksi dengan lebih tepat agar dapat menetapkan harga jual dengan lebih baik, sehingga perusahaan dapat memelihara kontinuitas penjualan dan meningkatkan daya saingnya. Selain itu pelaksanaan kegiatan produksi dan pemasaran yang efektif dan efisien juga perlu dilakukan. Efektif yaitu dengan cara mengoptimalkan kemampuan faktor-faktor produksi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Efisien juga mengandung arti yaitu mengupayakan biaya produksi minimum sehingga harga pokok dapat lebih rendah.

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana aktivitas proses produksi pepaya pada PT Cipta Daya Agri Jaya ? 2. Bagaimana perhitungan harga pokok penjualan PT Cipta Daya Agri Jaya? 3. Apakah metode ABC bisa direkomendasikan sebagai alternatif dari

perhitungan harga pokok produksi yang dilakukan perusahaan selama ini ?

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang telah dikemukakan di atas tujuan yang ingin di capai dari penelitian ini adalah :

1. Mempelajari proses produksi pepaya di PT Cipta Daya Agri Jaya

2. Menganalisis perhitungan harga pokok penjualan pada PT Cipta Daya Agri Jaya


(35)

3. Menganalisis manfaat yang dicapai melalui metode ABC dengan membandingkan dengan metode yang ada di perusahaan sehingga bisa direkomendasikan sebagai alternatif lain dari perhitungan harga pokok produksi.

1.4. Kegunaan penelitian

Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan dalam menyusun harga pokok penjualan dalam rangka menetapkan harga jual dan efisiensi biaya. Hasil penelitian ini juga dapat menjadi tambahan wawasan pengetahuan dan pengalamaan sebagai media penerapan ilmu yang diperoleh selama kuliah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan tambahan informasi bagi pihak-pihak yang memerlukan dan masukan bagi para pengambil keputusan serta sebagai bahan perbandingan untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitan ini adalah sebatas mengkaji penetapan harga pokok pesanan secara activity base costing (ABC) di PT Cipta Daya Agri Jaya untuk penetapan harga jual pepaya dengan melakukan identifikasi biaya-biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengetahui metode manakah yang lebih baik dalam menetapkan harga jual yang lebih efektif.


(36)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Produk Agribisnis

Produk Agribisnis meliputi produk-produk hasil pertanian, perikanan dan peternakan baik segar maupun olahan. Produk segar adalah produk yang dijual dalam keadaan yang segar dan belum mengalami penanganan seperti pengawetan, pengasinan, dan lain-lain. Menurut Harjadi (1989), ciri-ciri dari produk agribisnis adalah sebagai berikut:

1. Bersifat mudah rusak

2. Komponen utama mutu ditentukan oleh kandungan air, bukan oleh kandungan kering.

3. Bersifat meruah, sehingga susah dan mahal dalam biaya pengangkutannya. 4. Ketersediaan sangat tergantung dengan musim.

5. Kualitas tidak seraga m.

6. Harga per komoditi ditentukan oleh mutunya bukan oleh kuantitasnya.

7. Merupakan kebutuhan pokok yang dibutuhkan dalam jumlah yang besar seperti tanaman hortikultura yang diperlukan yang dibutuhkan dalam jumlah yang sedikit setiap harinya.

8. Dari segi gizi penting sebagai sumber karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral.

Tanaman pepaya (Carica papaya L.) berasal dari Amerika Tengah. Tanaman pepaya mudah tumbuh dimana saja sehingga tamanan ini dapat kita jumpai di seluruh Indonesia. Sentra produk pepaya antara lain Jawa Timur, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan, Bali, NTB. Buah pepaya


(37)

kaya akan sumber gizi dan harganya relatif murah. Hampir seluruh bagian tanaman pepaya dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan maupun sebagai bahan industri yaitu mulai dari akar, batang, daun, kuntum bunga, buah, kulit pohon, dan getahnya. Tipe ideal buah pepaya untuk buah segar antara lain (1). Ukuran; kecil-sedang (0,5-1 kg/buah) dan besar (3 kg/buah), (2). Warna Buah; jingga-merah, (3). Warna Kulit; hijau dengan warna orange diselanya, (4). Erdible portion tinggi, (5). Kulit halus, (6). Bentuk oblong, (7). Tekstur renyah, (8). Rasa manis tidak ada pahitnya, (9). Kematangan seragam, (10). Rongga buah kecil, (11). Aroma khas, (12). Kulit tebal, tahan gesekan, dan benturan, serta (13). Daya simpan lebih dari 15 hari, selain itu pepaya unggul harus tahan terhadap cekaman biotik, tahan terhadap cekaman abiotik, dan produktivitas tingi minimal 60 kg/tahun (Pusat Kajiaan Buah Tropika IPB,2002).

Pepaya lokal merupakan pepaya yang sudah lama dibudidayakan petani dan konsumen sudah umum mengenalnya dan biasa mengkonsumsinya. Salah satu jenis pepaya lokal yaitu Pepaya bangkok, menurut warisno (2003) Pepaya Bangkok memiliki karakteristik antara lain buah berbentuk panjang besar dan lancip pada bagian ujung, kulit buah kasar dan tidak rata atau berbenjol-benjol, daging buah berwarna jingga kemerahan, keras dan memiliki rasa manis.

Pepaya eksotik merupakan pepaya jenis baru yang secara umum belum dikenal oleh konsumen maupun petani. Menurut Chan et al. (1994) pohon pepaya sunrise solo berbentuk tinggi tegak dengan buah pertama dihasilkan kira-kira 100 cm dari permukaan tanah. Buah pertama dapat dipanen 46 minggu setelah tanam. Pohonnya merupakan kanopi tinggi, populasi optimal 2000 tanaman/ha. Buah pepaya sunrise solo mempunyai ukuran yang sangat kecil, diameternya


(38)

berkisar antara 7,5-12,5 cm, kulit buahnya licin dan tipis berwarna hijau sampai sangat jingga, ketebalan daging buah bervariasi antara 2,25-5 cm dan bagian dalam buah berwarna kuning sampai agak kemerahan. Rasa buah ini manis dan aromanya tajam. Menurut PKBT (2004) program pemulihan tanaman pepaya menghasilkan varietas IPB-1 yang memiliki karakteristik antara lain bentuk buah lonjong, ukuran buah kecil, panjang buah (cm); 14±1, diameter buah (cm) 10±1, bobot per buah (g) 654±146, warna daging buah kemerahan/jingga, kulit buah hijau sedang, rasa daging buah sangat manis (11-12% Brix), kadar air (%) : 88±2, kadar vitamin C (mg/100g); 122±30, umur petik: ±140 hari setelah anthesis (bunga mekar).

