UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
blanko standar. Data diekspresikan dalam milligram ekuivalen Kuersetin EK100 gram. Pengujian ini dilakukan sebanyak 2 kali.
3.3.2.3 Parameter Non Spesifik
1. Penetapan Susut Pengeringan Depkes RI, 2000 Sebanyak 1 gram ekstrak ditimbang dalam botol timbang bertutup yang
sebelumnya telah dipanaskan pada suhu 105º C selama 30 menit dan ditimbang. Ekstrak diratakan dengan menggoyangkan botol hingga berupa lapisan setebal
5 mm-10 mm dan dimasukkan dalam oven. Ekstrak dikeringkan dengan dibuka tutupnya terlebih dahulu pada suhu 105
o
C hingga bobot tetap. Sebelum pengeringan kembali, dinginkan ekstrak dengan botol tertutup dalam desikator
hingga suhu kamar kemudian dicatat bobot tetap yang diperoleh. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali triplo.
Keterangan : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan gram
B = Bobot sampel setelah dipanaskan gram 2. Penetapan Bobot Jenis Depkes RI, 2000
Bobot jenis ekstrak ditentukan terhadap hasil pengenceran ekstrak 5 dalam pelarut etanol dengan alat piknometer. Digunakan piknometer bersih,
kering dan telah dikalibrasi dengan menetapkan bobot piknometer dan bobot air yang baru dididihkan pada suhu 25
o
C. Suhu diatur hingga ekstrak cair lebih kurang 20
o
C, lalu dimasukkan ke dalam piknometer. Diatur suhu piknometer yang telah diisi hingga suhu 25
o
C, kelebihan ekstrak cair dibuang dan ditimbang. bobot piknometer kosong dikurangkan dari bobot piknometer. Pengujian ini
dilakukan sebanyak 3 kali triplo.
Keterangan : W
= Bobot piknometer kosong gram W
1
= Bobot piknometer + air gram
A – B x 100
A
W
2
- W W
1
- W Susut Pengeringan =
Bobot Jenis =
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
W
2
= Bobot piknometer + ekstrak gram 3. Penetapan Kadar Air Depkes RI, 2000
Penetapan kadar air dilakukan dengan metode gravimetri. 10 gram ekstrak ditimbang seksama dalam wadah yang telah ditara lalu dikeringkan pada suhu
105
o
C selama 5 jam dan ditimbang. pengeringan dilanjutkan dan ditimbang pada jarak 1 jam sampai perbedaan antara 2 penimbangan tidak lebih dari 0,25 .
Kadar air pada ekstrak kental berkisar antara 5-30 .
Keterangan : A = Bobot sampel sebelum dipanaskan gram
B = Bobot sampel setelah dipanaskan gram 4. Penetapan Kadar Abu Depkes RI, 2000
Sejumlah 2 gram ekstrak ditimbang dengan seksama dalam krus yang telah dipijarkan dan ditara kemudian dipijarkan perlahan-lahan, suhu dinaikkan secara
bertahap hingga 600 ± 25
o
C sampai bebas karbon, selanjutnya didinginkan dalam desikator, serta ditimbang berat abu. Kadar abu dihitung dalam persen
berat sampel awal. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali triplo.
Keterangan : A
1
= Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran gram A
= Bobot krus kosong gram B = Bobot sampel awal gram
5. Penetapan Kadar Abu Tidak Larut Asam Depkes RI, 2000 Abu yang diperoleh dari penetapan kadar abu dididihkan dengan 25 mL
asam klorida encer P selama 5 menit, bagian yang tidak larut asam dikumpulkan, disaring melalui kertas saring bebas abu, dicuci dengan air panas, disaring dan
ditimbang, lalu ditentukan kadar abu yang tidak larut asam dalam persen terhadap berat sampel awal. Pengujian ini dilakukan sebanyak 3 kali triplo.
A – B x 100
A
A
1
– A x 100
B
A
1
- C x 0,0076 - A x 100
B Kadar Air =
Kadar Abu =
Kadar Abu Tidak Larut Asam =
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Keterangan : A
1
= Bobot krus + ekstrak setelah pemijaran gram A
= Bobot krus kosong gram B = Bobot sampel awal gram
C = Bobot kertas saring bebas abu gram 0,0076 = Kertas saring bebas abu bila menjadi abu
6. Penetapan Sisa Pelarut Depkes RI, 2000 Penetapan sisa pelarut pada ekstrak menggunakan Kromatografi Gas-
Spektrometri Massa. Larutan baku yang digunakan yaitu etanol mutlak. Larutan uji kurang lebih 0,5 mL disuntikkan ke dalam kromatograf, lalu diamati
perbandingan respon puncak antara larutan baku dan larutan uji dalam rekam kromatogram.
