UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
5. Detektor Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan
dalam aliran yang keluar dari kolom. Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan noise yang rendah, kisar respons linier
yang luas, dan memberi tanggapanrespon untuk semua tipe senyawa. Suatu kepekaan yang rendah terhadap aliran dan fluktuasi temperatur sangat
diinginkan, tetapi tidak selalu dapat diperoleh Putra, 2004. Hasil dari pemisahan kromatografi biasanya ditampilkan dalam bentuk
kromatogram pada rekorder. Waktu retensi dan volume retensi dapat diketahui dan dihitung. Data ini bisa digunakan untuk mengidentifikasi secara kualitatif suatu
komponen, bila kondisi kerja dapat dikontrol. Lebar puncak dan tinggi puncak sebanding atau proporsional dengan konsentrasi dan dapat digunakan untuk
memperoleh hasil secara kuantitatif Putra, 2004.
2.11 KROMATOGRAFI GAS-SPEKTROMETRI MASSA
Kromatografi gas adalah suatu proses pemisahan campuran menjadi komponen-komponennya oleh fase gas yang bergerak melalui suatu lapisan serapan
sorben yang stasioner Gritter, 1991. Prinsip kromatografi gas didasarkan atas partisi zat yang hendak dianalisis antara dua fase yang saling kontak tetapi tidak
bercampur. Partisi tercapai melalui adsorpsi atau absorpsi atau proses keduanya. Sebagai fase gerak digunakan gas pembawa. Bagian pokok alat kromatografi gas
adalah injektor, kolom pemisah, dan detektor Roth dan Blaschke, 1998.
Spektrometri massa SM adalah suatu instrumen yang dapat menyeleksi molekul-molekul gas bermuatan berdasarkan massanya. Spektrum massa diperoleh
dengan mengubah senyawa cuplikan menjadi ion-ion yang bergerak cepat yang dipisahkan
berdasarkan perbandingan
massa terhadap
muatan me
Fessenden,1992. Spektrometer massa dapat mengidentifikasi massa molekul relatif BM, dan pemenggalan suatu senyawa yang tidak diketahui, dengan
membandingkannya terhadap senyawa yang dikenal standar. Dari data yang diperoleh bila ada kesamaan, dapat dianggap bahwa senyawa tersebut identik
Silverstein et al, 1998
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
GCMS Gas Chromatography-Mass Spectrometry atau disebut Kromatografi Gas-Spektrometri Massa merupakan perpaduan dari kromatografi
gas dan spektroskopi massa. Senyawa yang telah dipisahkan oleh kromatografi gas, selanjutnya dideteksi atau dianalisis menggunakan spektroskopi massa. Pada
GCMS aliran dari kolom terhubung secara langsung pada ruang ionisasi spektrometer massa. Pada ruang ionisasi semua molekul termasuk gas pembawa,
pelarut, dan solut akan terionisasi, dan ion dipisahkan berdasarkan massa dan rasio muatannya. Setiap solut mengalami fragmentasi yang khas karakteristik menjadi
ion yang lebih kecil, sehingga spektra massa yang terbentuk dapat digunakan untuk mengidentifikasi larutan secara kualitatif Harvey, 2000.
Gambar 8 : Skema GCMS Sumber : http:people.whitman.edu~dunnivfmC_MS_EbookCH22_3
Pada kromatografi gas KG sampel dapat berupa gas atau cairan, yang diinjeksi pada aliran fasa gerak yang berupa gas inert juga disebut sebagai gas
pembawa. Sampel dibawa melalui kolom kapiler dan komponen sampel akan terpisah berdasarkan kemampuanya untuk terdistribusi dalam fasa gerak dan fasa
diam Harvey, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Fasa gerak yang paling umum digunakan untuk GCMS adalah He, Ne, Ar, dan N2, yang memiliki keuntungan inert terhadap sampel maupun terhadap fasa
diam. Kolom yang digunakan biasanya terbuat dari kaca, stainless steel, tembaga, atau aluminium dan mempunyai panjang sekitar 2-6 m, dan diameter 2-4 mm.
Kolom diisi dengan suatu fasa diam dengan kisaran diameter 37- 44 m sampai 250-
354 m Harvey, 2000.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB III METODE PENELITIAN
3.1. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN
Penelitian dilakukan selama 7 bulan, yakni bulan Januari-Juli 2014 di Laboratorium Bahan Alam, Pusat Penelitian Kimia
– Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia LIPI, Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi PUSPIPTEK,
Serpong.
3.2. ALAT DAN BAHAN
3.2.1 Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas kimia, erlenmeyer, gelas ukur, corong, labu evaporasi, spatula, batang pengaduk, pipet
tetes, mikropipet, kertas saring, kertas saring bebas abu, botol timbang, cawan penguap, krus silikat, piknometer, neraca analitik, desikator, waterbath, hot plate,
magnetic stirrer, pilot plant Buchi, rotary evaporator Buchi, oven, plat KLT, Mikroskop Olympus-BH2, Muffle Furnace Sibata SMS-160, Spektrofotometri
Serapan Atom AA Shimadzu-6300, Spektrofotometri UV-Vis Mecasys, Kromatografi Cair Kinerja Tinggi Shimadzu-10AVP, dan Kromatografi Gas-
Spektrometri Massa Shimadzu-QP2010.
3.2.2 Bahan Uji
Bahan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak etanol 70 yang telah dipekatkan dari bagian tangkai dan daun dari tanaman Rumput Israel
Asystasia gangetica. Tanaman ini diperoleh dari 3 tempat tumbuh yang berbeda, yaitu Tangerang Selatan Jalan Raya Puspiptek, Kecamatan Serpong, Kota
Tangerang Selatan, Banten, Depok Jalan Pondok Petir, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok, Jawa Barat, dan OKU Timur Desa Nusa Tunggal, Kecamatan
Belitang III, Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Sumatera Selatan pada bulan Januari 2014.