2.2 Biaya dan Klasifikasinya

Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan menghasilkan keuntungan (Swasta dan Sukotjo, 1995).

Menurut Mulyadi (1990). Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau yang kemungki nan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Unsur pokok dalam definisi biaya terjadi menjadi empat, yaitu: (a) Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, (b) diukur dalam satuan uang, (c) yang telah terjadi atau yang secara potensial akan terjadi, dan (d) pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.


(39)

Biaya dapat digolongkan dengan berbagai macam cara tapi umumnya ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai. Lebih lanjut klasifikasi biaya menurut Mulyadi (1999) adalah :

1. Berdasarkan objek pengeluaran

Objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya. Misalnya : nama objek pengeluaran adalah bahan bakar, maka pengeluaran yang berhubungan dengan bahan bakar disebut biaya bahan bakar.

2. Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan (a) Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, meliputi bahan baku, biaya bahan penolong, biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi. Menurut objek pengeluarannya, secara garis besar biaya produksi ini dapat dibagi menjadi biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung dapat disebut dengan istilah biaya utama (prime cost), selain itu biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut pula dengan istilah biaya konversi (mengubah) bahan baku menjadi produk jadi.

(b) Biaya Pemasaran

Biaya pemasaran merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. Contoh biaya pemasaran adalah biaya iklan, biaya promosi, biaya angkutan dari gudang perusahaan ke gudang


(40)

pembeli, gaji karyawan pada bagian pemasaran, dan biaya contoh (sample).

(c) Biaya Administrasi dan Umum

Biaya administrasi dan umum merupakan biaya-biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. Contohnya adalah biaya gaji karyawan (bagian keuangan, bagian akuntansi, bagian personalia, dan bagian hubungan masyarakat), bagian pemeriksaan akuntan, dan biaya fotocopy.

3. Berdasarkan hubungan biaya dengan sesuatu yang dibiayai

Sesuatu yang dapat dibiayai dapat berupa produk atau departemen. Biaya ini diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu :

(a) Biaya Langsung (direct cost)

Biaya langsung merupakan biaya yang terjadi dimana penyebab satu-satunya adalah karena adanya biaya yang dibiayai. Contoh biaya langsung adalah biaya produk langsung (biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung).

(b) Biaya Tidak Langsung (indirect cost)

Biaya tidak langsung adalah biaya yang tidak terjadi hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. Salah satu contoh dari biaya tidak langsung adalah biaya listrik.

4. Berdasarkan perilaku dalam hubungannya dengan perubahan volume kegiatan (a) Biaya Variabel (variable cost)


(41)

Biaya variabel merupakan biaya yang jumlah totalnya berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan. Contoh biaya variabel adalah biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.

(b) Biaya semivariabel (semivariable cost)

Biaya semivariabel adalah biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. Biaya semivariabel mengandung unsur biaya tetap dan unsur biaya variabel.

Menurut Madiasmo (1994), biaya adalah penggunaan sumber-sumber ekonomi yang diukur dengan satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk objek atau tujuan tertentu.

2.3. Penetapan Harga

Harga merupakan alat persaingan yang penting dan masih dipercaya konsumen sebagai petunjuk kualitas produk. Secara singkat dapat dikatakan bahwa harga adalah jumlah uang yang diterima untuk barang dan jasa tertentu, sedangkan secara luas dapat pula dikatakan bahwa harga adalah jumlah nilai yang dipertukarkan para konsumen untuk mencapai manfaat penggunaan barang-barang atau jasa-jasa (Winardi, 1992).

Harga adalah satu-satunya unsur dalam bauran pemasaran yang menghasilkan pendapatan penjualan. Unsur-unsur lainnya jelas mengakibatkan keluarnya biaya. Sungguhpun demikian masih banyak perusahaan yang tidak menggarap masalah harga jual dengan baik. Kesalahan-kesalahan yang umumnya terjadi ialah : penetapan harga sangat mengarah pada biaya; harga jual kurang sering ditinjau padahal pasar selalu berubah; harga jual ditentukan secara


(42)

tersendiri, lepas dari bauran pemasaran dan bukannya merupakan satu unsur yang terpadu dalam strategi penempatan pasar; harga jual kurang bervariasi bagi jenis produk dan segmen pasar yang berlainan (Kotler,1994).

Masalah penetapan harga mencakup segala usaha-usaha mencocokkan biaya dan volume penjualan dengan barang yang tersedia dibayar oleh pembeli sedemikian rupa sehingga mampu memberikan nafkah bagi pemilik usaha, menyediakan lapangan kerja yang layak bagi karyawan dan memberika n laba bagi pembiayaan usaha dimasa depan, dan dalam unit usaha yang besar. Serta membayar deviden bagi para pemegang saham (Lewis,1994).

Harga suatu barang lebih ditentukan oleh pandangan orang mengenai nilai barang. Jadi tidak serta merta terkait secara langsung dengan biaya pembuatan barang tersebut. Hal ini menyebabkan mengapa gagasan yang baik cenderung tidak komersil karena biaya pembuatan dan pemasarannya melampaui kesediaan orang untuk membayar biaya pembuatan suatu barang ataupun pengadaan suatu barang atau jasa harus benar-benar dihitung secara cermat dan diperbandingkan dengan harga pasar sedemikian rupa sehingga kita dapat memperkirakan rentabilitasnya (Lewis,1994).

Menurut Kotler (1994), perusahaan harus mempertimbangkan banyak faktor dalam membuat kebijakan atas penetapan harga jual. Enam langkah untuk menetapkan harga jual tersebut adalah:

1. Menentukan tujuan harga

Lima tujuan usaha yang utama yang dapat diraih oleh perusahaan melalui harga adalah bertahan hidup (survival), maksimalisasi laba jangka pendek,


(43)

maksimisasi pertumbuhan penjualan, unggul dalam pasar dan unggul dalam mutu produk.

2. Menentukan permintaan

Setiap harga yang ditetapkan perusahaan akan menarik sejumlah permintaan yang berlainan. Hubungan antara harga jual dengan apa yang disebut dengan kurva permintaan (demand Schedule). Kurva permintaan ini menggambarkan jumlah produk yang akan dibeli di pasar dalam periode tertentu pada berbagai tingkat harga. Hubungan antara permintaan dan harga jual biasanya berbanding terbalik, yaitu makin tinggi harga, semakin sedikit jumlah permintaan dan demikian sebaliknya.

3. Seluruh biaya yang telah dikeluarkan perusahaan akan menjadi batas harga jual terendah. Perusahaan atau penjual harga tertentu saja menginginkan harga yang mampu menutup seluruh biaya produksi, distribusi, biaya penjualan, serta sejumlah keuntungan yang memadai bagi segala usaha dan resiko yang dihadapinya.