7. Penetapan Cemaran logam Saifudin et al, 2011 a Pembuatan Kurva Kalibrasi
Dilakukan pembuatan kurva baku diantaranya Pb, Cd, dan As. Larutan induk timbal Pb 1000 ppm lalu dibuat stok larutan standar 10 ppm,
kemudian dibuat larutan seri kadar Pb 0 ; 5 ; 10 ppm dan diukur absorbansi dari larutan standar hingga diperoleh persamaan kurva baku y = a+bx
dengan r mendekati 1. Larutan induk Cd 1000 ppm kemudian dibuat larutan seri kadar Cd 0 ;
5; 10 ppm, lalu diukur absorbansi dari larutan standar hingga diperoleh persamaan kurva baku y = a+bx dengan r mendekati 1.
Pada kurva baku As, dibuat seri konsentrasi 0 ; 5 ; 10 ; 15 ; 20 ppm, kemudian diukur absorbansi dari larutan standar hingga diperoleh
persamaan kurva baku y = a+bx dengan r mendekati 1. b Pengukuran cemaran logam pada ekstrak
Penetapan kadar As, Pb dan Cd dilakukan dengan metode Atomic Absorption Spectroscopy AAS. Penetapan kadar ketiga logam berat
tersebut dengan cara digesti basah. Ekstrak sejumlah 1 gram ditimbang dan ditambahkan 10 mL HNO
3
pekat, setelah itu dipanaskan dengan heating mantel hingga kental atau kering. Ekstrak yang kental dibiarkan dingin dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
ditambahkan 10 mL aquabidest dan 5 mL HClO
4
kemudian dipanaskan hingga kental dan asap putih hilang. ekstrak dibiarkan dingin kemudian
dibilas dengan aquadest dan disaring ke labu ukur 50 mL. Ditambahkan aquabidest hingga 50 mL. Sampel diukur dengan alat AAS. Khusus Arsen
dengan tambahan alat HVG Hydride Vapor Generator. Sesuai dengan keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan
Republik Indonesia Nomor HK.00.05.4.2411 Tahun 2004, suatu produk obat bahan alam dipersyaratkan tidak boleh mengandung cemaran logam
berat atau apabila tidak dapat dihindari harus sesuai dengan batas maksimum yang dipersyaratkan yaitu Pb dan As masing-
masing ≤ 10,0 ppm, dan 5 ppb serta
Cd ≤ 0,3 ppm.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 DETERMINASI TANAMAN
Identifikasi tanaman yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan di Herbarium Bogoriense, Pusat Penelitian Biologi LIPI, Cibinong, Bogor, Jawa
Barat. Hasil determinasi tanaman yang diambil dari kawasan Puspitek Tangerang Selatan, Bojongsari Depok, dan Desa Nusa Tunggal OKU Timur, menunjukkan
bahwa semua sampel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan Rumput Israel Asystasia gangetica.
4.2 RENDEMEN EKSTRAK
Proses ekstraksi tanaman Rumput Israel Asystasia gangetica dilakukan dengan menggunakan metode maserasi dimana menghasilkan rendemen sebagai
berikut : Tabel 4.1 Rendemen Ekstrak
Asal Simplisia
Berat Simplisia g
Berat Ekstrak yang diperoleh g
Rendemen
Tangsel 2746,6 gram
565,8 gram 20,60
Depok 1108 gram
205,9 gram 18,58
OKU Timur 1084,6 gram
218,8 gram 20,17
Hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut etanol menunjukkan bahwa ekstrak etanol dari tanaman Rumput Israel berkisar antara 18,58 - 20,6 , dimana
ekstrak dari Tangerang Selatan memiliki rendemen terbesar yakni 20,60 , sedangkan ekstrak yang berasal dari Depok mempunyai rendemen sebesar 18,58
dan dari OKU Timur sebesar 20,17 .
4.3 PENGAMATAN MAKROSKOPIK
Pengamatan fisik dilakukan terhadap tanaman Rumput Israel dari ketiga daerah Tangerang Selatan, Depok dan OKU Timur dan dari ketiganya didapatkan
hasil yang sama sebagai berikut :