UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
4.6 PEMBAHASAN
Karakterisasi tanaman Rumput Israel Asystasia gangetica dilakukan untuk mengetahui karakter dari tanaman ini baik pada parameter spesifik maupun
non spesifik sebagai dasar dalam pengembangan ekstrak terstandar antiviral dengue yang dilakukan oleh pusat penelitian Kimia LIPI Lembaga Ilmu Pengetahuan
Indonesia. Tanaman Rumput Israel belum tercantum dalam Materia Medika Indonesia maupun Farmakope Herbal, sehingga dalam hal ini beberapa parameter
dikatakan memenuhi syarat jika sesuai dengan syarat umum yang ditetapkan terhadap ekstrak herbal.
Tanaman Rumput Israel yang dikarakterisasi berasal dari tiga daerah yang berbeda, yaitu Tangerang Selatan, Depok, dan OKU Timur. Pengambilan sampel
dari tiga daerah yang berbeda ini bertujuan untuk membandingkan karakter tanaman dari masing-masing daerah dan mengetahui faktor-faktor yang
mempengaruhi parameter sehubungan dengan kondisi dari masing-masing daerah. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi tanaman Rumput Israel pada
penelitian ini adalah etanol 70 . Etanol memiliki sifat tidak beracun sehingga sering dipilih sebagai pelarut dalam dunia farmasi dan makanan. Etanol dapat
melarutkan senyawa alkaloida basa, minyak atsiri, glikosida, kurkumin, kumarin, antrakinon, flavonoid, steroid, damar, dan klorofil Gunawan dan Mulyani, 2004.
Etanol juga bersifat antiseptik sehingga kapang dan bakteri sulit tumbuh, dimana etanol 70 70 etanol, 30 air memiliki sifat antibakteri yang lebih baik
dibandingkan dengan etanol 100 karena daya penetrasi ke dalam sel bakteri yang lebih baik. Etanol 70 sangat efektif dalam menghasilkan jumlah bahan aktif yang
optimal Voigt, 1984, sehingga etanol 70 dipilih sebagai pelarut dalam mengekstraksi tanaman Rumput Israel.
Metode ektraksi yang digunakan dalam penelitian ini adalah maserasi. Metode maserasi cukup efektif dalam menarik senyawa aktif bahan alam karena
dengan perendaman sampel tumbuhan selama beberapa hari, akan terjadi pemecahan dinding dan membran sel karena adanya perbedaan konsentrasi antara
di dalam dan di luar sel sehingga metabolit sekunder pada sitoplasma akan keluar dan terlarut dalam pelarut. Pada proses ekstraksi dilakukan remaserasi hingga
maserat tidak berwarna hal ini berarti pelarut tidak dapat menarik lagi metabolit
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dari tanaman. Remaserasi dilakukan untuk mengoptimalkan jumlah senyawa yang tertarik dari tanaman. Jumlah dilakukannya remaserasi tergantung pada masing-
masing tanaman dimana pada ekstraksi tanaman Rumput Israel remaserasi dilakukan sebanyak 6 kali hingga maserat tidak berwarna.
Hasil maserasi yang berupa ekstrak cair lalu dievaporasi menggunakan vacuum rotary evaporator dengan suhu 50
o
C untuk memekatkan ekstrak sehingga terbentuk ekstrak kental. Suhu yang digunakan dalam evaporasi dijaga agar tidak
terlalu tinggi untuk menghindari rusaknya senyawa yang terkandung dalam ekstrak. Ektsraksi ini secara berurutan menghasilkan rendemen sebesar 20,6 , 18,58, dan
20,17 untuk tanaman Rumput Israel asal Tangerang Selatan, Depok, dan OKU Timur. Besarnya rendemen yang dihasilkan ini tergantung pada senyawa yang
dikandung masing-masing tanaman serta derajat kehalusan simplisia yang diekstraksi. Perhitungan rendemen dilakukan untuk mengetahui efektivitas pelarut
yang digunakan dalam mengekstraksi tanaman Rumput Israel. Uji parameter spesifik maupun non spesifik dilakukan pada ekstrak
masing-masing daerah sebanyak triplo pada setiap parameter. Pengamatan organoleptik dilakukan pada ekstrak dimana ekstrak yang dihasilkan berbentuk
cairan kental, berwarna hijau kecoklatan, berbau khas seperti karamel dan rasa pahit. Pengamatan organoleptik dilakukan untuk pengenalan awal terhadap ekstrak
Rumput Israel. Uji senyawa terlarut dalam pelarut tertentu dilakukan dengan pelarut etanol dan air. Ekstrak Rumput Israel asal Tangerang Selatan memiliki kadar
senyawa terlarut dalam air sebesar 69,150 dan dalam etanol sebesar 36,063 . Sedangkan ekstrak Rumput Israel asal Depok memiliki kadar senyawa terlarut
dalam air sebesar 60,810 dan dalam etanol sebesar 36,063 . Kadar senyawa terlarut dalam air dan dalam etanol pada ekstrak Rumput Israel asal OKU Timur
secara berurutan sebesar 74,485 dan 44,065. Dari hasil yang didapat diketahui bahwa senyawa yang ada dalam ketiga ekstrak Rumput Israel lebih larut dalam air
dibandingkan dengan etanol, artinya senyawa yang bersifat polar larut dalam air terkandung lebih banyak dalam ekstrak Rumput Israel.