4. Harga jual yang dipasang oleh para pesaing serta kemungkinan reaksi-reaksi yang timbul akan ikut menentukan strategi harga jual yang ditempuh perusahaan. Perusahan dapat memanfaatkan tingkat harga jual serta tawaran pesaing sebagai titik orientasi strategi harga jual tersendiri.

5. Pemilihan metode penetapan harga

Dalam memecahkan masalah penetapan harga, banyak perusahaan memilih metode penetapan harga yang melibatkan satu atau lebih dari ketiga pertimbangan mengenai biaya-biaya produk, harga jual pesaing dan harga jual barang substitusi serta ciri-ciri produk yang khas.


(44)

6. Menyeleksi harga akhir

Tujuan dari berbagai metode penetapan harga di atas adalah mempersempit skala harga yang berikutnya akan mempermudah dalam pemilihan. Dalam menentukan harga akhir perusahaan harus melihat pertimbangan seperti faktor psikologi, pengaruh unsur-unsur bauran pemasaran lainnya terhadap harga, kebijakan perusahaan dalam harga jual dan dampak harga pada pihak-pihak lain.

Dengan mempertimbangkan enam faktor diatas maka pihak perusahaan dapat dengan tepat dalam mengambil kebijakan dalam menentukan harga jual produknya, sehingga dengan harga tersebut dapat memberikan keuntungan serta dapat diterima konsumen sebagi harga yang sesuai.

2.4. Harga Pokok dan Fungsinya

Harga pokok menurut Mulyadi (1993) adalah pengorbanan sumber ekonomi untuk mengubah aktiva (berupa persediaan bahan baku) menjadi aktiva lain (berupa persediaan produk jadi). Sedangkan menurut Adikoesoema (1986) dalam Osa (2002), harga pokok adalah gambaran kuantitatif dari pengorbanan (yang bertujuan) yang harus dikeluarkan oleh produsen pada penukaran barang/jasa yang ditawarkan di pasar, jadi prinsipnya bahwa harga pokok adalah merupakan nilai dari pengorbanan-pengorbanan yang seharusnya dilakukan oleh produsen untuk sesuatu barang atau jasa hasil produksi.

Menurut Mulyadi (1999), tujuan utama dari perhitungan harga pokok produk yaitu :


(45)

2. Untuk menetapkan beda laba yang akan didapatkan dalam pertukaran. 3. Sebagai alat untuk menilai efisiensi dari suatu proses produksi.

4. Membuat keputusan menerima atau menolak pesanan.

Berdasarkan pendapat di atas tentang tujuan perhitungan harga pokok tersebut maka semakin jelas betapa pentingnya penentuan harga pokok sebab dapat mengetahui apakah penukaran dari barang produksi menghasilkan laba atau tidak. Perhitungan harga pokok harus dilakukan secara teliti dan benar, karena jika terjadi kesalahan dalam perhitungan harga pokok akan menyebabkan kerugian perusahaan dalam bidang usahanya.

Ada dua kemungkinan yang akan ditemui apabila perusahaan tidak teliti dalam melakukan perhitungan harga pokok yaitu:

1. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu rendah

Perhitungan harga pokok yang terlalu rendah akan menyebabkan harga yang ditawarkan oleh perusahaan di pasar juga terlalu rendah, sehingga perusahaan akan mengalami kerugian karena pendapatan yang diperoleh dari barang yang ditawarkan tidak dapat menutupi biaya-biaya yang dikorbankan untuk memproduksi barang tersebut.

2. Harga pokok yang diperhitungkan terlalu tinggi

Perhitungan harga pokok yang terlalu tinggi menyebabkan harga produk yang ditawarkan terlalu tinggi, sehingga perusahaan akan mengalami kesulitan dalam memasarkan hasil peroduksinya dengan persaingan dengan perusahaan lain yang memproduksi produk yang sama.


(46)

2.5. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi

Sebelum mengkalkulasikan biaya-biaya ke dalam harga pokok produksi, perlu diketahui dan ditetapkan terlebih dahulu metode perhitungan harga pokok yang akan digunakan. Menurut Garrison (1997), ada dua sistem dalam penentuan harga pokok yang timbul dalam menanggapi variasi proses produksi yang akan dijalankan, yaitu :

1. Penetapan harga pokok proses (Process Costing)

Digunakan dalam situasi yang hanya melibatkan satu produk tunggal yang dibuat dalam satu jangka waktu yang lama secara sekaligus. Pendekatan dasar penentuan harga pokonya adalah mengumpulkan biaya dalam suatu operasi atau departemen tertentu selama suatu periode penuh (bulan, kwartal, tahun). Selanjutnya membagi biaya total tersebut dengan jumlah satuan yang diproduksi selama periode yang bersangkutan.

2. Penetapan harga pokok pesanan (Job Order Costing)

Digunakan pada situasi produksi yang menghasilkan berbagai produk yang berbeda, pesanan berbeda atau kump ulan produksi yang berbeda setiap periode.

Madiasmo (1994) mengidentifikasikan perbedaan antara penetapan harga pokok proses dan penetapan harga pokok pesanan dapat dilihat pada Tabel 4.


(47)

Tabel 4. Perbedaan Penetapan Harga Pokok Proses dan Harga Poko k Pesanan

Penetapan harga pokok proses Penetapan harga pokok pesanan 1. Harga pokok produk dihitung

berdasarkan periode tertentu. 2. Harga pokok produksi ditentukan

pada akhir periode tertentu.

3. Harga pokok per unit produk dihitung dengan cara membagi harga pokok produksi selesaiu periode dengan jumlah unit produk selesai dalam periode yang bersangkutan.

1. Harga pokok produk dihitung berdasarkan setiap produk pesanan.

2. Penentuan harga pokok setiap produk pesanan dilakukan setelah produk tersebut selesai dikerjakan. 3. Harga pokok per unit produk

pesanan dihitung dengan cara membagi harga pokok produk pesanan dengan jumlah unit produk pesanan yang bersangkutan.

Sumber : Madismo (1994)

Menurut Horngren dalam Osa (2002), metode perhitungan harga pokok terdiri dari dua metode, yaitu :

1. Volume Based Costing System

Metode ini adalah suatu sistem dimana pola konsumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk dialokasin pada masing-masing produk berdasarkan volume ata u unit. Alokasi ini kurang mencerminkan biaya aktivitas penanganan produk yang sesungguhnya walaupun mudah untuk diterapkan. Hal ini, mengakibatkan penentuan harga pokok menjadi kurang tepat dalam arti produk dalam jumlah besar dialokasikan biayanya terlalu besar, begitu juga sebaliknya.

