b. Jenis Kelamin
Tabel 4.16 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Dan Keluhan
Kesehatan di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Tahun 2010 No
Jenis Kelamin
Merasakan Keluhan
Kulit Gatal Diare
Mata Merah Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak
1 Laki-laki
27 7
14 20
2 32
27 7
2 Perempuan
40 6
21 25
2 44
38 8
Tabel 4.16 menunjukkan bahwa responden yang berjenis kelamin laki-laki yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 27 orang, perempuan sebanyak 40 orang.
Responden yang berjenis kelamin laki-laki yang mengalami kulit gatal sebayak 14 orang, perempuan sebanyak 21 orang. Responden yang berjenis kelamin laki-laki yang
mengalami diare sebayak 2 orang, perempuan sebanyak 2 orang. Responden yang berjenis kelamin laki-laki yang mengalami mata merah sebayak 27 orang, perempuan
sebanyak 38 orang.
c. Lama Tinggal
Tabel 4.17 Tabulasi Silang Responden Berdasarkan Lama Tinggal Dan Keluhan Kesehatan
di Desa Tanjung Bunga Kecamatan Pangururan Tahun 2010 No
Lama Tinggal
Merasakan Keluhan
Kulit Gatal Diare
Mata Merah Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak Ya
Tidak
1 1-10
17 4
6 15
3 18
15 6
2 11-20
26 6
14 18
1 31
26 6
3 21
24 3
15 12
27 24
3 Tabel 4.17 menunjukkan bahwa responden yang lama tinggal selama 1-10 tahun
yang mengalami keluhan kesehatan sebanyak 17 orang, 11-20 tahun sebanyak 26 orang, 21 tahun sebanyak 24 orang. Responden yang lama tinggal selama 11-20 tahun yang
Universitas Sumatera Utara
mengalami kulit gatal sebanyak 6 orang, 11-20 tahun sebanyak 14 orang, 21 tahun sebanyak 15 orang. Responden yang lama tinggal selama 11-20 tahun yang mengalami
diare sebanyak 3 orang, 11-20 tahun sebanyak 1 orang, 21 tahun tidak ada. Responden yang lama tinggal selama 11-20 tahun yang mengalami mata merah sebanyak 615orang,
11-20 tahun sebanyak 26 orang, 21 tahun sebanyak 24 orang.
Universitas Sumatera Utara
BAB V PEMBAHASAN
5.1. Kualitas Air Danau Toba
Sampel air diambil berdasarkan 3 tiga titik pengambilan sampel yaitu yang pertama sampel yang diambil pada jarak 2 m dari daerah pemukiman dan aktivitas
masyarakat sebanyak 2 dua sampel, yang kedua diambil pada jarak 200 m dari daerah aktivitas masyarakat dan keramba jaring apung sebanyak 1 sampel, dan yang ketiga
diambil pada daerah budidaya ikan jaring apung sebanyak 3 tiga sampel. Dari tabel 4.1. diketahui bahwa 6 sampel menyatakan air Danau Toba disekitar
keramba jaring apung masih sesuai dengan Permenkes RI no 416 Tahun 1990 tidak berbau dan tidak berasa. Menurut Sutrisno 2006, bahwa standar persyaratan air minum
yang menyangkut bau dan rasa ini, baik yang ditetapkan oleh WHO maupun U.S. Public Health Service menyatakan bahwa dalam air minum tidak boleh terdapat bau dan rasa
yang tidak diinginkan. Hasil pengukuran terhadap suhu menunjukkan bahwa 6 sampel memiliki suhu
berkisar antara 23,4-24,6
o
C masih sesuai dengan Permenkes RI no 416 Tahun 1990 dimana deviasi suhu dari keadaan alamiahnya ± 3
o
C yaitu 21,3-27,3
o
C. Menurut Wardhana 2004, bahwa air yang suhunya naik akan mengganggu kehidupan hewan air
dan organisme air lainnya karena kadar oksigen yang terlarut dalam air akan turun bersamaan dengan kenaikan suhu. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara
yang secara lambat terdifusi ke dalam air. Makin tinggi kenaikan suhu air makin sedikit oksigen yang terlarut di dalamnya.