Untuk mengetahui kandungan kimia ekstrak, dilakukan beberapa pengujian, yaitu penentuan pola kromatogram dengan KLT Kromatografi Lapis
Tipis dan KCKT Kromatografi Cair Kinerja Tinggi, penapisan fitokimia, dan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
kadar kandungan senyawa kimia tertentu. Pada uji kromatografi lapis tipis digunakan fase gerak dari kombinasi dua campuran pelarut dengan beberapa
perbandingan jumlah pelarut hingga pemisahan terjadi secara optimal. Pada uji KLT terhadap ekstrak Rumput Israel, fase gerak yang digunakan berawal dari
pelarut nonpolar yaitu n-heksana 100 lalu dikombinasi dengan pelarut semipolar yaitu etil asetat dengan perbandingan n-heksana : etil asetat yakni 9:1, 8:2, 7:3, 1:1,
3:7, etil asetat 100 , serta dengan kloroform : metanol 9:1 Dari semua pelarut yang digunakan, pelarut kloroform : metanol dengan
perbandingan 9 : 1 menunjukkan pola pemisahan senyawa yang baik dengan terbentuknya 5 titik bercak yang jelas pada ekstrak Rumput Israel ketiga daerah.
Nilai Rf yang terbentuk pada ekstrak Rumput Israel asal Depok sebesar 0,275, 0,450, 0,575, 0,687, dan 0,850. Sedangkan nilai Rf pada ekstrak Rumput Israel asal
OKU Timur sebesar 0,262, 0,450, 0,575, 0,675, dan 0,862. Ekstrak Rumput Israel asal Tangerang Selatan juga membentuk 5 titik bercak dengan nilai Rf sebesar
0,275, 0,450, 0,575, 0,687 dan 0,850. Hal ini menunjukkan adanya senyawa yang bersifat semipolar yang terdapat dalam ekstrak Rumput Israel. Semakin tinggi nilai
Rf menunjukkan semakin dekatnya polaritas senyawa tersebut dengan polaritas fase gerak yakni kloroform : metanol 9 : 1 dengan ditandai semakin jauhnya titik
bercak yang terdistribusi oleh fase gerak. Titik bercak yang terbentuk pada uji KLT ekstrak Rumput Israel tidak
terlalu jelas terlihat pada pengamatan dibawah lampu UV 254 nm tetapi terlihat pada lampu UV 366 nm. Pada lampu UV 254 nm, sampel yang seharusnya
berwarna gelap, sebagian justru ikut berfluoresensi dengan lempeng sedangkan pada lampu UV 366 nm gugus kromosom yang berinteraksi dengan sinar UV cukup
terlihat. Bercak secara jelas terlihat setelah lempeng yang telah ditotol ekstrak dan dielusi dengan pelarut disemprot dengan pereaksi H
2
SO
4
lalu dipanaskan di atas hotplate. Pereaksi H
2
SO
4
diberikan untuk mereduksi gugus kromofor senyawa yang terdapat pada ekstrak sehingga panjang gelombangnya bergeser ke gelombang yang
lebih panjang dari ultraviolet menjadi visible sehingga tampak oleh mata. Uji pola kromatogram yang kedua dilakukan dengan menggunakan KCKT
Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Sebagai langkah awal, dilakukan pencarian fase gerak yang sesuai dengan melihat pola kromatogram yang terbentuk. Fase
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
gerak dapat dikatakan baik jika membentuk puncak yang simetris dan sempit, serta semakin sedikit pucak yang bertumpuk overload. Dari hasil pengamatan, fase
gerak yang cukup baik adalah air : metanol 8 : 2 dibandingkan dengan fase gerak metanol 100 ataupun metanol : asetonitril yang masih membentuk puncak yang
bertumpuk dan tidak simetris. Ketiga ekstrak yang diuji menunjukkan pola kromatogram yang mirip dan membentuk tiga puncak pada range waktu retensi
yakni 9,15-11,34 menit, 11,40 – 14,46 menit, dan 19,20-20,92 menit.