2. Activity Based Costing System

Semua metode yang menelusuri biaya atas dasar aktivitas dan kemudian ke produknya. Metode ini sangat cocok untuk perusahaan yang menghasilkan macam-macam produk. Alokasi ini berhubungan dengan konsumsi aktivitas dan penanganan produk yang sesungguhnya. Konsep ini mendorong


(48)

identifikasi aktivitas yang bernilai tambah, sehingga yang tidak bernilai tambah dapat dieliminasi.

2.6 Pengertian Activity Based Costing System (ABC)

Activity Based Costing merupakan data yang harus digunakan secara efektif dan kreatif, sebab kalau tidak suatu proyek ABC hanyalah sesuatu yang membuang waktu saja. ABC merupakan bagian dari manajemen perusahaan yang juga merupakan alat yang dapat membentuk timbulnya usaha-usaha perbaikan yang berkesinabungan dan untuk pengambilan keputusan. ABC menyajikan informasi manajerial dalam bentuk angka-angka keuangan kepada manajer non keuangan secara lebih baik dibandingkan dengan yang biasa disampaikan melalui akuntansi biaya tradisional, karena ABC benar-benar mencerminkan kegiatan yang dilakukan oleh kerja mesin dan peralatan.

Para ahli manajemen biaya memberikan defenisi ABC sebagai berikut dalam Osa (2002) :

1. Motse, Davis dan Hargraves dalam bukunya Manajemen Accounting (1991), mendefinisikan ABC sebagai :

Pengalokasian dan pengalokasian kembali biaya ke objek biaya dengan dasar aktivitas yang menyebabkan biaya. ABC berdasar premis atau dasar pemikiran bahwa aktivitas menyebabkan biaya dan biaya aktivitas harus dialokasikan ke objek biaya dengan dasar aktivitas biaya tersebut dikonsumsi. ABC menelusuri biaya ke produk dengan dasar aktivitas yang digunakan untuk menghasilkan produk tersebut.


(49)

2. Hansen dan Mowen

Dalam bukunya Manajemen Accounting (1992) halaman 244 mendefinisikan ABC sebagai berikut :

Suatu system kalkulasi biaya yang pertama kali ditelusuri biaya ke aktivitas dan kemudian ke produk.

3. Anderson dan Sollenberger dalam bukunya Managerial Accounting (1992) halaman 97 mendefe nisikan ABC sebagai berikut :

Suatu sistem akuntansi yang memfokus pada suatu aktivitas yang dilakukan untuk memproduksi produk. Aktivitas menjadi titik akumulasi biaya fundamental. Biaya ditelusuri ke aktivitas, dan aktivitas ditelusuri ke produk berdasarkan pemakaian aktivitas dari setiap produk.

Gambar 1. Hubungan Alokasi Biaya ke Produk dalam Sistem ABC

4. Heitger, Ogan dan Matulich dalam bukunya Cost Accounting (1992) halaman 18 mendefisikan Activity Based Costing sebagai :

Proses mengidentifikasi sumber biaya atau penyebab biaya dalam memanufakturing atau aktivitas usaha lain. Sumber biaya ini dinamakan pemacu atau penyebab biaya digunakan sebagai dasar untuk mengidentifikasi atau mengalokasi biaya ke aktivitas dan akhirnya ke produk yang mengkonsumsi aktivitas.

Kemampuan perusahaan mengelola kegiatan dipengaruhi oleh ketersediaan informasi biaya yang mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam berbagai aktivitas. sistem ABC dikenal empat kelompok aktivitas, yaitu :


(50)

1. Unit Level Activities adalah kegiatan untuk membuat unit produk dimana biaya yang terjadi dibebankan kepada produk berdasarkan jumlah unit produk yang dihasilkan, contohnya : perolehan bahan, menjalankan mesin, kegiatan inpeksi, tenaga kerja supervisor.

2. Product Sustaining Aktivities meliputi kegiatan untuk mengembangkan produk atau mempertahankan produk agar tetap dipasarkan, meliputi : desain produk, informasi rutin, dan bagian administrasi.

3. Batch Related Activities adalah kegiatan yang berlangsung untuk mendukung proses produksi sekelompok produk, meliputi : set-up mesin, pemenuhan pesanan, dan penanganan bahan.

4. Facility Sustaining Activities adalah kegiatan yang berlangsung untuk mempertahankan kapasitas normal pabrik, yaitu : keamanan, asuransi, pengaturan fasilitas, kebersihan dan penyediaan tenaga listrik.

2.7. Sistem Penentuan Tarif

Penentuan tarif dilakukan untuk menetapkan harga pokok produk sebelum produk tersebut diproduksi., selain itu juga untuk melakukan evaluasi terhadap proses produksi yang telah dilakukan untuk sejumlah produk tertentu. Menurut Mulyadi, (1999) penentuan tarif biaya tidak langsung produksi dilaksanakan melalui tiga tahap, yaitu :

1. Menyusun anggaran biaya tidak langsung

Penyusunan anggaran biaya tidak langsung harus memperhatikan tingkat kapasitas kegiatan yang akan dipakai sebagai dasar pembebanan biaya


(51)

produksi tidak langsung. Ada tiga macam kapasitas yang dipakai sebagai dasar pembuatan anggaran biaya produksi tidak langsung, yaitu :

a. Kapasitas praktis, yaitu kapasitas teoritis dikurangi dengan kerugian-kerugian waktu yang tidak dapat dihindari karena hambatan-hambatan internal perusahaan, kapasitas teoritis (theoritis capacity), yaitu kapasitas pabrik atau departemen untuk menghasilkan produk pada kecepatan penuh tanpa berhenti selama jangka waktu tertentu.

b. Kapasitas Normal (normal capacity), adalah kemampuan perusahaan untuk memproduksi dan menjual produknya dalam jangka panjang dengan memperhitungkan pula kecenderungan penjualan dalam jangka panjang (faktor eksternal).

c. Kapasitas sesungguhnya yang diharapkan (expected actual capacity), yaitu kapasitas yang sesungguhnya diperkirakan akan dicapai dalam tahun (periode) yang akan datang. Jika anggaran produksi tidak langsung didasarkan pada kapasitas sesungguhnya yang diharapkan maka ramalan penjualan tahun yang akan datang dipakai sebagai dasar penentuan kapasitas. Dimensi ini merupakan pendekatan jangka pendek, jika anggaran tersebut didasarkan pada aktivitas praktis maka titik berat didasarkan pada kapasitas fisik dengan memperhatikan anggaran internal, sedangkan jika digunakan kapasitas normal maka dipertimbangkan baik faktor internal maupun faktor eksternal perusahaan. Dimensi ini merupakan jangka panjang dengan memasukkan permintaan dan penawaran dalam menentukan kapasitas produksi.