Universitas Sumatera Utara
Hasil pengukuran terhadap pH menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan masih memenuhi syarat yang ditentukan yaitu 6,5-9. Hasil ini menunjukkan bahwa pH
air Danau Toba masih memenuhi syarat kesehatan. Menurut Sutrisno 2006, pengaruh yang menyangkut aspek kesehatan dari pada
penyimpangan standar kualitas air minum dalam hal pH ini yakni bahwa pH yang lebih kecil dari 6,5 dan lebih besar dari 9,2 akan dapat menyebabkan korosi pada pipa-pipa air,
dan dapat menyebabkan beberapa senyawa kimia berubah menjadi racun yang menggangu kesehatan.
Menurut Slamet 2007, bahwa air minum sebaiknya netral, tidak asambasa, untuk mencegah terjadinya pelarutan logam berat, dan korosi jaringan distribusi air
minum. Air adalah bahan pelarut yang baik sekali, maka dibantu dengan pH yang tidak netral, dapat melarutkan berbagai element kimia yang dilaluinya.
Hasil pengukuran terhadap oksigen terlarut DO menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan memiliki DO dibawah batas minimum yang ditentukan Permenkes RI
no 416 Tahun 1990 dan PP No 82 tahun 2001 yaitu 6 mgL. Rendahnya DO suatu perairan akan mempengaruhi tingginya suatu BOD air, ini menunjukkan bahwa air Danau
Toba telah terjadi pencemaran yang disebabkan hasil buangan limbah masyarakat dan sisa buangan dari keramba jaring apung sehingga menghambat terjadinya proses
oksigenisasi dalam air. Agar ikan dapat hidup, air harus mengandung oksigen paling sedikit 5 mg liter
atau 5 ppm. Apabila kadar oksigen kurang dari 5 ppm, ikan akan mati, tetapi bakteri yang kebutuhan oksigen terlarutnya lebih rendah dari 5 ppm akan berkembang Anonim,
2008.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Wardhana 2004, air yang tidak mengandung oksigen tidak akan memberikan kehidupan bagi mikroorganisme, ikan dan hewan air lainnya. Oksigen yang
terlarut di dalam air sangat penting artinya bagi kehidupan. Menurut Tebut 1992 dalam Efendi 2003, bahwa kadar oksigen terlarut yang
tinggi tidak menimbulkan pengaruh fisiologis bagi manusia. Ikan dan organisme akuatik lain membutuhkan oksigen terlarut dengan jumlah cukup banyak. Kebutuhan oksigen ini
bervariasi antar organisme. Keberadaan logam berat yang berlebihan di perairan akan mempengaruhi system respirasi organisme akuatik, sehingga pada saat kadar oksigen
terlarut rendah dan terdapat logam berat dengan konsentrasi tinggi, organisme akuatik menjadi lebih menderita.
Hasil pengukuran terhadap BOD menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan memiliki BOD yang jauh diatas toleransi yang diperbolehkan Permenkes RI No 416
Tahun 1990 dan PP No 82 tahun 2001 yaitu 3 mgL. Hasil BOD
5
Menurut Warlina 2004, semakin besar kadar BOD nya, maka merupakan indikasi bahwa perairan tersebut telah tercemar, sebagai contoh adalah kadar maksimum
BOD ini menunjukkan bahwa
air Danau Toba telah terjadi pencemaran limbah organik yang berat pada lokasi pengamatan, hal ini dikarenakan adanya pencemaran hasil buangan limbah masyarakat
dan buangan dari keramba jaring apung berupa sisa pakan dan feses ikan yang terlarut di dalam air.
5
yang diperkenaankan untuk kepentingan air minum dan menopang kehidupan organisme akuatik adalah 3,0-6,0 mgL berdasarkan UNESCOWHOUNEP, 1992.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Slamet 2007, bahwa zat organik merupakan indikator umum bagi pencemaran. Apabila zat organik yang dapat dioksidasi BOD besar, maka ia
menunjukkan adanya pencemaran. Hasil pengukuran terhadap nitrat menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan
memiliki nitrat yang memenuhi kadar yang diperbolehkan Permenkes RI no 416 Tahun 1990 dan PP No 82 tahun 2001 yaitu 10 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa hasil sisa
buangan dari keramba jaring apung tidak memiliki kandungan nitrat yang tinggi sehingga belum ditemukan nitrat yang berlebih dalam air danau.
