Kerangka Teori Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori

menurut Matsuoka Takashi 1992:12 adalah ; 動詞の基本的な性格は単独で述 語の動きし、文中での動きの違いに応じて活用することである。”Doushi no kihonteki na seikaku wa tandoku de jutsugo no ugokishi, bunchuu de ugoki no chigai ni oujite katsuyou suru koto de aru”, yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti : verba adalah kata yang sifat dasarnya cenderung berperan sebagai predikat dalam kalimat tunggal dan mengalami perubahan bentuk. Dalam penelitian ini kajian akan difokuskan pada perubahan kelas kata yang terjadi pada adjektiva yang menjadi nomina dan verba akibat dari proses morfologi dalam bahasa jepang.

1.4.2. Kerangka Teori

Dalam sebuah penelitian dibutuhkan landasan berfikir untuk menganalisis dan memecahkan suatu masalah. Sehingga perlu disusun pokok-pokok pikiran yang dimuat dalam kerangka teori yang menjelaskan jenis penelitian dan bidang kajian serta gambaran umum penelitian yang ingin dicapai. Penelitian ini akan mengkaji tentang proses pembentukan kata yang menyebabkan perubahan kelas kata akibat dari proses morfemis afiksasi atau yang dalam bahasa Jepang tergabung dalam proses morfemis fuka. Afiksasi adalah peleburan afiks imbuhan pada morfem dasar Verhaar, 2008:98. Sejalan dengan teori Verhaar, Abdul Chaer juga berpendapat bahwa afiksasi adalah proses pembubuhan afiks pada sebuah dasar kata atau bentuk dasar 2007:177. Sedangkan afiks ini dalam bahasa jepang disebut 接辞 setsuji. Selanjutnya Verhaar membagi afiks ini ke dalam 4 bagian, yaitu : • Prefiks awalan • Sufiks akhiran • Infiks sisipan • Konfiks simulfiks Sedikit berbeda dengan Verhaar, Koizumi 1993:94-96 membagi afiks setsuji berdasarkan pembagian setsuji formal 接辞の形式的分類’setsuji no keishikiteki bunrui’ dan pembagian setsuji berdasarkan isi 接辞の内容的分類 ‘setsuji no naiyouteki bunrui’. Berdasarkan pembagian setsuji formal, setsuji terbagi atas : • 接頭辞 settouji, yaitu setsuji yang ditambahkan sebelum gokan. Contoh : 真 settouji + 心 gokan → 真心 • 接尾辞 setsubiji, yaitu setsuji yang ditambahkan setelah gokan. Contoh : 立たされた → gokan + shieki setsubiji + ukemi setsubiji + kako setsubiji • 接中辞 setsuchuuji, yaitu setsuji yang disisipkan di tengah gokan. Contoh : 見る → 見える Dengan gokan adalah bagian depan dari sebuah kata yang ditulis dengan huruf kanji dan tidak mengalami perubahan Sutedi, 2003:43. Sedangkan Koizumi sendiri memaknai gokan sebagai 具体的で個別的な意味をもつ形態 素 ”kihonteki de kobetsuteki na imi wo motsu keitaisou” 1993:95 yaitu : morfem yang memiliki satu persatu makna secara praktis. Sedangkan pembagian setsuji berdasarkan isi, Koizumi membaginya atas : • 派生接辞 hasei setsuji yaitu setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan dalam kelas kata yang sama dapat memberi sifat khusus. Terbagi atas setsuji yang dapat mengganti kelas kata dan setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata yang sama. Contoh : 1. Setsuji yang dapat mengganti kelas kata 「女」 (名詞) → 「女らしい」(形容詞の「らしい」) 「広い」(形容詞)→ 「広さ」(名詞化する「さ」) 「広い」(形容詞)→「広まる」(動詞化する「まる」) 2. Setsuji yang memberi sifat khusus dalam kelas kata yang sama 「読む」→ 読ませるyom-ase-ruの使役接辞ase 「読む」→ 読まれるyom-are-ruの受身接辞are • 屈 折 接 辞 kussetsu setsuji, yaitu setsuji yang memberikan perubahan sistematis pada kata dalam kelas kata yang sama berdasarkan kategori gramatikal. Contoh : Boy  Boys penjamakan kata Kemudian, Verhaar juga menjelaskan 2008:107 bahwa proses afiksasi ini memiliki 2 fungsi utama, yaitu : 1. Fleksi, yaitu afiksasi yang membentukkan alternan-alternan dari bentuk yang tetap merupakan kata, atau unsur leksikal, yang sama. 2. Derivasi, yaitu afiksasi yang menurunkan kata atau unsur leksikal yang lain dari kata atau unsur leksikal tertentu. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan secara sederhana bahwa infleksi adalah fungsi dari afiksasi yang tidak mengakibatkan perubahan kelas kata dari kata asalnya, sedangkan derivasi adalah fungsi dari afiksasi yang mengakibatkan perubahan kelas kata dari kata asalnya. Derivasi inilah yang akan menjadi topik dalam penelitian ini, karena yang menjadi pembahasan adalah perubahan kelas kata pada adjektiva-I keiyoushi setelah terjadi proses morfologi afiksasi menjadi verba doushi dan nomina meishi. Pembentukan nomina dari adjektiva dalam bahasa Jepang dilakukan dengan menambahkan akhiran sufiks -さ ‘-sa’ dan -み ‘-mi’. Ting-chi dan Yi-chen 2010 : 126 menyatakan bahwa 名詞化接尾辞「-さ」は、前接す る形容詞や形容名詞語幹の語種・語形成・語義内容を問わず、ほとんどす べての語幹に後接する上に、性質・状態・程度などの抽象的な意味を表し て、意味・概念的にも比較的透明であるので、レキシコン(lexicon)の 中に一々リストする必要はなく、「AN-さ → N」のような一般的な派生 規則によって処理することができる。”Meishika setsubiji -sa wa, zensetsu suru keiyoushi ya keiyoumeishi gokan no goshuu-gokeisei-goginaiyou wo towazu, hotondo subete no gokan ni gosetsu suru ue ni, seishitsu-jotai-teido nado no chuushouteki na imi wo arawashite, imi- gainenteki ni mo hikakuteki toumei de aru no de, rekishikon no naka ni ichi-ichi risuto suru hitsuyou wa naku, AN- sa N no youna ippanteki na haseikisoku ni yotte shori suru koto ga dekiru”. Dari penjelasan Ting-chi dan Yi-chen diatas dapat diketahui bahwa akhiran –sa dapat dibubuhkan pada hampir semua gokan dari adjektiva bahasa Jepang sehingga tidak perlu dibuat list. Sedangkan makna dari akhiran –sa ini adalah menunjukkan derajat, tingkat dan keadaan sesuatu. Kemudian dijelaskan pula bahwa pembentukan nomina dengan akhiran –sa ini membentuk pola umum A – sa  N. Kemudian Ting-chi dan Yi-chen 2010 : 127-128 menjelaskan 「-み」は 単純形容詞にしか付加できず。さらに、品詞の種類も形容詞に限られ、形 容名詞には付加されず、語種も大和言葉の固有語彙に限られ、漢語語彙や 外 来 語 語 彙 に は 付 加 さ れ な い 。 「 - み 」 は こ の よ う に 生 産 性 (productivity)が極端に低く、どのような形容詞語幹が「-み」を取る のかについての予測や一般化も難しいので、レキシコンの中に一々リスト しなければならないと思われる。”-mi wa tanjun keiyoushi ni shika fuka dekizu. Sara ni, hinshi no shuurui mo keiyoushi ni kagirare, keiyoumeishi ni wa fukasarezu, goshuu mo yamato kotoba no koyuu goi ni kagirare, kango goi ya gairaigo goi ni wa fukasarenai. -mi wa kono youni seisansei ga kyokutan ni hikuku, dono youna keiyoushi gokan ga -mi wo toru no ka nit suite no yousoku ya ippanka mo muzukashii no de, rekishikon no naka ni ichi-ichi risuto shinakereba naranai to omowareru”. Maksudnya adalah bahwa penambahan akhiran –mi memiliki banyak batasan, tidak seperti akhiran –sa sehingga gokan keiyoushi mana yang dapat ditambahkan akhiran –mi ini harus harus dibuat list satu per satu. Kemudian keduanya juga menjelaskan tentang batasan dalam pembentukan verba dari adjektiva bahasa Jepang, 接尾辞「-ガル」を取るものが もっとも多く、しかもその語幹は感覚と情意形容詞を含む感情形容詞と願 望を表す補助形容詞の「-たい」が連用形の動詞語幹に後接する「動詞-た い」のほとんどすべてに許され、一部の評価形容詞・属性形容詞・次元形 容詞・関係形容詞などにも許される。接尾辞「-ム」を取るものの語例の数 が非常に少なく、その語幹は感情形容詞に限られる。 接尾辞「-マル・-メ ル」を取るものも語例が少なく、その語幹はおもに次元と 評価形容詞に限 られる。”Setsubiji -garu wo toru mono ga mottomo ooku, shika mo sono gokan wa kankaku to joui keiyoushi wo fukumu kanjou keiyoushi to ganbou wo arawasu hojou keiyoushi no -tai ga renyoukei no doushi gokan ni setsuji suru doushi-tai no hotondo subete ni mo yurusare, ichibu no hyouka keiyoushi-zokusei keiyoushi- jigen keiyoushi-kankei keiyoushi nado nimo yurusareru . Setsubiji -mu wo toru mono no gorei no kazu ga hijou ni sukunaku, sono gokan wa kanjou keiyoushi ni kagirareru. Setsubiji -maru-meru wo toru mono mo gorei ga sukunaku, sono gokan wa omo ni jigen to hyouka keiyoushi ni kagirareru”. Maksudnya adalah dalam pembentukan verba dari adjektiva terdapat berbagai batasan. Untuk akhiran –garu dapat ditambahkan pada kanjou keiyoushi, sebagian zokusei keiyoushi dan adjektiva jadian –tai. Sedangkan dalam pembentukan verba yang ditambahkan akhiran –mu hanya boleh pada kanjou keiyoushi saja. Dan untuk akhiran –maru dan –meru hanya boleh untuk jigen dan hyouka keiyoushi saja.