Data pola kromatogram juga didapatkan pada uji sisa pelarut dengan menggunakan GCMS. Pada uji ini, didapatkan pola kromatogram yang mirip pada
ketiga sampel, dimana jika dibandingkan dengan data base pada GCMS, dideteksi adanya beberapa senyawa yang dimiliki oleh ketiga sampel, diantaranya adalah
senyawa asam asetat, gliserol, dan asam malonat. Ketiga sampel ekstrak Rumput Israel terdeteksi adanya asam asetat pada jarak waktu retensi 2,763-2,924 menit
dengan nilai kesamaan yang cukup besar yakni 96 . Sedangkan nilai kesamaan senyawa gliserol pada ekstrak asal Tangsel, Depok, dan OKU timur masing-masing
sebesar 89 , 86 , dan 94 . Senyawa gliserol terdeteksi pada jarak waktu retensi 6,296-6,564 menit. Senyawa asam malonat terdeteksi pada jarak waktu retensi
7,765-7,791 menit dimana nilai kesamaannya sebesar 85 , 94 , dan 88 untuk ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur.
Selanjutnya dilakukan penapisan fitokimia untuk mengetahui golongan senyawa yang terkandung dalam ekstrak Rumput Israel. Dari hasil pengamatan,
golongan senyawa yang positif terkandung dalam ekstrak Rumput Israel adalah flavonoid, alkaloid, tanin, dan steroid. Uji senyawa flavonoid dilakukan dengan
metode Bate Smith-Metchlaf yaitu ekstrak dibersihkan dari residu dengan pelarut n-heksana lalu dilarutkan dalam etanol. Hal ini dilakukan untuk menghilangkan
senyawa nonpolar dan menarik senyawa flavonoid yang bersifat polar. Ekstrak yang larut dalam etanol lalu ditambahkan asam klorida serta dipanaskan. Pada
pengamatan yang dilakukan, terbentuk warna merah keunguan setelah ekstrak Rumput Israel dipanaskan, hal ini menunjukkan reaksi positif terhadap senyawa
flavonoid. Uji alkaloid pada ekstrak Rumput Israel menunjukkan hasil positif dengan
munculnya endapan warna merah setelah diberi pereaksi dragendorff dan endapan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
warna putih setelah diberi pereaksi mayer. Pada pereaksi mayer, endapan yang terbentuk karena pada senyawa alkaloid terdapat gugus N yang memiliki elektron
bebas. Pereaksi mayer terbuat dari KI dan HgCl
2
yang merupakan logam berat dan dapat membentuk senyawa kompleks dengan atom nitrogen yang ada pada senyawa
alkaloid yang tidak larut sehingga terbentuklah endapan putih. Senyawa alkaloid juga dapat membentuk senyawa kompleks yang tidak larut dengan pereaksi
dragendorff yang diantaranya terdiri dari logam berat bismut sehingga membentuk endapan.
Ekstrak Rumput Israel menunjukkan hasil positif pada uji senyawa tanin dengan menghasilkan warna biru tua setelah diberi pereaksi FeCl
3
. Terbentuknya warna biru tua dikarenakan adanya ikatan kovalen koordinasi antara atom logam
dengan atom non logam. Pada uji senyawa steroid, ekstrak Rumput Israel terlebih dahulu diekstraksi dengan dietil eter untuk melarutkan senyawa steroid karena
senyawa steroid bersifat non polar lalu ditambahkan asam sulfat pekat dan asam asetat glasial untuk memunculkan warna dimana terbentuk warna hijau pada
ekstrak Rumpur Israel sehingga dapat dikatakan positif mengandung senyawa golongan steroid.
Uji kandungan kimia secara kuantitatif dilakukan terhadap senyawa flavonoid karena berdasarkan jurnal penelitian yang ada, senyawa flavonoid telah
berhasil diisolasi dari ekstrak Rumput Israel. Uji senyawa flavonoid secara kualitatif terhadap ekstrak Rumput Israel pada penelitian kali ini pun menunjukkan
hasil positif. Alat yang digunakan untuk mengukur kadar flavonoid adalah spektrofotometri UV-Vis dengan pembanding yang digunakan yaitu kuersetin.