(52)

2. Memilih dasar pembebanan biaya produksi tidak langsung kepada produk. Faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih dasar pembebanan yang dipakai adalah :

a. Harus diperhatikan jenis biaya produksi tidak langsung yang dominan jumlahnya dalam departemen produksi.

b. Harus diperhatikan sifat-sifat biaya produksi tidak langsung yang dominan tersebut dan eratnya hubungan sifat-sifat tersebut dengan dasar pembebanan yang akan dipakai. Dasar pembebanan yang dipakai yaitu : Unit yang diproduksi, jam kerja langsung, jam peralatan mesin, luas bangunan, dan lain-lain.

c. Menghitung tarif biaya produksi tidak langsung.

2.8. Perbedaan antara Sistem ABC dengan Sistem Kalkulasi Biaya Tradisional

Menurut Tunggal (1995), sistem ABC dengan sistem tradisional mempunyai perbedaan sebagai berikut :

1. ABC membagi konsumsi overhead ke dalam empat kategori : unit, batch, produk dan penopang fasilitas. Sitem tradisional membagi biaya overhead kedalam unit. Sebagai akibatnya ABC mengkalkulasikan konsumsi sumberdaya, tidak semata-mata pengeluaran operasional, sehingga ABC lebih berguna untuk pengambilan keputusan bagi manajemen.

2. ABC menggunakan aktivitas-aktivitas sebagai pemacu untuk menetapkan berapa besar setiap overhead tidak langsung dari setiap produk


(53)

mengkonsumsikan. Sitem tradisional mengalokasikan overhead berdasarkan satu atau dua basis aplikasi yang non representatif

3. Fokus ABC adalah pada biaya, mutu dan fa ktor waktu. Sistem tradisional memfokus pada kinerja keuangan dalam jangka pendek, seperti laba, dengan cukup akurat. Bila sistem tradisional digunakan untuk penetapan harga dan mengidentifikasikan produk yang menguntungkan, angka-angka tidak dapat diandalkan.

4. ABC mempunyai kebutuhan yang jauh lebih kecil untuk analisis varian dari pada sistem tradisional, karena kelompok biaya dan pemacu jauh lebih akurat dan jelas, karena ABC akan menggunakan biaya historis pada akhir periode untuk menghitung biaya aktual apabila apabia kebutuhan muncul. 5. ABC memerlukan masukan dari seluruh departemen. persyaratan ini

mengarah ke integrasi organiasi yang lebih baik dan memberikan suatu pandangan fungsional silang mengenai organisasi. Pada intinya, perbandingan metode konvensional dengan metode ABC dapat dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Perbandingan Metode Konvensional dengan Metode ABC dalam Tunggal,1995

Kovensional :

Sumber Pusat Biaya Produk ACTIVITY BASED COSTING :

Dikonsumsi Dikonsumsi

Sumber Kegiatan Produk

Sumberdaya Pemacu Biaya


(54)

2.9. Keunggulan, Kelemahan dan Manfaat Metode ABC

Metode ABC menurut Guin dan Osa, 2002 memiliki keunggulan antara lain :

1. Membantu pengambilan keputusan jangka panjang. Kondisi jangka panjang semua biaya akan berperilaku variabel. Perusahaan yang beroperasi pada skala kecil dengan biaya produksi yang tinggi bisa jadi tidak ditutup sekarang, sehingga harga dapat ditingkatkan secara berangsur-angsur sampai tingkat yang paling normal.

2. Menyajikan informasi yang lengkap dan akurat. Selain cukup untuk memenuhi keperluan laporan keuangan dan pajak, ABC bisa juga untuk mengevaluasi efisiensi proses produksi. Manajemen akan memperkirakan aktivitas yang sudah cukup layak secara ekonomis, aktivitas bukan penambah nilai dan aktivitas penambah nilai.

Sedangkan sistem kalkulasi biaya harga pokok produksi mempunyai kelemahan, yaitu :

1. ABC memperlakukan biaya tetap tertentu, seperti biaya penopang fasilitas variabel, padahal dalam jangka pendek hal ini akan meningkatkan biaya produksi, apalagi bila volume produksinya sedikit.

2. manajemen perusahaan memungkinkan menganggap ABC secara praktis tidak dapat diaplikasikan, sehingga mengubah pandangan manajemen tersebut. Hal ini karena ABC menganggap volume produksi yang kecil sebagai pemborosan atau kerugian sumber daya.

Manfaat metode ABC yaitu menurut Tunggal (1995), metode ABC mempunyai manfaat sebagai berikut :


(55)

1. Manajemen akan berada pada suatu posisi untuk melakukan penawaran kompetitif yang lebih wajar.

2. ABC dapat membantu dalam keputusan membuat sampai membeli yang manajemen harus lakukan.

3. Melalui analisis data dan pola konsumsi sumberdaya, manajemen dapat mulai merekayasa kembali proses manufakturing untuk mencapai pola keluaran mutu yang lebih efisien dan lebih tinggi.

4. Suatu pengkajian ABC dapat meyakinkan manajemen bahwa mereka harus mengambil sejumlah langkah untuk menjadi kompetitif. Hasilnya mereka dapat meningkatkan mutu sambil secara simultan mengurangi biaya.

Menurut Cooper dan Kaplan dalam Dhina 1997 metode kalkulasi biaya produksi ABC mempunyai dua manfaat utama yaitu :

1. ABC merupakan perangkat penentuan harga pokok produksi. Manajemen perusahaan dapat secara langsung mengadopsi harga pokok yang rendah dihitung dengan ABC, karena biaya produksi sudah cukup efisien pada kondisi volume dan tingkat harga yang baru.

2. ABC dapat juga berperan sebagai perangkat pengambilan keputusan tentang produksi suatu lini produk. Jika biaya produksi lebih tinggi dihitung dengan ABC, manajemen perusahan dapat menentukan segmen pasar yang akan menjadi konsentrasi bisnisnya. Segmen pasar yang baru adalah konsumen yang bersedia membayar produk pada tingkat harga yang baru.


(56)

2.10. Hasil Penelitian Terdahulu

Hasil penelitian yang menggunakan ABC sudah dilakukan oleh beberapa peneliti pada beberapa perusahaan manufaktur diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Maikhati (2001), yang meneliti tentang harga pokok produksi pakan ternak dengan metode ABC, menghasilkan nilai harga pokok produksi yang tinggi tetapi benar-benar mencerminkan konsumsi sumberdaya dalam pembuatan produk, sehingga perusahaan Nutrifeed I akan lebih baik menggunakan metode ABC karena hasil akan lebih efisien dibandingkan jika menggunakan metode konvensional yang sebelumnya dilakukan perusahaan. Dalam penelitian tersebut tercatat bahwa dalam menggunakan ABC dibutuhkan data yang akurat pada setiap aktivitas yang dilakukan dalam memproduksi suatu produk dan untuk merealisasikan metode ini dalam perusahaan.

