1.4. Tinjauan Pustaka dan Kerangka Teori
1.4.1. Tinjauan Pustaka
Kajian tentang pembentukan kata ini erat kaitannya dengan kajian linguistik. Linguistik adalah ilmu tentang bahasa yaang menjadikan bahasa
sebagai objek kajiannya Abdul Chaer, 2003:1. Sedangkan untuk menguasai suatu bahasa, kita harus memahami tata bahasa dari suatu bahasa tersebut. Nagano
Masaru dalam Situmorang 2007:1 menyatakan yang dimaksud dengan tata bahasa adalah aturan yang berhubungan dengan struktur pengutaraan bahasa.
Salah satu cabang linguistik yang telah disebut di atas adalah morfologi. Morfologi adalah cabang ilmu linguistik yang mengidentifikasikan satuan-satuan
dasar bahasa sebagai satuan gramatikal Verhaar, 2008:97. Sedangkan yang menjadi pusat kajian morfologi adalah bentuk kata, sesuai dengan pendapat
koizumi 1993:89 yang menyatakan bahwa 形態論では、語形の分析が中心 と な る ”keitairon de wa, gokei no bunseki ga chuushin to naru”, yang bila
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dapat berarti : dalam morfologi, yang menjadi pusat kajiannya adalah bentuk kata.
Berbicara tentang pembentukan kata, maka secara otomatis kita harus membicarakan pula tentang proses morfemis atau proses morfologi. Proses
morfemis adalah apabila 2 buah morfem disatukan, mengakibatkan terjadinya penyesuaian diantara kedua morfem tersebut. Proses tersebut terjadi dengan cara
付加 fukapenambahan, 消除 sukujopenghapusan, 重複 jufukupengulangan dan ゼロ接辞 zero setsujiimbuhan kosong Situmorang, 2007:11. Sedangkan
menurut Parera 1994:18 proses morfemis merupakan proses pembentukan kata
bermorfem jamak baik derivatif maupun inflektif. Pada umumnya proses morfemis dibedakan atas :
• Proses morfemis afiksasi • Proses morfemis pergantian atau perubahan internal
• Proses morfemis pengulangan • Proses morfemis zero
• Proses morfemis suplesi • Proses morfemis suprasegmental
Kemudian proses morfemis ini menghasilkan kata. Pada dasarnya, kata yang terbentuk dari proses morfemis ini adalah verba doushi, nomina meishi
dan adjektiva keiyoushi. Sutedi 2003:44 mengatakan, adjektiva atau keiyoushi, yaitu adjektiiva, mengalami perubahan bentuk, dan bisa berdiri sendiri.
Sedangkan Situmorang 2007:25 mendefenisikan keiyoushi berdasarkan huruf kanjinya sebagai kata bentuk keadaan, yang berasal dari kanji 形 keikatachi
yang berarti bentuk, kanji 容 youyoushu yang berarti keadaan dan kanji 詞 shikotoba yang berarti kata. Disamping itu terdapat juga kelas nomina atau
meishi dan kelas verba atau doushi. Masuoka Takashi 1992:33 mengatakan bahwa : 日本の名詞は、「人名詞」、「物名詞」、「事態名詞」、「場所名詞」、
「方向名詞」、「時間名詞」という基本的な意味に分けて考えることができ る。”Nihon no meishi wa, hito meishi, butsu meishi, jitai meishi, basho
meishi, houkou meishi, jikan meishi to iu kihonteki na imi ni wakete kangaeru koto ga dekiru”, yang bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia berarti :
Nomina bahasa Jepang adalah yang makna dasarnya dapat dibagi atas kata nama orang, nama benda, nama tempat, hal dan waktu. Sedangkan verba bahasa Jepang
menurut Matsuoka Takashi 1992:12 adalah ; 動詞の基本的な性格は単独で述 語の動きし、文中での動きの違いに応じて活用することである。”Doushi
no kihonteki na seikaku wa tandoku de jutsugo no ugokishi, bunchuu de ugoki no chigai ni oujite katsuyou suru koto de aru”, yang bila diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia berarti : verba adalah kata yang sifat dasarnya cenderung berperan sebagai predikat dalam kalimat tunggal dan mengalami perubahan
bentuk. Dalam penelitian ini kajian akan difokuskan pada perubahan kelas kata
yang terjadi pada adjektiva yang menjadi nomina dan verba akibat dari proses morfologi dalam bahasa jepang.
1.4.2. Kerangka Teori