UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Saat pengeringan, tanaman Rumput Israel Asystasia gangetica dibuat merata dan tidak bertumpuk. Dilakukan pengeringan dengan dikering
anginkan selama 5 hari untuk tanaman asal Tangerang Selatan dan Depok, serta 6 hari untuk tanaman asal OKU Timur hingga tanaman kering dan dapat
diremas. 7. Sortasi Kering
Setelah kering, dilakukan penyortiran untuk memisahkan kotoran ataupun bahan asing dari simplisia.
8. Pembuatan Ekstrak Sebelum dilakukan ekstraksi, dilakukan penggilingan terhadap simplisia
hingga berbentuk serbuk, lalu dilakukan penimbangan sebagai bobot awal. Ektraksi dilakukan dengan cara maserasi. Simplisia kering Rumput Israel
Asystasia gangetica dari tiga tempat tumbuh masing-masing 2476,6 gram Tangsel, 1108 gram Depok, dan 1084,6 gram OKU Timur dimaserasi
dengan etanol 70 hingga terendam + 5 cm diatas permukaan simplisia selama 24 jam sambil sesekali dilakukan pengocokan. Proses maserasi
dilakukan berulang kali hingga maserat tidak berwarna. Hasil maserasi Rumput Israel disaring dengan kertas saring lalu filtrat yang didapat
dikumpulkan dan dipekatkan dengan menggunakan vacuum rotary evaporator kemudian dihitung rendemen terhadap ekstrak tersebut.
bobot ekstrak yang didapat gram x 100 bobot simplisia awal gram
3.3.2 Karakterisasi Ekstrak Rumput Israel
3.3.2.1 Pengamatan Makroskopik
Uji makroskopik yang dilakukan yakni pengamatan fisik terhadap tanaman Rumput Israel Asystasia gangetica meliputi bentuk, daun, warna daun,
buah dan bunga Farmakope Herbal, 2009.
Rendemen ekstrak =
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
3.3.2.2 Parameter Spesifik
1. Identitas ekstrak Depkes RI, 2000 a Deskripsi tata nama nama ekstrak, nama latin tumbuhan, bagian
tumbuhan yang digunakan dan nama Indonesia tumbuhan b Senyawa identitas yang terkandung
2. Organoleptik Depkes RI, 2000 Pengenalan ekstrak secara fisik menggunakan pancaindera dalam
mendeskripsikan bentuk, warna, bau, dan rasa 3. Senyawa terlarut dalam pelarut tertentu Depkes RI, 2000
a Kadar senyawa yang larut dalam air Sejumlah 1 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 20 mL air-
kloroform LP 2,5 mL kloroform dalam 1000 mL air dalam labu bersumbat sambil beberapa kali dikocok selama 6 jam pertama dan
dibiarkan selama 18 jam kemudian disaring. 20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan penguap, residu dipanaskan pada suhu 105ºC hingga
bobot tetap. Uji dilakukan sebanyak tiga kali triplo dan dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam air terhadap berat ekstrak awal.
Keterangan : A1 = Bobot cawan + residu setelah pemanasan gram A
= Bobot cawan kosong gram B = Bobot sampel awal gram
b Kadar senyawa yang larut dalam etanol Sejumlah 1 gram ekstrak dimaserasi selama 24 jam dengan 20 mL
etanol 95 dalam labu bersumbat sambil beberapa kali dikocok selama 6 jam pertama dan dibiarkan selama 18 jam kemudian disaring secara cepat.
20 mL filtrat diuapkan hingga kering dalam cawan penguap, residu dipanaskan pada suhu 105ºC hingga bobot tetap. Uji dilakukan sebanyak
tiga kali triplodan dihitung kadar dalam persen senyawa yang larut dalam etanol 95 terhadap berat ekstrak awal.
A
1
– A x 100
B Senyawa larut dalam air =
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : A1 = Bobot cawan + residu setelah pemanasan gram A0 = Bobot cawan kosong gram
B = Bobot sampel awal gram
4. Uji Kandungan Kimia Ekstrak
a Pola Kromatogram Saifudin et al, 2011
Ekstrak sebanyak 5 mg dilarutkan dalam 1 mL metanol untuk memperoleh larutan uji. Larutan uji dari ketiga tempat lokasi ditotolkan
pada plat KLT berupa silika gel 60 F254 sebagai fase diam, kemudian dielusi dengan fase gerak kloroform : metanol lalu diamati pemisahan
senyawa dibawah sinar UV pada panjang gelombang 254 nm dan 365 nm. Plat KLT diberi pereaksi H
2
SO
4
dengan cara disemprot untuk menampakkan noda lalu dihitung nilai Rf.
Pada uji kromatogram dengan KCKT, fase gerak yang digunakan yaitu kombinasi antara air, metanol, dan asetonitril dengan fase diam non polar
C-18. Dilakukan uji dengan berbagai kombinasi fase gerak dan metode elusi hingga terbentuk rekam kromatogram yang baik, yaitu yang simetris
dan tidak melebar.
b Penapisan Golongan Kimia a. Uji Alkaloid
Sejumlah sampel dilarutkan dalam beberapa tetes asam sulfat 2 N kemudian diuji dengan tiga pereaksi alkaloid yaitu, pereaksi
Dragendorf, pereaksi Mayer, dan pereaksi Wagner. Hasil uji dinyatakan positif bila dengan pereaksi Meyer terbentuk endapan putih
kekuningan, endapan coklat dengan pereaksi Wagner dan endapan merah hingga jingga dengan pereaksi Dragendorff Anonim, 2012.
b. Uji Flavonoid Sebanyak 3 mL sampel diuapkan, dicuci dengan heksana sampai
jernih. Residu dilarutkan dalam 20 mL etanol kemudian disaring.
