Perbedaan akhiran –garu dan –mu Perbedaan akhiran –maru dengan –meru

2 メートルの深さ (O) 2 メートルの深み (X) Dalam kalimat di atas, akhiran –mi tidak dapat dipergunakan karena memang tidak dipakai untuk menyatakan jumlah. Sebaliknya, akhiran –sa tidak dapat dipergunakan untuk menyatakan metafora atas keadaan benda seperti dalam contoh berikut ini: 深みのある人物 (O) 深さのある人物 (X) ことばの重み (O) ことばの重さ (X) Sehingga dapat disimpulkan bahwa penggunaan nomina yang dibentuk dari adjektiva dengan akhiran –sa dan –mi adalah terpisah dan tidak dapat saling menggantikan satu sama lain.

3.3.2. Perbedaan akhiran –garu dan –mu

Akhiran –garu dan –mu sering dibandingkan penggunaannya oleh beberapa pembelajar maupun ahli linguistik bahasa Jepang karena kecenderungannya yang terjadi pada kanjou keiyoushi. Meskipun diluar itu akhiran –garu juga dapat ditambahkan pada zokusei keiyoushi, tapi dalam sub- bab ini, hanya akan dibahas tentang perbedaan antara akhiran –garu dan –mu yang terjadi pada kanjou keiyoushi saja. Pada dasarnya, perbedaan verba jadian dengan akhiran –garu dengan verba jadian degan akhiran –mu terletak pada penggunaannya pada nuansa perasaan yang terlihat dan yang tidak terlihat. Verba jadian dengan akhiran -garu digunakan untuk menyatakan keadaan yang terjadi dan dapat dilihat, sedangkan verba jadian dengan akhiran –mu digunakan untuk keadaan perasaan yang tidak dapat dilihat atau yang terjadi secara diam-diam di dalam hati. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari contoh berikut : 葉子は心の奥底でひそかに 私は自分より落付いている K を見て、羨ましがりました。 Watashi wa jibun yori ochitsuiteiru K wo mite, urayamashigarimashita Aku merasa cemburu karena melihat K yang lebih tenang daripada diriku. 芸者を羨みました。 Youko wa kokoro no okusoko de hisoka ni geisha wo urayamimashita. Youko secara diam-diam dari dalam hatinya sudah mencemburui geisha. Dari kedua kalimat di atas terlihat jelas bahwa terdapat perbedaan pada kecemburuan yang terjadi. Pada kalimat pertama, pengguna urayamu tidak masalah pada hal-hal hanya terjadi di dalam hati. Sedangkan penggunaan urayamashigaru pada kalimat kedua menunjukkan perasaan melalui kata-kata dan tentunya terniat untuk disampaikan ke orang lain. Selain itu, akhiran –mu juga dipakai pada kasus mental dari dalam, sedangkan –garu dipakai untuk sesuatu yang terjadi pada tubuh dari luar.

3.3.3. Perbedaan akhiran –maru dengan –meru

Akhiran –maru dan –meru hampir-hampir tidak memiliki perbedaan yang signifikan, malah memiliki banyak kesamaan. Tapi selalu ada perbedaan untuk 2 hal yang nyaris serupa dalam bahasa Jepang. Meskipun nuansa kedua kata verba yang dibentuk dengan menambahkan akhiran –maru dan –meru, tapi verba yang dihasilkan dari proses tersebut adalah 2 verba yang berbeda. Akhiran –maru menghasilkan verba jidoushi, sedangkan akhiran –meru menghasilkan verba tadoushi. Contoh : 強まる ‘menguat’ 強める ‘memperkuat’ Dari makna kamus dari kedua kata di atas dapat dilihat dengan jelas bahwa kata tsuyomaru yang berarti menguat merupakan verba jidoushi atau intransitif karena tidak memerlukan objek, sedangkan kata tsuyomeru yang bermakna memperkuat sebaliknya, merupakan verba tadoushi atau transitif yang memerlukan objek dalam penggunaannya.

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian kepustakaan yang telah dilakukan penulis terhadap pembentukan nomina dan verba yang berasal dari adjektiva bahasa Jepang, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : Pembentukan nomina jadian dalam bahasa Jepang disebut 名 詞 化 meishika. Akhiran yang digunakan untuk membentuk nomina jadian dari adjektiva adalah akhiran –sa dan –mi. Sedangkan pembentukan verba jadian dalam bahasa Jepang diistilahkan dengan kata 動詞化 doushika. Dan akhiran yang digunakan untuk membentuk verba jadian dari adjektiva adalah akhiran – garu, -mu, -maru dan –meru. Dalam proses pembentukannya, baik nomina maupun verba yang berasal dari adjektiva, dilakukan dengan menghilangkan akhiran -i dan kemudian menambahkan akhiran pembentuk nomina dan verba tersebut setelah gokan dari adjektivanya. Dengan rumus umum sebagai berikut : 形容詞語幹 + -さ → 派生名詞 形容詞語幹 + -み → 派生名詞 形容詞語幹 + -がる → 派生動詞 形容詞語幹 + -む → 派生動詞

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

10 65 68

Analisis Makna Verba Hatten Suru, Hattatsu Suru, Dan Shinpo Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang

2 90 84

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Bentuk 「–Te Iku 」Dan 「–Te Kuru 」Dalam Novel ‘Piitaa Pan To Wendi’ [Piitaa Pan To Wendi] No Shousetsu No 「-Te Iku」 To 「-Te Kuru」 To Iu Doushi No Kinou To Imi No Bunseki

8 80 96

Analisis Morfologis Verba Bahasa Jepang Nihongo No Doushi No Keitairontekina Bunseki

21 147 70

Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru (Hataraku, Tsutomeru, Shigoto Suru) No Tsukaikata No Bunseki

5 125 67

SISTEM VERBA BAHASA SASAK DIALEK BAYAN DARI DASAR VERBA DAN NOMINA

2 37 148

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

1 24 55

Pembentukan Verba Dari Dasar Verba Dan Nomina Bahasa Jawa Dialek Banyumas 00003

0 0 1

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

0 0 13

MORFOLOCI NOMINA DAN ADJEKTIVA BAHASA TOTOLI

0 9 113