Menurut Depkes RI 1993, bahwa nitrat bersifat racun bilamana dalam jumlah berlebihan dalam air minum, dan beberapa kasus methaeglobinaemia pada bayi yang
minum dari botol, untuk golongan umur yang lebih tua, masalah ini tidak muncul, tetapi ada kemungkinan terjadi sejenis kanker tertentu yang dikaitkan dengan konsentrasi nitrat
yang sangat tinggi. Tidak dijumpai adanya kasus methaeglobinaemia disepakati disebabkan karena mengkonsumsi air yang mengandung Nitrat-N kurang dari 10 mgL,
dan banyak contoh dimana konsentrasi nitrat sampai 20 mgL tidak menimbulkan efek gejala klinis pada bayi. Oleh karena itu angkanilai pedoman Nitrat-N 10 mgL
disarankan. Menurut Sutrisno 2006, standar konsentrasi maksimum yang diperbolehkan
untuk Nitrat
Hasil pengukuran terhadap phospat menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan memiliki phospat yang memenuhi kadar yang diperbolehkan PP No 82 tahun
yang ditetapkan Depkes RI adalah sebesar 20 mgL. Menurut standar internasional WHO, batas konsentrasi yang diterima adalah 45 mgL, sesuai dengan
standar yang ditetapkan oleh US Public Health Service.
Universitas Sumatera Utara
2001 yaitu 0,2 mgL. Hal ini menunjukkan bahwa hasil limbah masyarakat ataupun sisa buangan dari keramba jaring apung tidak memiliki kandungan phospat yang tinggi
sehingga phospat masih dalam ambang batas yang ditentukan. Menurut Sutrisno 2006, kadar fosfor yang diperkenankan bagi kepentingan air
minum adalah 0,2 mgL dalam bentuk fospat PO
4
Hasil pengukuran terhadap bakteriologis air menunjukkan bahwa seluruh lokasi pengamatan memiliki coliform yang jauh diatas kadar yang diperbolehkan Permenkes RI
no 416 Tahun 1990 yaitu 0 jumlah per 100 ml. Menurut PP No 82 tahun 2001 jumlah coliform dalam air yang diperbolehkan yaitu 1000 jml100 ml. Berdasarkan data yang
terlihat pada tabel tersebut dapat dikemukakan bahwa jumlah coliform tertinggi ditemukan pada lokasi I dan III yakni daerah pemukiman dan aktivitas masyarakat dan
yang berada dekat daerah keramba jaring apung. Tingginya coliform menunjukkan bahwa perairan tersebut mendapat buangan ataupun limbah organik berupa feses dari
sekitar ataupun sekeliling badan perairan. Hal ini dimungkinkan karena sebagian masyarakat buang air besar ke danau dan berasal dari feses ikan keramba jaring apung.
. Kadar fosfat secara berlebihan yang disertai dengan keberadaan nitrogen dapat menstimulir ledakan pertumbuhan alga di
perairan, yang selanjutnya dapat menghambat penetrasi oksigen dan cahaya matahari sehingga kurang menguntungkan bagi ekosistem perairan.
Menurut Notoatmodjo 2003 bahwa, air untuk keperluan minum yang sehat harus bebas dari segala bakteri, terutama bakteri pathogen. Cara untuk mengetahui
apakah air minum terkontaminasi oleh bakteri pathogen, adalah dengan memeriksa sampel air tersebut. Dan bila dari pemeriksaan 100 ml air terdapat kurang dari 4 bakteri
E. Coli maka air tersebut sudah memenuhi syarat kesehatan.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Sutrisno 2006, air minum tidak boleh mengandung bakteri-bakteri penyakit pathogen sama sekali dan tak boleh mengandung bakteri-bakteri golongan
Coli melebihi batas-batas yang telah ditentukan yaitu 1 Coli100 ml air. Air yang mengandung golongan Coli dianggap telah terkontaminasi dengan kotoran manusia.
Bakteri pathogen yang mungkin ada dalam air antara lain adalah bakteri typhsum, vibrio colera, bakteri disentri dll.
5.2. Karakteristik Responden Di Desa Tanjung Bunga.