Kuersetin digunakan sebagai pembanding karena merupakan senyawa flavonoid yang banyak ditemukan pada banyak tumbuhan dan diketahui memiliki banyak
aktivitas biologis. Reagen yang digunakan untuk uji kuantitatif flavonoid ini adalah AlCl
3
10 yang dapat membentuk kompleks dengan senyawa flavonoid sehingga muncul warna orange yang dapat dideteksi oleh sinar ultraviolet. Standar kuersetin
dibuat seri konsentrasi yakni 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, dan 20 ppm untuk membuat kurva kalibrasi. Seri konsentrasi dan nilai absorbansi pada kurva kalibrasi yang
dihasilkan lalu dimasukkan dalam regresi linier dan menghasilkan persamaan y = 0,00958x + 0,0118 dengan koefisien korelasi sebesar 0,9944.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Rata-rata kadar total flavonoid yang didapatkan pada ketiga sampel ekstrak Rumput Israel adalah sebesar 5,796 dimana Ekstrak Rumput Israel asal
Tangsel, Depok, dan OKU Timur memiliki kadar total flavonoid secara berurutan sebesar 4,300 , 4,926 , 8,162 . Perbedaan kadar flavonoid pada ketiga sampel
ekstrak menunjukkan adanya keberagaman kadar kandungan senyawa aktif pada tanaman dengan jenis yang sama. Keberagaman kadar kandungan flavonoid pada
ketiga sampel dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur tanaman, waktu panen, dan lingkungan tempat tumbuh. Tanaman Rumput Israel yang diambil
sebagai penelitian kali ini merupakan tanaman liar yang tidak dibudidayakan sehingga umur dari tanaman ini tidak diketahui. Ketiga sampel Rumput Israel
diambil pada bulan Januari tahun 2014 dimana tanaman ini mulai berbunga, hal ini tentu berpengaruh terhadap kadar flavonoid yang dikandung karena waktu panen
yang tepat akan menghasilkan simplisia dengan kandungan senyawa aktif dalam jumlah besar.
Dari hasil yang didapat, kadar flavonoid dari ekstrak Rumput Israel asal OKU Timur, Sumatera Selatan memiliki jumlah kandungan yang tertinggi yakni
8,162 dibandingkan dengan ekstrak Rumput Israel asal Depok dan Tangsel. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan tempat tumbuh terhadap kadar
senyawa aktif dimana daerah Depok dan Tangsel yang merupakan daerah yang berdekatan memiliki kondisi lingkungan yang tidak jauh berbeda dengan suhu dan
cuaca yang sama. Kadar flavonoid dari ekstrak Rumput Israel asal Depok dan Tangsel pun tidak jauh berbeda yaitu 4,926 dan 4,300 . Desa Nusa Tunggal,
OKU Timur, Sumatera Selatan merupakan daerah yang beriklim basah yang masih banyak terdapat rawa dan pepohonan. Kondisi lingkungan di Desa Nusa Tunggal
ini diperkirakan berpengaruh terhadap kadar senyawa flavonoid ekstrak Rumput Israel yang cukup tinggi.
Uji parameter non spesifik susut pengeringan dilakukan dengan metode gravimetri dan didapatkan hasil sebesar 18,810 , 19,065 , dan 18,098 untuk
ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur. Hal ini menunjukkan rentang senyawa yang hilang pada proses pengeringan ekstrak Rumput Israel
adalah sebesar 18,098 - 19,065 . Uji kadar air juga dilakukan dengan metode gravimetri tetapi dengan waktu pemanasan oven yang lebih singkat yakni 5 jam
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
pada suhu 105
o
C dimana diperkirakan air sudah menguap pada waktu tersebut. Kadar air yang dihasilkan dari ketiga ekstrak Rumput Israel tidak melebihi batasan
yang seharusnya yakni 10 . Ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur secara berurutan memiliki kadar air sebesar 7,573 , 9,742 , 8,045 .
Kadar air yang tidak tinggi diperlukan untuk mencegah ekstrak tercemar oleh bakteri.