Penelitian yang dilakukan oleh Dhina (1997) pada PT Wana Rimba Kencana, sebagai industri pengolahan kayu lapis yang meneliti tentang perhitungan harga pokok produksi dengan metode ABC, dimana dari perhitungan tersebut menghasilkan undercosted untuk produksi yang bervolume besar dan overcosted untuk industri yang bervolume kecil. Sehingga dapat dicegah distorsi biaya produksi, dengan kata lain perhitungan metode ABC lebih akurat dibandingkan metode konvensional. Pada metode konvensional biaya yang terjadi dibebankan kepada produksi berdasarkan volume produksi yaitu m3 yang diproduksi. Sementara dengan metode ABC menggunakan pemacu biaya yang terkait dengan karakteristik produk batch yaitu jam inspeksi, jam supervise dan jam set up. Produk yang dihitung dengan metode ABC yang lebih rendah menyebabkan kerugian bagi perusahaan.


(57)

Penelitian yang dilakukan oleh Lanny (2003) pada PT Surabraja Food industry Cirebon, sebagai industri kecap yang meneliti tentang penetapan harga pokok produksi dengan pendekatan metode ABC, dimana dari hasil perhitungan dengan menggunakan metode ABC dapat dilihat bahwa harga pokok produk untuk kelompok produk yang bervolume besar akan mengalami penurunan jika dibandingkan dengan perhitungan menggunakan metode konvensional. Produk yang bervolume lebih rendah akan mengalami peningkatan harga pokok produksi jika dibandingkan dengan metode konvensional. Hal ini dikarenakan dalam ABC, aktivitas yang menambah nilai dan menghilangkan aktivitas yang tidak perlu. Produk yang bermutu tinggi dengan jumlah komponen yang banyak fungsinya berbelit-belit memmerlukan fungsi pendukung. keperluan ini menimbulkan lebih banyak aktivitas per unit dari pada yang sederhana, sehingga menjadi lebih mahal. ABC menelusuri aktivitas pendukung yang menimbulkan biaya dan mengidentifikasi biaya yang sebenarnya dari produk.

Penelitian yang dilakukan oleh penulis mencoba untuk menerapkan metode ABC pada PT Cipta Daya Agri Jaya yang memiliki investasi ya ng besar, sehingga dapat direkomendasikan kepada perusahaan untuk digunakan sebagai dasar penentuan harga pokok produksinya.


(58)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis

Kerangka pemikiran teoritis merupakan suatu kerangka yang mengungkapkan teori dan konsep untuk menjawab pokok permasalahan dalam penelitian. Dalam bab ini akan dibahas teori-teori mengenai biaya, harga pokok produksi serta perumusan harga jual produk.

3.1.1 Biaya

Perusahaan dapat dipandang sebagai suatu sistem yang melakukan serangkaaian proses untuk menghasilkan keluaran tertentu berupa produk atau jasa. Baik perusahaan yang bertujuan mencari laba maupun perusahaan nirlaba bertujuan mengolah masukan berupa sumber ekonomi untuk menghasilkan keluaran berupa sumber ekonomi lain yang nilainya harus lebih tinggi dari pada nilai masukkannya. Dengan demikian perusahaan akan mampu mempertahankan eksistensinya dan berkembang. (Mulyadi,1992)

Alat untuk mengukur nilai masukkan yang dikorbankan tersebut adalah data biaya. Menurut Hansen (1990) biaya merupakan uang atau nilai setara uang (cash equivalent) yang dikorbankan untuk barang dan jasa yang diharapkan memberikan keuntungan sekarang atau yang akan datang bagi perusahaan.

Mulyadi (1992) mengemukakan bahwa ada empat unsur pokok pengertian biaya, yaitu :

1. Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi, 2. Diukur dalam satuan uang,


(59)

4. pengorbanan tersebut untuk tujuan tertentu.

Bagi manajemen informasi biaya sangat diperlukan untuk menentukan nilai ekonomi dari biaya yang telah dikeluarkan atau yang akan dikeluarkan, apakah nilainya lebih tinggi atau lebih rendah dari output yang dihasilkan.

3.1.2 Harga Pokok Produksi

Menurut Mulyadi (1992) ada tiga tujuan utama dari perhitungan harga pokok produksi, yaitu :

1. Sebagai dasar untuk menetapkan harga di pasar penjualan produk, 2. Untuk menetapkan besar laba yang akan didapatkan dalam pertukaran, 3. Sebagai alat untuk menilai efisiensi dari suatu produksi.

Metode penghitungan harga pokok produksi menurut Hongren dan Foster (1992) terdiri dari dua macam, yaitu :

a. Metode berdasarkan volume (Volume Based Costing)

Metode ini adalah suatu sistem dimana pola konssumsi input, jumlah overhead serta overhead per unit produk dialokasikan pada masing-masing produk berdasarkan volume atau unit.

b. Metode Berdasarkan aktifitas (Activity Based System)

Metode ini adalah sistem yang mengfokuskan pada biaya aktifitas sebagai dasar penentuan untuk menyusun biaya lainnya. Metode ini sangat cocok untuk perusahaan yang menghasilkan bermacam-macam produk.

Dikenal dua sistem kalkulasi biaya untuk menentukan harga pokok produksi dalam akauntansi manajemen, yaitu Full Costing System, dan Variabel Costing System. Dalam Full Costing System semua unsur biaya (biaya tetap, biaya variabel) dibebankan sebagai pembentuk biaya produksi. Sedangkan pada


(60)

Variabel Costing System yang diperhitungkan hanya biaya variabel dan biaya tetap tidak di bebankan kepada produk, melainkan langsung dibukukan dalam perkiraan rugi laba.

3.1.3 Harga dan Harga jual

Menurut Swasta dan sukotjo (1995), harga adalah sejumlah uang yang dibutuhkan untuk mendapatkan sejumlah kombinsai dari barang beserta pelayanannya. Sehingga prinsip manajemen dalam menentukan harga jual adalah menitik beratkan pada kemauan pembeli untuk membeli pada harga yang telah ditentukan dengan jumlah yang cukup untuk menutup biaya–biaya dan menghasilkan laba.