1.5. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Dokumen yang terkait

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

10 65 68

Analisis Makna Verba Hatten Suru, Hattatsu Suru, Dan Shinpo Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang

2 90 84

Analisis Fungsi Dan Makna Verba Bentuk 「–Te Iku 」Dan 「–Te Kuru 」Dalam Novel ‘Piitaa Pan To Wendi’ [Piitaa Pan To Wendi] No Shousetsu No 「-Te Iku」 To 「-Te Kuru」 To Iu Doushi No Kinou To Imi No Bunseki

8 80 96

Analisis Morfologis Verba Bahasa Jepang Nihongo No Doushi No Keitairontekina Bunseki

21 147 70

Analisis Pemakaian Verba Hataraku, Tsutomeru, Dan Shigoto Suru Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita Nihongo No Bun Ni Okeru (Hataraku, Tsutomeru, Shigoto Suru) No Tsukaikata No Bunseki

5 125 67

SISTEM VERBA BAHASA SASAK DIALEK BAYAN DARI DASAR VERBA DAN NOMINA

2 37 148

Analisis Perbedaan Fungsi Dan Makna Verba “Tsukau” Dan “Mochiiru’’ Dalam Majalah “Nipponia” Nipponia No Zasshi Ni Okeru Tsukau To Mochiiru No Doushi No Imi To Kinou No Soui No Bunseki

1 24 55

Pembentukan Verba Dari Dasar Verba Dan Nomina Bahasa Jawa Dialek Banyumas 00003

0 0 1

Analisis Fungsi Dan Makna Verba “Shikaru” Dan “Okoru” Dalam Kalimat Bahasa Jepang (Ditinjau Dari Segi Semantik) Imiron Kara Mita “Shikaru” To “Okoru” No Imi To Kinou No Bunseki

0 0 13

MORFOLOCI NOMINA DAN ADJEKTIVA BAHASA TOTOLI

0 9 113