Uji kadar abu dilakukan untuk mengetahui kadar zat anorganik dan mineral yang ada dalam ekstrak Rumput Israel. Pada uji kadar abu, dilakukan
dekstruksi terhadap senyawa organik yang ada pada sampel dengan pemanasan tanpa nyala api pada suhu tinggi hingga terbentuk abu warna putih dan berat
konstan. Alat yang digunakan yakni tanur pengabuan furnace dengan suhu 600
o
C. Untuk menghasilkan abu berwarna putih pada ketiga ekstrak Rumput Israel, dibutuhkan waktu 12 jam. Perhitungan kadar abu dilakukan dengan
membandingkan berat abu terhadap berat sampel yang digunakan. Kadar abu pada ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur masing-masing
sebesar 27,335 , 32,153 , dan 18,604 . Tingginya kadar abu pada ekstrak Rumput Israel ini diperkirakan karena tingginya kadar mineral yang dikandung.
Kadar abu tidak larut asam pada ketiga ekstrak Rumput Israel juga cukup tinggi yaitu sebesar 3,506 , 3,060 , dan 3,163 masing-masing untuk ekstrak Rumput
Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur. Hal ini menunjukkan masih adanya pengotor dalam ekstrak Rumput Israel.
Penetapan sisa pelarut dilakukan dengan menggunakan alat GCMS Gas Chromatography Mass Spectrometry. Sebelum pengujian pada sampel, dilakukan
uji terhadap larutan baku sebagai perbandingan. Larutan baku yang digunakan yakni etanol yang dilarutkan dalam aquadest. Etanol dengan konsentrasi 0,0004
terdeteksi pada GC dengan waktu retensi duplo masing-masing 0,774 dan 0,775 menit. Sedangkan pada spektrometri massa, larutan baku teridentifikasi sebagai
etanol dengan menunjukkan pola fragmentasi yang sesuai dengan similiarity index sebesar 93 .
Rekam kromatogram pada larutan baku dapat dijadikan pembanding pada larutan uji. Larutan uji yakni Ekstrak Rumput Israel dari ketiga daerah dilarutkan
dengan aquadest. Sebanyak 500 mg ekstrak, dilarutkan dalam 3 mL aquadest lalu
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
disaring hingga didapatkan larutan uji 1 mL yang disuntikkan ke dalam kromatograf. Dari hasil rekam kromatogram, tidak terdeteksi adanya etanol dari
ketiga ekstrak Rumput Israel. Pada ekstrak Rumput Israel asal Depok terbentuk 6 puncak tetapi semuanya tidak mengindikasikan adanya etanol. Puncak pada waktu
retensi yang terdekat dengan standar etanol 0,775 menit yakni 0,767 menit juga tidak mengindikasikan kandungan etanol setelah dilihat pola fragmentasinya.
Begitupun ekstrak Rumput Israel asal OKU Timur dan Tangsel yang membentuk puncak masing-masing pada waktu 0,770 menit dan 0,765 menit juga tidak
mengindikasikan adanya etanol dari pola fragmentasi yang terbentuk. Parameter bobot jenis dikur untuk mengetahui karakter dari masing-
masing ekstrak. Ekstrak diencerkan sebesar 5 lalu diuji menggunakan piknometer dengan pembanding bobot jenis yaitu air. Pengenceran dilakukan agar
ekstrak dapat dituang ke dalam piknometer. Bobot jenis ekstrak Rumput Israel 5 dari ketiga daerah tidak berbeda jauh yakni 1,0184 gmL, 1,0182 gmL, dan 1,0165
gmL pada ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur. Uji cemaran logam meliputi Pb, Cd dan As pada Rumput Israel dilakukan
dengan alat AAS. Menurut BPOM, cemaran logam berat seperti Pb, Cd, dan As tidak boleh ada dalam bahan pangan, kecuali jika tidak dapat dihindari, maka tidak
boleh melebihi batas maksimum yaitu untuk Pb 10 mgkg, Cd 0,3 mgkg dan As 5 µgkg. Kurva kalibrasi Pb, Cd, dan As dibuat untuk memberikan persamaan regresi
linier. Kurva kalibrasi pada logam timbal Pb menghasilkan persamaan regresi linier yakni y = 0,0108x
– 0,0029 dengan koefisien korelasi sebesar 0,9994. Dari hasil pengukuran absorbansi terhadap ketiga sampel ekstrak Rumput Israel,
ketiganya tidak terdeteksi adanya Pb. Hal ini berarti sampel ekstrak Rumput Israel memenuhi syarat dengan tidak tercemari oleh logam timbal Pb.