Kenyataannya, tingkat harga yang terjadi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu antara lain :

1. Keadaan Perekonomian

Keadaan perekonomian sangat mempengaruhi tingkat harga yang berlaku. Pada periode resesi misalnya, merupakan suatu periode dimana harga berada pada suatu tingkat yang lebih rendah dari biasanya.

2. Permintaan Dan Penawaran

Permintaan adalah sejumlah barang yang dibeli oleh pembeli pada tingkat harga tertentu. Pada umumnya, tingkat harga yang paling rendah akan mengakibatkan jumlah yang diminta akan lebih besar. Sedangkan penawaran merupakan kebalikan dari permintaan, yaitu suatu jumlah yang ditawarkan oleh penjual pada suatu tingkat harga tertentu. Secara umum, harga yang lebih tinggi mendorong jumlah yang ditawarkan lebih besar.


(61)

3. Elastisitas Permintaan

Faktor lain yang dapat mempengaruhi penentuan harga adalah sifat permintaan pasar. Sifat permi ntaan pasar ini tidak hanya mempengaruhi penentuan harga tetapi juga mempengaruhi volume yang dapat dijual. Ada tiga jenis sifat permintaan pasar, yaitu :

a. Inelastis

Jika suatu permintaan bersifat inelastis, maka perubahan harga akan mengakibatkan perubahan yang lebih kecil pada volume penjualan.

b. Elastis

Apabila suatu permintaan itu bersifat elastis, maka perubahan harga akan menyebabkan terjadinya perubahan volume penjualan dalam perbandingan yang lebih besar.

c. Unitary Elasticity

Apabila suatu permintaan itu bersifat unitary elasticity, maka perubahan harga akan menyebabkan perubahan jumlah yang dijual dalam proporsi yang sama.

4. Persaingan

Harga jual beberapa macam barang sering dipengaruhi oleh keadaan persaingan yang ada. Barang-barang dari hasil pertanian misalnya, dijual dalam keadaan persaingan murni (pure competition). Dalam keadaan persaingan seperti ini penjual yang berjumlah banyak aktif menghadapi pembeli yang banyak pula. Banyaknya penjual dan pembeli akan mempersulit penjual perseorangan untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi kepada pembeli lain.


(62)

5. Biaya merupakan dasar dalam penentuan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutup biaya akan mengakibatkan kerugian. Sebaliknya apabila suatu tingkat harga melebihi semua biaya, baik biaya produksi, biaya operasi maupun biaya non operasi, akan menghasilkan keuntungan.

6. Tujuan perusahaan

Penetapan harga suatu barang sering dikaitkan dengan tujuan-tujuan yang hendak dicapai. Setiap perusahan tidak selalu mempunyai tujuan yang sama dengan perusahan lainnya. Tujuan-tujuan yang hendak dicapai tersebut antara lain :

a. Laba maksimum

b. Volume penjualan tertentu c. Penguasaan pasar

d. Kembalinya modal yang tertanam dalam jangka waktu tertentu e. Pengawasan Pemerintah.

7. Pengawasan Pemerintah

Pengawasan pemerintah juga merupakan salah satu faktor penting dalam penentuan harga. Pengawasan pemerintah tersebut dapat diwujudkan dalam bentuk lain adalah penentuan harga maksimum dan minimum, diskriminasi harga serta praktek-praktek lain yang mendorong atau mencegah usaha-usaha kearah monopoli.

3.2. Kerangka Pemikiran Konseptual

Sebagai perusahaan dengan investasi yang besar, maka dalam kegiatan usahanya dituntut untuk dapat mengefisiensikan kegiatan produksinya. Salah satu


(63)

cara yang dilakukan adalah melakukan perhitungan harga pokok produksi. Metode penetapan harga pokok produksi yang digunakan adalah metode Activity Based Costing, dimana harga pokok produksi dihitung berdasarkan aktivitas yang dikonsumsi.

Perhitungan harga pokok produksi dengan metode berdasarkan aktivitas diawali dengan menelusuri aktivitas pemicu biaya ke dalam beberapa kelompok aktivitas pemacu biaya yang ada di perusahaan antara lain jam peralatan, jam kerja karyawan, unit yang diproduksi dan luas bangunan. Kemudian menghubungkan berbagai biaya kedalam setiap kelompok aktivitas. Selanjutnya kelompok-kelompok biaya yang homogen ditentukan tarif kelompoknnya.

Penentuan tarif BOP pada metode harga pokok pesanan dilakukan untuk menetapkan harga pokok produksi sebelum produk tersebut diproduksi. Penentuan tarif BOP efektif dilakukan terhadap biaya produksi tidak langsung (biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya penyusutan gedung, penyusutan peralatan, biaya listrik dan lain-lain) yang bersifat variabel maupun tetap. Hal ini dilakukan karena komponen biaya produksi tidak langsung sulit dilakukan pengukuran yang pasti sebelum biaya tersebut terjadi. Selain itu penentuan tarif dilakukan karena harga pokok produksi harus dapat diketahui pada saat pesanan tersebut selesai dikerjakan.

Perusahaan selama ini menentukan harga pokok produksi berdasarkan harga pokok proses, sehingga harga pokok baru dapat diketahui setelah periode produksi dilakukan. Penentuan tarif biaya produksi tidak langsung dilakukan dalam tiga tahap yaitu : 1) menyusun anggaran biaya produksi tidak langsung. Anggaran biaya produksi tidak langsung harus memperhatikan tingkat kapasitas


(1)

Lampiran 1b. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Hawaii Dengan Metode Perusahaan PT Cipta Daya Agri Jaya 2005

Bulan

Biaya produksi langsung

BOP

Total biaya produksi

Biaya pemasaran Total HPP Total produksi HPP/satuan

Januari 224.615,54 31.332,89 455.948,43 0 0 0 0

Pebruari 229.255,55 29.255,55 465.624,99 0 0 0 0

Maret 322.654,55 32.654,55 546.208,77 0 0 0 0

April 399.366,45 31.255,74 430.622,19 0 0 0 0

Mei 477.356,05 36.322,11 513.678,16 0 0 0 0

Juni 459.358,22 35.325,00 494.683,22 0 0 0 0

Juli 578.587,92 31.157,54 609.745,46 37.750,25 647.495,71 202,68 3.194,67

Agustus 660.045,25 61.332,89 721.378,14 36.253.66 757.631,80 210,33 3.602,11

September 604.190,95 69.368,46 673.559,41 46.358,45 719.917,86 223,83 3.216,36

Oktober 523.049,93 53.813,79 576.863,72 37.252,21 614.115,93 169,74 3.617.,98

November 661.778,59 49.567,44 711.346,03 33.650,00 744.996,03 207,61 3.343,90


(2)