A
1
– A x 100
B Senyawa larut dalam etanol =
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Filtrat dibagi 4 bagian A dan B. Filtrat A sebagai blangko, filtrat B ditambahkan 0,5 mL HCl pekat kemudian dipanaskan pada penangas
air, jika terjadi perubahan warna merah tua sampai ungu menunjukkan hasil yang positif metode Bate Smith-Metchalf Marliana, 2005.
c. Uji Triterpenoid dan Steroid Sejumlah ekstrak diekstraksi dengan dietil eter dan fraksi yang
larut dalam dietil eter dipisahkan. Fraksi yang larut dalam dietil eter ditambahkan 2 tetes asam asetat glasial dan 1 tetes asam sulfat pekat
pereaksi Lieberman-Buchard. Larutan dikocok perlahan dan dibiarkan selama beberapa menit. Steroid memberikan warna biru atau
hijau, sedangkan triterpenoid memberikan warna merah atau violet Atmoko T et al, 2009.
d. Uji Saponin Uji Saponin dilakukan dengan cara memasukkan 1 gram ekstrak
sampel kedalam tabung reaksi kemudian ditambahkan 10 mL akuades lalu dikocok selama 1-2 menit dan diamati perubahan yang terjadi.
Adanya saponin ditandai dengan terbentuknya busa kurang lebih 1 cm dan stabil selama 30 menit El-Kamali H et al, 2010.
e. Uji Tanin Ekstrak sebanyak 1 gram ditambahkan 10 ml larutan NaCl 0,9
panas. Setelah dingin lalu disaring dengan kertas saring. Kemudian filtrat ditambahkan 1-2 tetes larutan FeCl
3
. Adanya tanin ditandai dengan terbentuknya warna biru, biru tua, atau hijau kebiruan
Mojab F et al, 2003. f. Uji Antrakuinon
Uji antrakuinon dilakukan dengan uji Brontrager dan uji Brontrager termodifikasi. Uji Brontrager dilakukan dengan cara
melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL akuades kemudian disaring, filtrat diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi menjadi 2
bagian, A dan B. Filrat A digunakan sebagai blangko dan filtrat B ditambahkan 5 mL ammonia kemudian dikocok, bila terdapat warna
merah berarti hasil positif.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Uji Brontrager termodifikasi dilakukan dengan melarutkan 2 mL sampel dengan 10 mL 0,5 N KOH dan 1 mL larutan hidrogen
peroksida. Kemudian dipanaskan pada waterbath selama 10 menit, didinginkan dan disaring. Pada filtratnya ditambahkan asam asetat
bertetes-tetes sampai pada kertas lakmus menunjukkan asam. Selanjutnya diekstrak dengan 5 mL benzena. Hasil ekstrak dibagi
menjadi 2 bagian, A dan B. Larutan A digunakan sebagai blangko, sedangkan larutan B dibuat basa dengan 2-5 mL larutan amonia.
Perubahan warna pada lapisan basa diamati. Warna merah atau merah muda menunjukkan adanya antrakuinon Marliana et al, 2005.
c Kadar Kandungan Flavonoid Chang et al, 2002 ; Astuti, 2013
a. Bahan Bahan yang digunakan dalam uji kadar kandungan flavonoid
adalah Ekstrak 0,1 gram, Aquadest, Alumunium klorida heksahidrat AlCl
3
10 , Etanol 95, Kalium asetat CH
3
COOK, dan Quersetin standar dalam kurva: 0-50 mgL.
b. Pembuatan Standar Sebanyak 10 mg Kuersetin dilarutkan dalam etanol 80 dan
dilarutkan menjadi 5, 10, 15, dan 20 gmL. Larutan standar 0,5 mL
pada masing-masing konsentrasi dicampurkan dengan 1,5 mL etanol 95 lalu ditambahkan 0,1 mL AlCl
3
10, 0,1 mL CH
3
COOK 1 M dan 2,8 mL aquadest. Larutan diinkubasikan dalam suhu kamar selama
30 menit lalu dibaca absorbansinya dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm dan digunakan larutan tanpa Kuersetin
sebagai blanko. c. Pengukuran Sampel
Sebanyak 0,1 gram ekstrak dilarutkan dalam 1 mL aquadest lalu 0,5 mL larutan sampel diambil dan dicampurkan dengan 1,5 mL
alkohol 95 dan ditambahkan 0,1 mL AlCl
3
10, 0,1 mL CH
3
COOK 1 M, dan 2,8 mL aquadest lalu diinkubasikan dalam suhu kamar selama
30 menit. Absorbansi dibaca dengan spektrofotometer pada panjang gelombang 415 nm dan aquadest tanpa ekstrak digunakan sebagai
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
blanko standar. Data diekspresikan dalam milligram ekuivalen Kuersetin EK100 gram. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali.
3.3.2.3 Parameter Non Spesifik