Kurva kalibrasi pada logam kadmium menghasilkan persamaan linier y = 0,1764 + 0,0004 dan kofisin korlasi sbsar 0,9999. Ketiga sampel ekstrak Rumput
Israel terdeteksi mengandung logam Cd dengan konsentrasi sebesar 4,96 ppm, 6,52 ppm, 5,78 ppm masing-masing untuk ekstrak Rumput Israel asal Tangsel, Depok,
dan OKU Timur. Keberadaan logam Cd dalam ekstrak Rumput Israel ini tidak memenuhi persyaratan batas maksimum kadar logam Cd pada bahan pangan atau
obat yakni 0,3 ppm. Cemaran logam Cd pada ekstrak Rumput Israel ini
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
diperkirakan karena adanya cemaran pada tanah maupun udara. Kadmium masuk ke dalam jaringan tanaman dari tanah yang diabsorpsi melalui akar yang kemudian
ditimbun dalam daun. Kadmium dari udara tertahan pada permukaan daun dimana jumlahnya cukup besar pada daun dengan permukaan yang kasar atau berbulu
Darmono, 1999. Kadmium Cd merupakan salah satu jenis logam berat yang berbahaya
karena elemen ini berisiko tinggi terhadap pembuluh darah. Kadmium Cd berpengaruh terhadap manusia dalam jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi
pada tubuh khususnya hati dan ginjal Palar, 2004. Perlu adanya upaya dalam meminimalisir cemaran logam berat pada ekstrak Rumput Israel seperti
pembudidayaan terkontrol dengan menggunakan pupuk organik, meminimalisir pengunaan pestisida sintetis, serta menjaga perairan dari cemaran limbah pabrik.
Pada ketiga ekstrak Rumput Israel tidak terdeteksi adanya logam Arsen As dimana batas minimal deteksi untuk As pada alat yang digunakan adalah 0,005
µgkg. Artinya, ketiga ekstrak tidak mengandung logam Arsen atau memiliki kadar Arsen dibawah 0,005 µgkg. Hal ini sesuai dengan persyaratan BPOM yakni
dibawah 5 µgkg.
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Dari hasil penelitian yang dilakukan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut : 1 Diperoleh rendemen ekstrak Rumput Israel dari daerah Tangsel, Depok, dan
OKU Timur masing-masing 20,6 , 18,58 , dan 20,17 . 2 Pengamatan makroskopik pada tanaman Rumput Israel meliputi daun, batang,
dan bunga sesuai dengan ciri khas tanaman Rumput Israel pada literatur. 3 Secara organoleptik, ekstrak Rumput Israel berbentuk kental, warna hijau
kecoklatan, bau khas, dan rasa pahit. 4 Pada uji parameter spesifik terhadap ekstrak Rumput Israel asal Tangsel,
Depok, dan OKU Timur didapatkan rentang nilai kadar senyawa terlarut dalam air sebesar 60,810 + 0,37
– 74,485 + 2,27. Kadar senyawa terlarut etanol sebesar 36,063 + 0,75 - 44,065 + 0,78. Pola kromatogram pada KLT
menunjukkan hasil yang baik pada fase gerak kloroform : metanol 9:1. Pola kromatogram pada HPLC menunjukkan bentuk puncak yang baik dengan fase
gerak air : metanol 8:2 pada panjang gelombang 285 nm dengan laju alir 0,3 mLmenit.
5 Penapisan fitokimia pada ketiga sampel menunjukkan hasil positif terhadap senyawa flavonoid, alkaloid, tanin, dan steroid. Flavonoid setara kuersetin
yang dikandung oleh masing-masing ekstrak asal Tangsel, Depok, dan OKU Timur sebesar 4,3 , 4,926 , 8,162 .
6 Uji parameter non spesifik dari ketiga sampel menunjukkan rentang nilai susut pengeringan sebesar 18,098 + 0,04 - 19,065 + 0,55. Rentang bobot jenis
sebesar 1,0165 grammL + 0,0001 - 1,0184 grammL + 0,0001. Kadar air sebesar 7,573 + 0,13 - 9,7417 + 0,10. Kadar abu sebesar 18,604 + 1,33
- 32,153 + 0,79. Kadar abu larut asam sebesar 3,061 + 0,72 - 3,506 + 0,34. Sisa pelarut etanol tidak terdeteksi pada ketiga sampel.
7 Ketiga ekstrak Rumput Israel memenuhi syarat cemaran logam berat yakni Pb Timbal dan As Arsen yakni 10 ppm untuk Pb dan 0,005 ppm untuk As.
Sedangkan untuk logam berat Cd Kadmium, ketiga sampel tidak memenuhi