Lampiran 1c. Perhitungan Harga Pokok Pepaya Jelita Dengan Metode Perusahaan PT Cipta Daya Agri Jaya 2005

Bulan

Biaya produksi langsung

BOP

Total biaya produksi

Biaya pemasaran Total HPP Total produksi HPP/Kg

Januari 225.325,90 56.365,04 281.690,94 0 0 0 0

Pebruari 326.365,45 66.250,25 392.615,70 0 0 0 0

Maret 625.451,21 69.550,30 659.001,51 0 0 0 0

April 255.213,77 45.451,46 300.665,23 0 0 0 0

Mei 223.656,46 78.365,45 302.012.91 0 0 0 0

Juni 314.654,89 81.254,55 395.909,44 0 0 0 0

Juli 369.258,56 76.367,75 445.626,31 0 0 0 0

Agustus 160.226,16 55.665,05 215.891,21 33.293.62 249.184,83 95.35 2.613,37

September 188.551,31 75.360,55 263.911,86 126,750,00 390.661,86 154,69 2.525,45


(3)

Lampiran 1d. Akumulasi Total Perhitungan Harga Pokok Perusahaan Tahun 2005

Bulan

Total Hasil Perhitungan HPP/Kg (Rupiah/Kilogram) Metode Perusahaan

California Hawaii Jelita

Januari 0 0 0

Pebruari 0 0 0

Maret 0 0 0

April 0 0 0

Mei 0 0 0

Juni 0 0 0

Juli 3.942,43 3.194,67 0

Agustus 3.688,95 3.602,11 2.613,37

September 3.781,31 3.216,36 2.525,45

Oktober 4.100,95 3.617.,98 2.968,75

November 4.200,15 3.343,90 3.100,51

Desember 4.154,21 3.660,44 3.135,67

Total HPP 6.696.327,69 34.259.292,10 2.863.896,99

Produksi 1.625,75 1.225,95 975,56

HPP/Kilogram 4.118,92 3.474,28 2.935,64

Lampiran 2. Penggunaan Biaya Bahan Baku pada PT Cipta Daya Agri Jaya

tahun 2005 (Rupiah)

Biaya Bahan Baku Jenis Pepaya

California Hawaii Jelita

Bahan Baku (Rp) 1.291.595,78 842.855,40 1.130.450,97

Jumlah 1.291.595,78 842.855,40 1.430.450,97

Produksi (Kg) 1.625,75 1.225,95 975,56

HPP per Kg 794,46 687,51 1.466,29


(4)

Lampiran 3. Pengelompokkan dan Pembebanan Biaya Tidak langsung Berdasar

Pemacu Biaya Unit yang Diproduksi Tahun 2005

Aktifitas

Konsumsi Unit yang Diproduksi

California Hawaii Jelita

Bahan Penolong 420.595,20 160.704,00 282.614,40

Fotocopy, print 73.409,44 28.048,80 49.326,68

Konsumsi Karyawan 58.537,70 22.366,50 39.333,78

Perlengkapan Kerja 17.038,00 6.510,00 11.448,5

Abodemen Majalah Trubus 30.668,4 0 11.718,00 20.607,30

Transport/Bensin 315.446,40 120.528,00 211.960,80

Jumlah 915.695,14 349.875,30 615.291,46

Sumber : Data PT Cipta Daya Agri Jaya,2005 (diolah)

Lampiran 4. Konsumsi Jam Peralatan Sarana Produksi

PT Cipta Daya Agri Jaya

Nama Alat KWH/tahun Persentase (%) Konsumsi KWH

Cangkul 1104,00 25,00 1104,00

Garpu 276,00 6,25 276,00

Koret 276,00 6,25 276,00

Sprayer 828,00 18,75 828,00

Keranjang 276,00 6,25 276,00

Komputer 828,00 18,75 828,00

Sepeda Motor 828,00 18,75 828,00


(5)

Lampiran 5. Perhitungan Alokasi Biaya Tidak Langsung ke Masing-masing Jenis

Pepaya

Keterangan Pepaya California Pepaya Hawaii Pepaya Jelita

Kelopok Biaya 1 Konsumsi JPR Tarif per Pemacu Jumlah Biaya

1.775,72 611,04 1.085.035,95 1.487,76 611,04 909.080,87 1.152,51 611,04 704.229,71 Kelompok Biaya 2

Konsumsi JKK Tarif per Pemacu Jumlah Biaya

937,96 9.800,36 9.192345,67 707,22 9.800,36 6.931.010,60 562,37 9.800,36 5.511.428,45 Kelompok Biaya 3

Pepaya California Konsumsi JPI Tarif per Pemacu Jumlah Biaya Pepaya Hawaii Konsumsi JPI Tarif per Pemacu Jumlah

Pepaya Jelita Konsumsi JPI Tarif per Pemacu Jumlah

Jmh Kelompok Biaya 4

1.625,75 563,24 915.6 87,43 915.698,97 1.225,95 285,39 349.873,87 349.870,94 975,56 630,71 615.295,45 615.295,45 Kelompok Biaya 4

Konsumsi LBG Tarif per Pemacu Jumlah Biaya

60,00 33.713,14 2.022.788,40 60,00 33.713,14 2.022.788,40 60,00 33.713,14 2.022.788,40 Jumlah Seluruh Biaya

Kelompok (1+2+3+4) Jumlah Produksi Biaya Tidak Langsung per Kg 13.215.857,45 1625,75 8.129,08 10.212.753,74 1225,95 8.330,48 8.853.742,01 975,56 9.075,55


(6)

Lampiran 6. Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Peralatan (JPR)

Pepaya Jumlah Produksi Konsumsi JPR (Jam)

California 1.625,75 *1.875,83

Hawaii 1.225,95 1.414,54

Jelita 975,56 1.125,63

Total 3.827,26 4.415,99

Keterangan :

* = Konsumsi JPR =

n

Keseluruha

produksi

Total

Tahun

JPR

Total

1

x Jumlah Produksi per unit

=

1

.

625

,

75

26

,

827

.

3

99

,

415

.

4

x

a * = Total konsumsi jam peralataan Sumber Lampiran 4.

Lampiran 7. Cara Perhitungan Konsumsi Pemacu Biaya Jam Kerja Karyawan

(JKK)

Jenis Jumlah Produksi (Kg) Konsumsi JKK (Jam)

California 1625,75 *937,92

Hawaii 1225,95 707,27

Jelita 975,56 562,81

Total 3.827,26 2.208,00

Keterangan :

* = Konsumsi JKK =

x

Jumlah

produksi

per

unit

n

Keseluruha

produksi

Total

Tahun

JKK

Total

1

=

1

.

625

,

75

26

,

827

.

3

2208

x